Senin, 20 Oktober 2014

Penanti kasih



Hitungan tahun yang dilewati terasa cepat menua apatah lagi rotasi bulan, gantian hari, detak jam yang melesat cepat tapi jelas menambah ukir sendu gundah di hati para penanti kasih. Ah, tak perlu kau tepis fitrah rasa merindu walau ia mengiris pilu bahkan sampai memeras ruah air mata.  Sungguh tak perlu. Bukan bermaksud juga untuk meratap rasa yang belum sampai, tapi menikmati rasa sebagai tafakur bukti kebesaranNya.

“Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir”. (QS. Ar Rum, 30 : 21).

Allah Maha tahu persis hancurnya hati mu, Allah tahu persis pilu merindu hati mu saat menyeret mengadu dalam do’a dengan gelombang rasa. Jika ikhtiar halal manusiamu sudah sempurna untuk menjemput sang kasih maka syariat selanjutnya adalah ta’at pasrah dan tawakkal. Bukankah kata pasrah dan tawakkal hanya pantas diucapkan seorang pejuang?.  Kabar gembira untuk mu Allah sampaikan di surah cintaNya

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Membukakan jalan keluar baginya, Dan Dia Memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan Mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah Melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah Mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu” (ath talaq : 2 to 3).

Seperti hikmah doa 4000 tahun di lapis lapis berkah rasa. Aku ingin menceritakannya kembali.  Ketika itu para sahabat bertanya kepada sang junjungan baginda Rasul “ Ya Rasulullah, ceritakan tentang dirimu.” Di rekam dalam riwayat ibn Ishaq ibn Hisyam di kitab Sirahnya saat itu Rasulullah mengawali dengan senyum disusul senarai kata kerendahan hati “ aku hanysanya do’a yang dimunajadkan Ibrahim ‘alaihis Salam”. 

Ya Tuhan kami ! Bangkitkanlah di antara mereka itu seorang Rasul dari mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmat, dan akan membersihkan mereka; sesung­guhnya Engkau adalah Maha Gagah lagi Maha Bijaksana. (albaqarah :129) 
  
Doa itu berumur 4000, berasal dari jernihnya tetes nurani dalam ungkap niat tulus nan haru diiring getar lisan dan jasad saat melafazd, diiring berendah rendah mengakui keagungan Allah, diiring cekat pengakuan dosa dan lemah diri. Dan Do’a dari sang Moyang diijabah dengan sempurnanya pemberian Allah, sang Rasul dengan seutama2 kemuliaan.

Maka dari doa itu kita belajar, bahwa yang terpenting bukan seberapa cepat buah munajad dijawab, melainkan berapa lama masa do’a memberi manfaat dan membuat semakin dekat denganNya. Seperti do’a2 ibrahim, nabi dan rasul, tapi ijabah do’anya lama dalam sabar, tapi lihatlah pengabulannya.
Maka dari doa itu kita belajar bahwa Allah Maha pemurah, tak diminta pun pasti memberi.  Maka dalam permohonan kita, bersiaplah menerima berlipat dari asa. Allah Maha tahu; Maka berdoa bukanlah untuk memberitahu Dia akan apa yang kita butuhkan. Doa adalah bincang mesra nurani, agari Dia ridho untuk kita segala yang dianugerahkanNya.