Jumat, 24 Februari 2017

BELAJAR BAGAIMANA CARANYA BELAJAR



Efa riana NHW #5_
MATRIKULASI INSTITUT IBU PROFESIONAL  BATCH 

Dalam NHW#5 peserta matrikulasi ditugaskan untuk belajar mengetahui apa itu desain pembelajaran dan membuat desain pembelajaran pribadi yang bisa dilaksanakan kedepan. 
Apa itu desain pembelajaran?
            Dari hasil penelusuran di website yang saya lakukan cukup banyak dan kompleks pembahasan tentang teori desain pembelajaran.  Dalam penjabaran kompleks, terdapat beberapa teori dan model dalam desain pembelajaran. Teori dalam desain pembelajaran diantaranya teori behaviorisme, teori kognitivisme dan teori konstruktivisme, sedang untuk model dalam desian pembelajaran yaitu model dick and carrey, model kemp, model assure, model ADDIE dan model hanafin and peck. 
Pada pembahasan tugas kali ini saya menuliskan kembali tentang desain pembelajaran dalam tampilan sederhana yang mudah saya pahami dan bisa dieksekusi untuk membuat desain pembelajaran saya pribadi.  Pertama kita perlu mengetahui terlebih dahulu pengertian belajar. Belajar adalah suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang yang mengubah tingkah laku baik dalam cara berfikir, bersikap dan berbuat. Pembelajaran merupakan suatu proses transfer ilmu yang melibatkan system dalam dunia pendidikan yaitu guru, murid, materi, tujuan dan alat. Desain pembelajaran adalah suatu proses merumuskan tujuan pembelajaran, strategi, teknik dan media untuk memecahkan masalah dan mencapai output yang direncanakan dari pembelajaran.    
            Komponen utama dalam membuat desain pembelajaran yaitu :
1.      Tujuan pembelajaran (tujuan umum dan khusus) adalah penjabara kompetensi yang akan dikuasi
2.      Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang diketahui meliputi karakteristik pembelajar, kemampuan awal an syarat
3.      Analisis pembelajaran, merupakan proses menganalisis topic ataun materi yang dipelajari
4.      Strategi pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun saru tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar adalah format materi yang akan dipelajari
5.      Penilaian belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang sudah dikuasi atau belum.



DESAIN PEMBELAJARAN
1.      Tujuan pembelajaran
a)      Tujuan umum
Beribadah kepadaNYa (Adzariyat:56). Ibadah adalah segala aktivitas yang dilakukan dengan niat karena Allah. 
b)      Tujuan khusus
Menjadi seorang akademisi yang sukses mendidik anak dan mahasiswa. Menjadi guru/dosen yang selalu menebarkan ilmu2 bermanfaat sebagai amal jariyah dalam rangka beribadah kepada Allah.

2.      Karakteristik pembelajar
a)      Misi : memberi inspirasi dan motivasi
b)      Bidang : akademisi parenting
c)      Peran : guru inspirator dan motivator

3.      Analisis pembelajaran
a)      Cakupan materi di bidang akademisi :
Ø  Genetika dasar
Ø  Bioteknologi
Ø  Biologi molekuler
b)      Cakupan materi bidang parenting :
Ø   Bunda Sayang : Ilmu-ilmu seputar pengasuhan anak
Ø   Bunda Cekatan : Ilmu-ilmu seputar manajemen pengelolaan diri dan rumah tangga
Ø  Bunda Produktif : Ilmu-ilmu seputar minat dan bakat, kemandirian finansial dll
Ø  Bunda Shaleha : Ilmu tentang berbagi manfaat kepada banyak orang

4.      Strategi pembelajaran
a)      Bidang akademisi : menghadiri seminar hasil penelitian, workshop, buku ajar, pembahasan artikel jurnal ilmiah terkait, kompetisi hibah penelitian
b)      Bidang parenting : mengikuti kajian parenting online maupun offline, membaca buku2 terkait, belajar via youtobe

5.      Penilaian pembelajaran
Dilakukan dengan membuat ceklish pencapaian yang akan di evaluasi oleh anggota keluarga.












Jumat, 17 Februari 2017

MENDIDIK DENGAN KEKUATAN FIITRAH



IIP NHW#4


Beberapa waktu lalu saya sempat terbersit ingin menjadi ibu yang baik dan berilmu dalam mendidik anak, karena memang dirasa kurang ilmu untuk menjadi seoranh ibu.  Tetapi tidak tahu harus memulai dari mana, kemudian Allah menuntun memudahkan langkah  saya untuk bertemu dan bergabung menjadi murid di Institut Ibu Profesional (IIP) yang sebelumnya hanya mimpi untuk saya. Masyallah peran IIP sangat terasa sekali manfaatnya setelah sampai di NHW#4. System ajar yang membuat benang merah setiap NHW menuntut murid untuk kembali mengevaluasi rencana2 yang telah dibuat sebelumnya sehingga tidak hilang begitu saja. saya sangat terkesan, dan kembali mendorong semangat yang sempat surut dalam menyempurnakan IIP kedepan (ini adalah ungkapan hati yang jujur karena sanngat terkesan dengan NHW#4 hehe).

Tugas di NHW#4 adalah mereview tugas2 sebelumnya untuk menarik benang merah perjalanan di IIP hingga final nanti. Yang dievaluasi :
1.      Apakah sampai hari ini masih tetap memilih jurusan ilmu di universitas kehidupan yang telah dibuat pada NHW#1?
2.      Sudah konsistenkah mengisi checklist timeline yang dibuat pada NHW#2?
3.      Apakah sudah terbayang visi dan misi mengapa kita dihadirkan di bumi ini? NHW#3
4.      Ilmu apa saja yang akan dikuasi untuk mencapai visi dan misi tersebut?
5.      Tetapkan Milestone untuk memandu setiap perjalanan anda menjalankan Misi Hidup
6.      Evaluasi checklish di NWH#2 apakah sudah sesuai dengan passion kita?
7.      Lakukan, lakukan, lakukan, lakukan!!!

Ayo sekarang kita mengevaluasi diri, bismillah.

a. Mari kita lihat kembali Nice Homework #1 , apakah sampai hari ini anda tetap memilih jurusan ilmu tersebut di Universitas Kehidupan ini?
>> setelah saya mengevaluasi antara NHW#1 dan NHW#2 ternyata checklish yang saya buat di NHW#2 tidak ada mendukung ke NHW#1 LL. Di NHW#2 dalam pengembangan bidang keilmuan lebih banyak pada target2 menjadi seorang akademisi (dosen). Memang sebenarnya ini adalah cita2 saya sejak kecil hingga akhirnya saya menempuh pendidikan hingga master dengan beasiswa calon dosen dengan kewajiban mengabdi di kampus. Saat ini saya masih belum mengabdi dikampus karena masih menemani suami menyelesaikan studinya. Kedepannya dengan peran sebagai akademisi saya bercita2 mendalami satu bidang penelitian bidang bioteknologi, memiliki proyek untuk mengabdi dimasyarakat, dan membina mahasiswa2 menjadi pribadi tangguh.  Kemudian saya dihadapkan dengan amanah menjadi seorang ibu,yang baru saya jalani 12 bulan ini dengan ilmu yang sangat kurang. Dan bismillah saya tetap akan menjadikan ilmu parenting sebagai prioritas dalam univ kehidupan ini yang akan dijalankan bersamaan cita2 menjadi seorang akademisi.

b. Mari kita lihat Nice Homework #2, sudahkah kita belajar konsisten untuk mengisi checklist harian kita? Checklist ini sebagai sarana kita untuk senantiasa terpicu “memantaskan diri” setiap saat. Latih dengan keras diri anda, agar lingkungan sekitar menjadi lunak terhadap diri kita.
>> belum konsisten setiap hari. Terimakasih IIP telah dan selau mengingatkan dan  mengarahakan kami menuju pencapaian terbaik dalam hidup kami

b.Baca dan renungkan kembali Nice Homework #3, apakah sudah terbayang apa kira-kira maksud Allah menciptakan kita di muka bumi ini? Kalau sudah, maka tetapkan bidang yang akan kita kuasai, sehingga peran hidup anda akan makin terlihat.

>> Allah menciptakan saya dengan tujuan untuk beribadah kepadaNYa (Adzariyat:56). Ibadah adalah segala aktivitas yang dilakukan dengan niat karena Allah. maka kedepan saya merencanakan diri saya menjadi seorang akademisi yang sukses mendidik anak dan mahasiswa. Menjadi guru/dosen yang selau menebarkan ilmu2 bermanfaat sebagai amal jariyah dalam rangka beribadah kepada Allah.

Misi : memberi inspirasi dan motivasi
Bidang : akademisi parenting
Peran : guru inspirator dan motivator


c. Setelah menemukan 3 hal tersebut, susunlah ilmu-ilmu apa saja yang diperlukan untuk menjalankan misi hidup tersebut. 

Untuk menjadi seorang akademisi yang sukses dalam pendidikan anak, maka hal yang harus dikuasai yaitu :

1. Bunda Sayang : Ilmu-ilmu seputar pengasuhan anak
2. Bunda Cekatan : Ilmu-ilmu seputar manajemen pengelolaan diri dan rumah tangga
3. Bunda Produktif : Ilmu-ilmu seputar minat dan bakat, kemandirian finansial dll.
4. Bunda Shaleha : Ilmu tentang berbagi manfaat kepada banyak orang

Jika saya bisa menguasai 4 poin ilmu yang di turunkan dari bunda septi ini, insyallah implementasi keluar rumah bisa lebih mudah. Karena peran seorang dosen tidak jauh berbeda dengan peran seorang ibu di rumah.

d. Tetapkan Milestone untuk memandu setiap perjalanan anda menjalankan Misi Hidup

Milestone mulai KM 0 > 28 tahun
KM 0 – KM 1 ( tahun 1 ) : Menguasai Ilmu seputar Bunda Sayang
KM 1 – KM 2 (tahun 2 ) : Menguasai Ilmu seputar Bunda Cekatan
KM 2 – KM 3 (tahun 3 ) : Menguasai Ilmu seputar Bunda Produktif
KM 3 – KM 4 ( tahun 4) : Menguasai Ilmu seputar Bunda shaleha




Senin, 13 Februari 2017

Disiplin Tanpa Bentakan




oleh ibu Sri Susanti Tjahjadini, M. Pd

Banyak orang tua yang berkata keras dan berlaku kasar pada anak, dengan dalih mengajarkan anak untuk disiplin. Membentak, memarahi, mencubit, atau memukul untuk 'kesalahan' anak yang secara syariat tidak dibenarkan untuk diperlakukan demikian. Makanya tidak heran, menurut data dari KPAI, sebagian besar kasus kekerasan pada anak justru dilakukan oleh keluarga dekat. Orang tua nggak sadar kalau tindakan yang dianggap mendisiplinkan itu sebenarnya termasuk kekerasan pada anak. Baik secara vebal maupun tindakan. Ada kasus di sebuah sekolah di malang. Anak laki-laki yang memukul temannya sampai 2 gigi lepas dan mulut temannya sobek. Ketika ditanya bagaimana caranya memukul sampai seperti itu, jawab si anak, "Aku memukul, sekeras ayah memukul aku." Ketika dikonfirmasi ke ibunya, si ayah memang sering sekali 'main tangan' pada anaknya. Jika anak dianggap bandel, nggak menurut, berbuat kesalahan, maka tanganlah yang berbicara. Akhirnya, yang terekam pada otak anak tersebut adalah, kekerasan bisa menyelesaikan masalah.
Ada lagi cerita nyata, di SMP Negeri, Malang. Seorang murid laki-laki (sebut saja A) melakukan 'penembakan'. Semacam katakan cinta. Pada temannya (sebut B), yang juga laki-laki. Cara 'nembak'nya, si A bilang, "eh, mau nggak kamu mandi bareng aku? Ntar aku kasih uang 300ribu." Setelah digali lagi, ternyata dia punya daftar tarif, selain 300ribu untuk mandi bareng, ada yang 500ribu untuk tidur bareng, dan 100ribu untuk pegang-pegang aja. Untungnya, si B melapor pada guru sehingga bisa dilakukan pendalaman. Ketahuan lah kalau A ini menjadi simpanan om-om senang, biasa dipanggil untuk memuaskan nafsu bejat orang dengan mendapat upah. Kemudian dia ingin membayar temannya untuk melakukan hal yang sama, karena ingin dipuaskan juga seperti klien-kliennya itu. Dipanggillah orang tua si A, ibunya yang datang. Kata si ibu, "Jangan sampai bapaknya tau. Nanti anak saya bisa digebukin." Lagi-lagi, anak dari keluarga yang biasa berbicara dengan bahasa pukulan. Anak yang nggak merasa aman dan nyaman di dalam rumah, lalu mencari kenyamanan di luar. Yang justru malah menjerumuskannya.

Kasus ketiga. Seorang remaja perempuan yang sudah seminggu kabur dari rumah. Awalnya, si anak ini pergi sama teman-temannya, dan janji pada ibunya akan pulang jam 9 malam. Ternyata janjinya meleset. Sampai rumah sudah jam 10 malam, diantar teman-temannya. Si ibu marah besar. Di depan teman-teman anaknya, beliau marah dan memotong habis rambut
anaknya. Sejak itu pergi dari rumah. Harga dirinya terlukai. Nggak ditanya alasan keterlambatannya, nggak didengar penjelasannya, dimarahi dan dihukum di depan teman-temannya. Ditambah lagi, hukuman potong rambut itu nggak disepakati sebelumnya. Muncul karena spontanitas si ibu yang marah membabi buta tanpa mau mendengar anaknya. Mungkin tubuhnya nggak luka, rambutnya bisa tumbuh lagi, tapi harga diri dan rasa hormatnya pada sosok ibu, jelas telah hancur.
Apa benang merah dari ketiga kasus ini? Kekerasan anak oleh orang tua. Verbal dan non verbal. Orang tua sering sekali menyalahkan lingkungan atas perilaku anaknya yang dianggap melanggar norma. Padahal, penyebabnya justru orang tuanya sendiri. Mendidik anak itu wajib, melatih anak untuk berdisiplin itu harus. Tapi yang utama dilakukan terlebih dahulu adalah punya ilmu, supaya nggak salah langkah.  Jika kita mengingat kisah nabi Ibrahim yang diperintahkan Allah untuk mengurbankan Ismail. Yang dilakukan nabi Ibrahim pertama kali adalah dialog, Menyampaikan pada Ismail pada beliau diperintahkan Allah demikian, dan menanyakan bagaimana pendapat Ismail. Itulah luar biasanya nabi Ibrahim, untuk melaksanakan perintah yang turun langsung dari Allah saja, beliau masih menanyakan pendapat anaknya. Maka, mestinya kita juga mencontoh sikap nabi Ibrahim. Apalagi pada
anak yang sudah baligh, saatnya diperlakukan sebagai menteri. Tanyakan pendapatnya, cari tau alasannya, hargai masukannya. Jika di dalam keluarga nggak terbiasa berdiskusi, komunikasi hanya berupa instruksi atau perintah top down, dimana anak selalu berada di posisi bawah. Jangan heran jika suatu saat anak akan mencari 'rumah' lain yang lebih nyaman. Jangan lupa, bagi anak yang kondisi pengasuhannya jauh dari ideal, indikator nyaman adalah bebas dari
aturan. Anak-anak labil yang mencari kenyamanan di luar rumah ini menjadi mangsa bagi perusak-perusak moral generasi muda : industry pornografi, narkoba dan sebagainya.

Ngeri ya? Banget. Tapi nggak cukup kita hanya mengutuk atau meratap. Lakukan sesuatu. Minimal, dari lingkungan kita sendiri. Paling sedikit, pada anak-anak kita sendiri. Semua pasti ingin punya anak yang mandiri, punya kesadaran untuk bertanggung jawab minimal pada dirinya sendiri. Nggak bisa lho, itu tercapai dengan membentak, mencubit, atau memukul anak. Anak yang mengalami kekerasan mungkin kelihatan langsung patuh. Tapi dia patuh
karena takut. Dan memori di otaknya akan menyimpan, begitu caranya menyelesaikan masalah. Yang suatu saat nanti, perlakuan yang dia alami akan diulanginya pada orang lain. Atau bisa juga muncul dalam dirinya adalah rasa rendah diri dan nggak berdaya. Anak-anak seperti ini rentan ditekan oleh orang lain dalam komunitasnya. Korban kekerasan, baik verbal dan non verbal di dalam rumah, bisa menjadi pelaku atau justru korban bullying.

Lalu, gimana caranya melatih anak disiplin?
1.      DIALOG
yang dicontohkan oleh para nabi. Dialog ya, bukan monolog. Dialog itu pembicaraan dua arah. Masing2 punya kesempatan yang sama untuk bicara dan mendengarkan. Kalau ibu-ibu kayak kita gini ngomong sama anak pake metode ceramah, kadang-kadang ada bonusnya omelan, trus si anak Cuma diam sambil bersungut-sungut. Itu namanya monolog, bukan dialog.

2.      KOMITMEN DAN KONSEKUENSI
 Tetapkan bersama anak, aturan yang ingin diterapkan. Buat kesepakatan, minta anak berkomitmen. Konsekuensi yang berlaku akibat aturan yang dilanggar juga ditetapkan
dengan sepengetahuan anak. Dan dibicarakan di awal. Kalau belum ada komitmen akan aturan dan konsekuensi yang disepakati, jangan memberi hukuman secara spontanitas. Kita aja nggak mau kan, dihukum secara tiba-tiba. Nggak ada aturan, nggak ada kesepakatan,  nggak ada peringatan, tiba-tiba langsung dihukum. Pasti langsung merasa
diperlakukan nggak adil. Sama, anak pun begitu. Lalu, tetapkan target secara bertahap, yang ditingkatkan jika target telah terpenuhi. Misalnya, dalam hal melatih anak disiplin sholat. Target pertama, anak sholat 1 waktu dulu, rutin setiap hari. Biarkan
anak pilih mau sholat apa. Kalau mau sholat maghrib, setiap hari sholat maghrib nggak boleh bolong. Kalau anak ingin sholat di waktu lain, nggak masalah. Tapi, sholat maghribnya tetap harus jalan. Kalau sudah berhasil sholat maghrib setiap hari berturut-turut selama 1 bulan, misalnya. Tambah lagi 2 waktu sholat, begitu terus sampai bisa
sholat 5 waktu. Sudah berhasil sholat 5 waktu setiap hari, tingkatkan targetnya. Sholat di awal waktu, perbaiki bacaan dan tingkatkan kekhusyukan. Kalau sudah berhasil, tambah target lagi sholat sunnah. Sholat sunnah aja udah banyak tuh, insya Allah kita nggak akan kekurangan materi untuk mengajarkan anak sholat sampai dia aqil baligh nanti.

3.      SABAR
Melatih disiplin memang bukan pekerjaan mudah. Kalau nggak perbanyak stok sabar, kita akan mudah marah. Kalau marah, target nggak akan tercapai. Karena anak nggak akan menangkap pesan, dari kata-kata yang terucap dengan amarah. Anak cuma tau, dia dimarahi. Tapi nggak ngerti alasannya. Apalagi kalau kita terlalu banyak bicara. Marah nyerocos ke sana kemari, poin yang ingin kita sampaikan malah tenggelam. Rentang konsentrasi anak bisa diasumsikan = 5 menit + usia. Anak usia 5 tahun, rentang konsentrasinya = 5 menit + 5 menit. Cuma 10 menit aja. Jadi kalau mau menegur atau memberitahu kesalahan anak, sampaikan dengan ringkas dan padat. Bicarakan di awal kalimat. To the point. Dan harus selesai sebelum waktu rentang konsentrasinya berakhir. Nggak usah ngelantur kemana-mana. Percuma, anak nggak akan dengar. Perbaiki komunikasi yang efektif dengan anak. Agar anak mau mendengar kita, kita dulu yang harus mau mendengarkan mereka dan berempati dengan apa yang mereka rasakan. Jika kita terbiasa mengabaikan pertanyaan dan ungkapan hati anak yang bagi kita remeh. Nanti, kita yang akan diabaikan, dianggap remeh. Ingat, anak sering kali adalah copy dari orang tuanya.

4.      LURUSKAN NIAT
 mendidik anak sebagai ikhtiar untuk menjaga keluarga kita dari api neraka. Karena kekuatan bermula dari keluarga. Keluarga bisa menjadi asbabul ujur (peluang dan sarana mendapatkan pahala), bisa juga menjadi asbabul a'tsam (peluang dan sarana menerima dosa). Semoga anak-anak kita termasuk dalam orang yang mengalirkan pahala jariyah bagi orang tuanya, dan bukannya dosa jariyah. Aamiin... Allahumma amiin...

sumber : Grup WA [10:33 09/12/2016] +62 812-1898-5542