Aqila
Seorang balita tiga tahun yang pada saat itu lagi hobi-hobinya ngelampiasin
emosi. Adalah suatu ketika, dia kesel sama temen mainnya, lalu diambilnya batu
kerikil dan dia lempar batu tersebut ke temen-temennya. Laku si anak di lihat
oleh ibunya, kemudia si Ibu membawa pulang anaknya sambil diiringi ratusan
omelan. Setelahnya aqila di hukum
ibunya,gak boleh main sore selama sepekan. Tapi si anak 3 tahun ini masih
tertangkap basah "main tangan"
lagi saat lagi kesal atau marah. "Duh ni anak kok jadi suka mukul sih? Belajar dari mana sih ini?"
pikir si ibu dalam hati sambil was was, duh bakalan suka mukul gak ya ni anak sampai besar nanti? Adakah ayah bunda yang belakangan ini memiliki pertanyaan yang sama? seringkali anak memukul bukan karna dia suka mukul. Atau indicator dewasanya bakal jadi orang yang suka mukul.
lagi saat lagi kesal atau marah. "Duh ni anak kok jadi suka mukul sih? Belajar dari mana sih ini?"
pikir si ibu dalam hati sambil was was, duh bakalan suka mukul gak ya ni anak sampai besar nanti? Adakah ayah bunda yang belakangan ini memiliki pertanyaan yang sama? seringkali anak memukul bukan karna dia suka mukul. Atau indicator dewasanya bakal jadi orang yang suka mukul.
Anak
memukul itu bukan sifat. Bukan karakter. Tapi karna ketidakmampuan anak mengelola
emosi, terutama emosi marah. Pada saat
marah reaksi fisik yang muncul adalah Jantung berdebar, syaraf tegang, nafas
lebih cepat, tangan mengepal. Bedanya
dengan balita, ketika orang dewasa marah, reaksi mereka tidak langsung memukul,
tapi Marah itu dikelola dulu sama otak kita untuk dialihkan dalam bentuk lain
selain memukul. Misalnya seperti yang
dicontohkan rasul. Itu bedanya anak anak
dan orang dewasa. Saat marah, anak baru mampu mengikuti reaksi fisik yang ia rasakan.
Saat kesel, tangan tiba tiba mengepal, ya udah pukul. Saat marah, syaraf menegang,
ya udah serang. Jadi sebegai orang tua
kita harus bagaimana?
Mengenalkan emosi dan cara mengelolanya adalah kuncinya. Saat anak ketahuan mukul temen, sesegera mungkin pisahkan. Bawa anak untuk bicara. Ajak ia untuk merefleksi tentang APA yang ia rasakan. Kenalkan, dan bantu ia menamai emosi apa yang dia rasakan. Lalu beritahu anak bahwa ada beberapa cara menyelesaikan masalah yang kurang oke untuk digunakan. Memukul adalah salah satunya. Setelah itu, bisa sama sama diskusi. Di kemudian hari, kalau ada emosi marah lagi yang muncul, baiknya gimana yaa supaya gak perlu mukul
mukul lagi? Beri instruksi sejelas mungkin dengan bahasa yang mudah dipahami anak. Anak yang mampu mengenali emosinya, akan lebih peka dengan perasaannya. Dan saat dibekali cara untuk mengelolanya, ia akan punya kuasa penuh atas dirinya dan tidak mudah terbawa emosi, apapun yang terjadi di sekitarnya.
(lanjut
ke aqila) ibu aqila mencoba memberi instruksi se-konkrit mungkin supaya mudah
dipahami, "Aqila, kapanpun Aqila ngerasa dada berat.. Panas.. Tangan
mengepal.. Trus kesseeeel banget. Itu namanya Aqila lagi marah. Kalo lagi kayak
gitu, lari menjauh dulu yaa dari temen temen. Kalo keselnya udah hilang, baru
balik lagi deketin temen temen.." Beberapa hari kemudian, si 3,5 tahun
kami pulang ke rumah dengan penuh laporan, "Ami ami.. Tadi kan Aqila gak
diajak main.. Aqila disini (nunjuk dada) rasanya panas. Kesel. Trus Aqila lari aja
dulu jauhin temen temen. Eh abis itu jadi gak kesel lagi, Miii.." Wajahnya
berbinar bangga. Tak terkira.
Sumber : cerita bunda Aqila (dengan sedikit edit bahasa)
@ facebook.com/hsmuslimnusantara
@ FB: HSMuslimNusantara Pusat
@ instagram: @hsmuslimnusantara
@ twitter: @hs_muslim_n
@ web: hsmuslimnusantara.org
@ facebook.com/hsmuslimnusantara
@ FB: HSMuslimNusantara Pusat
@ instagram: @hsmuslimnusantara
@ twitter: @hs_muslim_n
@ web: hsmuslimnusantara.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar