Rabu, 19 Maret 2014

Awesome,GBK putih

Inilah salah satu nikmat yang Allah berikan, sesaat terlintas di fikir ku tentang kampanye PKS terbesar di GBK 2009 lalu, sambil bergumam dihati "ah, kapan lagi ya ada? ingin sekali aku menjadi salah satu titik putih itu".  Beberapa hari setelah membatin, aku dapat informasi via WA bahwa tanggal 16 Maret 2014 akan diagendakan kembali kampanye akbar bertema "PKS putihkan GBK". Allahuakbar..tasbih saja terucap dari lisan tuk kesempatan ini. sungguh tak sabar menunggu tanggal itu dan akhirny sampai juga. Mobilisasi masa yang sederhana, aku di sms dari PJ acara mengumumkan siapa yang ingin ikut ke GBK silahkan daftarkan diri, berangkat pukul 06.00 wib dengan dress code putih.  Sejak subuh minggu 16 Maret aku sudah sibuk bersiap sambil ditemani lagu harokah menyelesaikan sarapan sebelum berangkat.  Saat tiba di lokasi kumpul, kibar2 jilbab putih mencerahkan redup subuh, merinding sejenak ku melihat mereka sambil fikirku melayang ke GBK tapi tak dapat gambaran.

Pukul 06:10 Waktu Indinesia Bogor (WIB) bus kami melaju lanjar menuju GBK.  Mp3 “kobarkan semangat Indonesia” nasyid shouhatul harakah terbaru, ku putar untuk ‘memanasi’ isi bus.  Suasana yang masih terbawa redup subuh Bogor baru 'menyala' saat bus yang kami tumpangi memasuki kota Jakarta.  Pandangan ku tak lepas dari kaca bus mengantarkan impuls ‘gelora GBK’ ketika satu persatu mata ku melihat bus bus kami dahului berisi penumpang berpakaian putih. tak hanya iringan bus bus besar itu, mobil mobil pribadi dan sepeda motorpun menyemut tak putus bersama panji panji PKS menempel disana. Yah, itu baru pemanasan awal di pukul 7 pagi.  Seperti seonggok permen terjatuh dilantai beramai ramai dituju kerubungan semut hitam, begitulah pemandangan GBK sekitarnya tanggal 16 Maret 2014 bersejarah, kader dan simpatisan menyemut putih di GBK.



Bus yang kami tumpangi tak berhenti di parkiran GBK melainkan di bibir jalan Suparman, karena ada ratusan bus yang membawa massa Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjalani kampanye terbuka perdananya di Gelora Bung Karno (GBK) sudah memenuhi kantong-kantong parkir yang disediakan Ditlantas Polda Metro Jaya.  Di antaranya adalah di Jalan Asia Afrika, Senayan, Jakarta. Di sisi kiri Jalan Asia Afrika tepatnya dari arah Gelora ke Blok M, sepanjang sekitar satu kilometer mulai dari lampu merah pintu dua senayan hingga depan Plasa Senayan, dipenuhi ratusan bus massa PKS yang terparkir berjejer (Tribun News/16/03/2014). 

Sampai di GBK seluruh sektor bawah sudah dipenuhi massa dan kami menempati sector 23 sebelum di minta turun oleh tim kepanduan untuk memenuhi kursi dibelakang panggung.  Fokus mata ku tertuju ke panggung yang menampilkan berbagai pertunjukan mulai dari lantunan nasyid nasyid harakah, menyanyikan lagu Indonesia raya dan mars PKS oleh paduan suara dari NTT, pembacaan janji setia pemuda kader yang diwakili oleh kader2 muda berprestasi, orasi Anis Matta dan tausyiah oleh dewan syuro PKS, ustz. Hilmi. Sesaat orasi presiden PKS, usztad Anis Matta ku sempati pandang ku menyapa seantreo GBK, dan Mashaallah, lautan ‘semut putih’ memenuhi setiap sudut GBK  Awesome,GBK putih







Rabu, 12 Maret 2014

Doa Perindu Kasih


Ya Rabb, Tuhan penghimpun cinta dihati anak manusia
yang menjadikannya rindu akan penyatuan halal dua insan menanti kasih,
maka anugerahkan hati para kekasih dengan seorang kekasih,
yang sepanjang kebersamaan dengannya menjadi semakin melipat cinta, tunduk dan patuh pada MU,
yang selama hidup bersamanya menjadikan sempurna dalam pembelajaran dan pengamalan kalam MU,
yang seorang sholih muslih, menjadikan diri dan zuriat teladan terbaik bermanfaat bagi ummat Rasul MU,
yang akhir berujung pada kesempatan bertemu dengan Mu, menatap wajah Mu, dan menjadi kekasih MU,

Ya Rabb, Tuhan yang mengadakan yang tiada
yang memilih keta'atan untuk setiap hamba yang Kau inginkan,
 maka pantaskan kami, jika saat ini tak pantas bersamanya sampai kami bertemu
maka siapkanlah kami, jika saat ini tidak siap untuknya agar segera bertemu
maka jadikan benar cinta, rindu, ingin dan penghambaan hati kami semata hanya karena mu

08:19/14/03/2014

Senin, 10 Maret 2014

Mercusuar Malam


Ku dapati ia diawal jalinan persahabatan sebagai sosok yang sangat pendiam.  Tak banyak cerita yang terangkai dari nya, tak banyak timpal bicara saat kami berkumpul melepas rindu persahabatan.  Sosok kaku yang sering membuat sanguine ku mendadak lenyap.  Hanya ada eksperi resmi dan formal saat bersamanya.  Aku adalah sang pengagum kepemimpinan yang vocal dan visioner.  Hingga satu kali aku diberi kesempatan berjalan bersamanya untuk tugas di luar kota, yang merubah pandangku pada sahabat ku itu.  Dia seorang aktivis keilmuan yang aktif disebuah lembaga keilmuan tingkat nasional. Ku temui rekan2 kerjanya adalah mereka2 dengan segudang prestasi akademis.  Perjalanan ke luar negeri seperti tempat bermain bagi mereka untuk agenda dari organisasi mereka.  Jepang, belanda, jerman, perancis, korea dll.  Siapa yang tak ingin keluar negeri, melihat dan menikmati perjalanan ke negera lain, mencari suasana baru, pengetahuan baru dan pastinya sebagai nilai dan eksistansi diri. 
Sahabatku ini, bukan seperti mereka.  Sederhana dan tak show up. Melangkah slow tapi pasti.  Cerdas dan totalis dengan amanah.  Saat kesempatan duduk bersama menunggu kedatangan bus untuk membawa kami kembali ke kota asal, aku bertanya kepadanya
“ kamu tidak ingin keluar negeri seperti teman2 mu?” tanya ku penasaran sambil menunggu serius jawaban darinya.  Hening hitung menit baru dia menjawab pertanyaanku.
“ untuk apa?” jawaban yang singkat dan padat membuat aku speechless dan tak habis pikir. Untuk apa? .sekarang aku malah terdiam lama. Untuk apa ya? aku kehilangan jawaban sesaat. Saat otak ku mensearching jawaban logik yang bisa dia terima, dia kembali bersuara “ bagi saya,  keluar negeri saat ini belum menjadi prioritas.  Saya lebih senang jika anggota saya yang lebih dahulu mencicipi kesempatan keluar negeri.  ntahlah, selama ini sya berfikir, tentang impian2 saya.  dan setelah saya lihat kembali hamper semuanya untuk diri saya saja.. dan mungkin sebagian besar kita bgtu.  Menulis sekian ratus target impian. Tapi berapa persen dari impian yang ada adalah untuk keberhasilan dan kebermanfaat bagi orang lain. Hanya beberapa saja.  saya tidak mau seperti itu. “jelas tegasnya membuat aku semakin terdiam, tersindir.  Ada frame baru yang mulai merangkai di fikir ku tentang kebermanfaatan diri.
mercusuar malam.  Seketika kutemui istilah untuknya akibat analogi dari tausiyah seorang usztad “ jadilah mercusuar malam, tinggi menjulang, bersinar dan menerangi sekelilingnya.  Memberi cahaya bagi nelayan yang pulang melaut, memberi titik terang bagi pelaut yang kehilangan kompas bahari”.  Bus yang kami tumpangi pun datang.  Segara aku berkemas barang menunggu jam keberangkatan didalam bus. Sepanjang perjalanan malah sang silencer yang mendominasi pembicaraan dan aku hanya menjadi pendengar yang baik dari cerita hikmah yang pertama kali kusimak darinya.
***
Bersabarlah bersama sama sahabatmu, sepanjang waktu persahatan, mak  akan kau temui banyak hal2 yang sebenarnya tentang dia (Riana).
Kota pelajar, Maret 2014 

Hijrah Fha




Keadaan pulau ini tidak banyak berubah sejak kutinggalkan satu tahun lalu melanjutkan menuntut ilmu strata dua di kampus berlabel pertanian sdi kota hujan Bogor. Perkenalkan, nama ku Efa riana.  Dari lahir hingga sekarang panggilan selalu sama, efa. Hanya Orang2 yang menganggapku spesial (aku merasa seperti itu ^^), dirinya spesial bagiku dan diriku sendiri yang memanggil dengan sebutan “Fha, kak Fha, or Mb fha”. Tahun 1988, tepatnya tanggal 4 oktober, 25 tahun yang lalu aku berpindah ke alam dunia setelah melewati perjalanan di alam Ruh dan alam rahim sang bunda. Aku terlahir sebagai anak pertama dari bunda yang bernama gusniwarti dan ayahnda bernama zahidin.  Aku memangggil sepasang malaikat ini dengan sebutan “bapak dan mamak”.  Ibu seorang Minang asli dan ayah bersuku Jawa, jadi aku anak keturunan jamin alias Jawa Minang. Bisa ke Minang atau Jawa, aku pribadi lebih dekat dengan lingkungan Jawa, tapi adat istiadat suku orang tua ku tidak benar2 kental dikeluarga kami karena kami tinggal dikampung melayu, jadi lebih banyak melebur dengan lingkungan sekitar. Interaksi gen dan lingkungan lebih mengekspresikan nuansa melayu dikeluarga. Cerita mamak, aku termasuk yang paling lama dikandungan ibuku, sekitar 10 bulan.  Balitaku termasuk seorang anak yang cengeng, cerewet, keras kepala dan banyak maunya, karena anak pertama jadilah aku percobaan mendidik anak bagi keluarga muda mamak dan bapak.

Masa Pendidikan
Masa Sekolah Dasar
Aku masuk SD usia 5 tahun. Tidak ada TK waktu itu dikampungku. Ibu ku seorang guru, aku sekolah di SD tempat ibuku mengajar.  Seingatku disekolah aku termasuk anak yang aktif. Selalu menempati urutan juara kelas 3 besar sejak kelas 1 hingga tamat kelas 6. Aku suka menari.  Untuk pertama kalinya aku tampil dipanggung membawakan tarian daerah dalam sebuah acara di Kecamatan. Yup salah satu hobi remajaku adalah menari dan  termasuk jagonya. 

Masa Sekolah Menengah Pertama
Tamat SD melanjutkan Sekolah Menengah Pertama masih dikampungku. Masa SMP ku seperti anak remaja tanggung kebanyakan yang memang tidak berorientasi untuk memahami agama lebih.  Prestasi belajar masih sama dengan prestasi di SD, bahkan lebih baik, aku tidak pernah lepas dari rangking 1 dikelas.  Mau rata2 kelas naik atau turun tetap nilai ku teratas, sehingga aku sering jadi kepercayaan guru.  Masih melanjutkan hobi yang sama, aku terpilih mewakili kecamatan dalam agenda Pekan Kesenian Daerah tingkat Kabupaten. Aku juga aktif dalam pramuka, heaking, pasus dan kelompok seni di Sekolah.  Berpetulang adalah hobi ku yang lain. 
SMP aku tidak pake jilbab.  Agama hanya sekedar tau kulit arinya saja, itupun suplai pengetahuan dari 2 jam pelajaran agama setiap minggunya di Sekolah L L (semoga Allah mengampuni dosaku). Walaupun seperti itu aku tidak pernah pacaran masa SMP. Bukan, bukan karena aku tidak mau, atau karena aku tau pacaran itu gak boleh tapi karena teman yang aku taksir gak naksir balik dan yang naksir aku, aku gak naksir dia, cinta monyet katanya,hehe. Jadinya gak pernah nyambung. Satu yang ku fikirkan rasa ketertarikan pada lawan jenis itu bukti fitrah dan kenormalan diriku sebagai makhlukNYA.  Muhasabah diri beberapa tahun kemudian sangat ku syukuri keadaan itu.
Aku sangat suka membaca. Salah satu bacaan remaja ku adalah majalah remaja islami “Annida”.  Aku sering mendengar kata Rohis, yang akhirnya nanti kutemui di SMA  dan tidak asing bagiku. Mungkin cerpen2 islami dimajalah itu salah satunya yang menjadi titik balik hijrahku. Aku lulus SMP dengan nilai tertinggi.

Masa Sekolah Menengah Atas (titik loncatan)
Sekolah favorit pilihan dari guru2 SMP untuk ku adalah SMA Plus Pekanbaru. Aku dan beberapa teman difasilitasi untuk test, tapi akhirnya kami semua tidak lulus dalam ujian tertulis. SMA favorit pilihanku salah satu SMA di pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau, Provinsi dimana aku tinggal. Tapi bapak tidak memberi izin untuk ku sekolah di Pekanbaru. Bapak memilihkan untuk ku SMAN 1 Bengkalis yang merupakan SMA favorit di Kabupaten ku.  Aku ini keras kepala.  Aku memang menerima saran bapak, tapi dengan hati dongkol karena aku tidak mungkin ngotot dan tidak bisa juga ngurus sendiri untuk sekolah ke Pekan baru. Bapak mengantarku ke Bengkalis, salah satu Kabupaten di Provinsi Riau untuk mendaftarkan ku.  Nilai akhir ku tidak jelek2 amat. Menempati urutan ketiga dari ratusan siswa yang mendaftar. Aku berada diposisi sangat aman. Tapi aku tidak menikmatinya. Aku masih dongkol. Dan bertambah dongkol lagi ternyata jarak sekolahku jauuh banget dari rumah bulek, kakak bapak.  aku disuruh bapak tinggal dengan bulek.  Aku pergi sekolah dengan mengayuh sepeda dengan jarak tempuh lebih kurang 60 menit.  Berpanas dan berhujan di jalan membuat pigmen kulit gelapku semakin terekspresi.
Aku memulai studi di SMA dengan niat salah. Bapak tidak menuruti mau ku, maka aku tidak akan benar2 belajar disini, batin ku diawal sekolah. Walhasil prestasi SMA ku benar2 jongkok. Kelas 1 tidak dapat juara sama sekali, mungkin karena aku kualat niat diawal dengan orang tua.  Aku tidak menyesal dengan keadaan itu. Penyesalan itu baru muncul saat sahabat dekatku selalu juara kelas. Aku berusaha memperbaiki niat sekolah, aku belajar mati2an tapi ternyata aku tidak pernah mendapatkan 10 besar dalam kelas.  Pelajaran berharga bagi ku tentang pentingnya sebuah niat, sedang aku udah belajar mati2an pun tidak dapat juara.
Menari masih menjadi hobi ku.  Sayangnya ketika ingin melanjutkan hobi menari, aku tidak diterima disanggar sekolah. Sedih. Ekstrakurikuler lain yang ingin ku ikuti adalah marching band, tapi ketika aku test untuk ikut grup Marching band kabupaten yang sebagian besar personilnya diambil dari SMA ku aku gagal lagi. Aku pun tidak tergabung diorganisasi paling bergengsi disekolah, OSIS.  Satu-satunya organisasi sekolah yang aku ikuti adalah pramuka.  Kalau orang orang bilang masa putih abu abu adalah yang paling indah, bagi ku beneran abu2, gak jelas.  Sedihlah pokoknya. Belakangan baru aku mengerti saat aku bergabung di organisasi kerohanian islam (Rohis) dan menjadi salah satu perintis organisasi itu di sekolah ku.  semua yang terjadi itu merupakan bukti sayang Allah kepadaku yang menjauhkan aku dari kehidupan glamor dan hendonis masa remaja. Titik balik. kelas 1 memasuki kelas 2 semester 1 aku masih belum berjilbab. Ilmu agama jangan ditanya. Semakin jauh, semakin zero, sangat menyedihkan. Hingga satu momentum yang membuat diriku berubah total menjadi seorang yang sangat berarti.

Hijrah.....
Seperti biasa setiap jum’at pagi sekolahku selalu mengadakan ceramah agama dan yasinan.  Tapi jum’at itu tidak ada ceramah dan yasinan seperti biasa. Acara yang berbeda. Kata guru bagian kemahasiswaan akan ada perkenalan dengan kakak-kakak pembina ROHIS.  Kata itu tidak asing ditelinga ku.  Spontan saraf otak ku menampilkan slide gambaran rohis yang pernah aku baca di cerpen-cerpen remaja islami kalau di rohis itu ada remaja-remaja islami, ngaji, sholeh/ha dan tidak pacaran. Eneg. Tapi tetap mengikuti agenda dengan perhatian. 
Rohis ini organisasi keagamaan yang baru akan dibentuk di Sekolah ku.  Ada 2 pasang kakak-kakak mahasiswa. Yang cowoknya berwajah teduh dan ada jenggotnya, tipis. Yang ceweknya cantik dan anggun saat melihatnya. Aku tidak tau mengapa ada perasaan damai saat aku melihat mereka. Tapi ada satu hal yang membuat kening ku berkerut, penampilan kakak cewek berdua itu, kok jilbabnya panjang bangeet. Apa gak gerah? apa gak rempong? Aneh bangeet..masih juga ku membatin. Ending acara salah seorang kakak mengumumkan saat jam shalat jum’at ada acara keputrian untuk para siswi. Aku memutuskan untuk mengikuti acara tersebut untuk menjawab rasa penasaran ku tentang rohis. 
Siswi yang hadir di aula sekolah cukup banyak.  aku mencoba menerobos rapatnya barisan duduk teman temanku yang datang lebih awal dari ku.  Aku mencari tempat duduk paling depan dan dekat dengan sang kakak.  Aku memperhatikan kedua kakak tersebut. Aku terkesima dengan keanggunan mereka berdua. Seperti bidadari. Selintas fikiran lewat kalau aku ingin seperti mereka. Zeeeg, tiba2 aku tersentak. “Beneran mau pake jilbab selebar itu???”. Aku mendengar suara yang menghasut, aku kalah “ah ogah pake jilbab, palagi segede itu”.
Acara dimulai dengan perkenalan lebih detil identitas kedua kakak tersebut. kak novi dan kak lindar.  Kak novi mengambil alih acara inti yang lebih banyak ke ta’aruf panjang dari sang kakak yang menceritakan kisah hidupnya hingga akhirnya beliau bisa menutup aurat seperti yang aku saksikan sekarang.  Masa-masa SMA beliau ternyata lebih jahil dari ku, pernah menjadi foto model , pacaran, deelel tapi akhirnya beliau memilih  mendengarkan resah hatinya untuk taubat saat Allah membuka baginya dan hijrah menjadi seorang muslimah solehah.  Gleg, entah kenapa aku merasa sangat tersindir dan malu. Bahkan niat untuk menutup auratpun belum ada hingga hari itu.  tapi ada perasaan lain di hati ku ke kak novi, rasa tak suka diawal seketika berubah jadi cinta. Ya Aku jatuh cinta pada kakak itu, kakak yang ternyata dikirimkan Allah menjadi sang perantara hidayah Allah ke seorang remaja bernama efa riana.
Selanjutnya aku selalu menghadiri kajian keputrian tiap jum’atnya. Materi-materi yang disampaikan sangat memberi pencerahan buat ku dan ada kalanya menampar-nampar wajahku saat yang ingatkan tentang kewajiban-kewajiban yang terlalaikan selama ini. Tentang aurat, hijab, hati, ibadah terutama shalat, tentang biruwalidain, berbuat baik dengan sesama, tentang Allah dan Rasulnya, tentang perintah berdakwah.  Ruhani ku selalu terasa segar setelah pulang dari pengajian itu. muncul keinginan kuat untuk memperbaiiki diri. Saatnya tobat nasuha, bisik hatiku. Perlahan aku mulai memperbaiki ibadahku, terutama shalatku.
Aku masih belum pake jilbab. Kak novi tidak pernah menyuruhku secara langsung menggunakan jilbab, tapi ku menangkap keinginan tersirat beliau agar adik-adiknya berhijab, maka seringlah beliau menyampaikan tentang hijab.  Sepertinya penyampaian kak novi tentang hijab mempengaruhi jiwaku.  Aku merasakan keresahan hati karena belum berhijab hingga saat ini.  Aku ingin pake jilbab, batin ku. Tapi, Dilema yang pasti akan dirasakan siapapun remaja putri yang berniat memakai hijab dari hati. Yuup benar, batin ku selalu berbisik “kalau pake jilbab apa bisa menjaga jilbabnya untuk gak dibuka2 lagi? apa udah bisa menjaga ibadah? Gak ninggalin sholat lagi? apa bisa membatas pergaulan dengan lawan jenis? apa bisa jadi seorang yang pantas dengan jilbabnya? emang ada uang buat beli baju-baju panjang dan rok? Entar gak bisa bebas gaya-gayaan lagi, kuper banget loh kalau pake jilbab dan bla bla bla.  Dilema hati untuk berhijab hingga berbulan- bulan kedepan dengan berbagai pertimbangan.  Untuk pertama  Ya Rabb tolonglah, rintihku. Suatu kali kami diajak mengikuti seminar kemuslimahan dikampus kak novi.  Tema acaranya tentang hijab dan aurat wanita. 
“ Wanita yang tidak menggukan jilbab itu amal ibadahnya akan tertangguhkan saat yaumul hisab nanti. Dan hanya orang-orang yang dipilih Allah yang akan mendapatkan hidayahnya. Apakah aantunna semua ingin menjadi yang terpilih Allah? Maka putuskanlah” jelas sang uztadzah. Kata-kata sang usztadzah meresap jauh ke dalam hati ku, seketika sebuah kekutan dan komitmen muncul untuk berhijab.  bismillah.
****
Hari senin aku langsung berganti kostum putih abu abu panjang dengan jilbab lebar. Bukan baju baru. Sumbangan dari kakak sepupu yang dulu saat sekolah menggunakan jilbab. Aku tidak memberi tahu orang tua ku tentang keputusanku memakai jilbab dan tidak meminta uang tambahan untuk membeli busana baru. Pagi itu aku berangkat ke sekolah seperti biasa dengan sahabat dekat ku, yuli. Saat ketemu beliau didepan gang rumah, kuntanggap siratan wajah kaget beliau, dan disusul jerit tertahan memanggil nama ku
“ fhaaa,,mashaallah...pangling yuli...”  aku hanya senyum-senyum mengingat kemaren berangkat sekolah aku masih memamerkan rambut lurus seekor kuda.
“ yuk kita berangkat” ajakku santai.  Sepanjang jalan kami hanya diam disibukkan dengan fikiran masing-masing.  Ini hari pertama ku berjilbab dengan tampilan jilbab selebar para akhwat, begitu mereka menyebutnya.   Aku tidak berpikir jauh tentang konsekuensi jilbabku. Yang jelas ku ingin pake jilbab dan itu lebar. Aku ikut upacara senin seperti biasa. Sengaja mengambil barisan paling depan. Aku mendengar beberapa temanku menanyakan kehadiranku, terutama genk belajarku.  Entah kenapa aku malas sekali untuk berpaling kebelakang. Aku mendadak jadi pendiam.
 “efa mana, kok gak kelihatan ya? Apa sakit?” yang bertanya teman cowok segenk dikelompok belajarku. Kami ada ber 11 orang, 3 cewek salah satunya aku. Diskusi dalam belajar dan posisi tempat duduk dikelas merupakan faktor yang mendekatkan kami. Tapi hari itu sepertinya mereka langsung membungkam, diam dengan tatapan heran  ketika berhasil menemui ku setelah upacara bubar. Ku tangkap tatapan bengong dari wajah mereka, dan spontan ku menyapa mereka dengan salam “Assalamua’alikum” sedikit ganjil ditelingaku, apalagi ditelinga mereka. Hal yang baru pertama kali ku lakukan dan aku terkesan sangat alim -_-.  Beberapa saat aku menunggu respon mereka, tidak ada yang menyambut dengan canda sepeti biasanya. Hanya diam. Dan aku pun berlalu dari pandangan mereka.   Aku tidak menyesal dengan keputusanku sekalipun mereka akan menjauhi aku nantinya, karena rasa nikmat dan nyaman yang kurasakan saat ini lebih berarti dari apapun.  Pertama kalinya merasakan hati sangat dekat dengan Allah, berdialog hati dengan NYA.  Aku menikmati suasana itu.  
Pulang sekolah ku sempatkan mampir ke rumah kak novi.  Pertama melihatku, beliaupun tak kalah kagetnya. Aku tidak mengatakan kapan akan menggunakan jilbab kepada belaiu.  Nasehat beliau yang ku ingat
“ Puji Allah yang menitipkan hidayahnya buat adek. Tapi memang sebaiknya hijrahnya berproses, khawatir futur karena semangat menggebu diawal. Tapi buktikan ke kakak kalau ucapan kakak gak bener sya dek. Semoga Allah mengistiqamahkan hati adek untuk berhijab.” Aku hanya diam. Kemudian senyum sambil berjanji dalam hati dan memohon kepada Allah agar dititpkan istiqomah.
****
Saat hijrah, aku duduk di semester dua  kelas dua SMA. Saat ujian akhir nasional kelas tiga, sekolah di liburkan. Aku memutuskan pulang kampung.  Dari pulau Bengkalis menuju pulau rupat menggukana ferry express, perjalanan laut ditempuh dua jam.  Jilbab lebar, baju blouse, rok panjang dan kaos kaki sudah menjadi seragam ku.  Pemandangan yang sangat baru bagi keluarga ku saat aku sampai dirumah.  Aku menyalami kedua orangtuaku. Aku berharap ada ekspresi senang dari keduanya saat melihat perubah anaknya yang mengggunakan jilbab. Tetapi yang kudapati hanya kalimat “ udah pake jilbab sekarang”.  Lima hari dirumah begitu asing bagi ku karena aku merasa orang tua tak banyak bicara. Barangkali mereka mengkhawatirkan aku mengikuti aliran sesat.
            Keluarga ku sangat awam akan pengetahuan agama.  Dengan kondisiku pasca hijrah aku sangat merindukan potret keluarga tarbiyah, minimal keluarga yang menjalankan syari’at dengan baik.  tapi inilah yang harus ku terima, terlahir dari keluarga yang tidak begitu agamis. Akhirnya aku berpikir jika aku tidak mendapatkan tauladan di keluarga maka aku yang akan menjadi keluarga.  Disetiap momen berusaha berlaku sebaik mungkin, memperlihatkan teladan muslim yang bisa dijalani semampunya kepada orang tua dan adik-adik ku. Aku syukur keadaan ini walaupun tidak menjadi bagian dari keluarga dakwah dan tidak totalitas dalam mendukung dakwah, setidaknya tidak menentang atau atau menghalangi ku beridentitas tarbiiyah dan masih menghormati afiliasiku. Dakwah keluarga adalah proyek sepanjang hidup walau hampir lebih 8 tahun aku mengenal dakwah, aku belum mampu menjadi sang perantara hidayah buat adik-adikku khususnya untuk berhijrah mengenal islam lebih dalam L..semoga suatu saat nanti Allah menitipkan hidayah kepada adik-adikku dan juga orang tuaku melalui sang perantara yang dipilih Allah. 

****
Hari selasa subuh ini sebelum berangkat kesekolah aku kebagian giliran mengantarkan bulek ke pasar. Subuh selasa itu aku keluar gak pake jilbab pemirsa (T.T paraah beuud).  Awalnya tenang aja, tapi pas mau pake jilbab ke sekolah paginya hati langsung sangaat merasa bersalah, dan terasa sangat munafik. Nangis-nangis bombay mohon ampun ke Allah berjanji tidak mengulanginya lagi dan benar-benar menjaga aurat ku seperti perintahnya di annur:31, dan sejak waktu itu hingga sampai hari ini aku tidak pernah lagi buka jilbab (semua karena Allah). Sejak kenal para ikhwah di Rohis, aku baru merasa hidup sangat berguna dan berarti, ibadah menjadi jauh lebih baik, sakinah dihati dan perasaan sangaat dekat dengan Allah yang tak pernah aku rasa sebelumnya.  Jadilah aku seorang ADS yang cukup aktif.  Semuanya dibimbing oleh kak novi sebagai mentorku. Dan ketika masuk kuliah aku menjadi ‘ADK siap pakai’. Setelah tamat sekolah baru aku memahami kenapa dulu Allah tidak memberikan aku kesempatan untuk ikut ekskul sanggar tari dan marching band. DIA yang maha sempurna telah mengatur jalan hijrah ku dan DIA memberikan aku kesempatan merasakan semakin dekat denganNYA. Terimakasih ya Rabb.

 Masa Kuliah Strata Satu
            Kembali bapak berharap untuk aku bisa masuk ke jenjang pendidikan yang terbaik.  Impianku untuk melanjutkan studi di kampus pilihan ku di IPB tak di restui. Padahal waktu itu ada mahasiswa undangan dari kampus pertanian termasyur itu dan tak ada salahnya ku mencoba. Beliau ingin aku beliau ingin aku belajarnya masih di Riau.  Alasannya terlalu jauh jika harus belajar ketanah Jawa.  Kali ini aku memilih mendengarkan bapak dengan hati nerimo. 
            Persaingan untuk bisa masuk kampus negeri bukan hal yang mudah, terlebih lulus dengan jalur masuk SPMB (dimasaku) dengan pilihan yang sesuai dengan minat.  Tapi aku bertekad, aku pasti bisa lulus di jalur SPMB. Satu-satunya jalur murni yang bisa ku ikuti dan berkompetisi dengan peserta lainnya secara adil.  Bapak pernah menawari untuk masuk jalur khusus berbayar dengan SPP yang cukup mahal jika aku tidak lulus.  Ku tolak ide bapak secara halus dan aku katakan aku pasti bisa masuk Universitas Riau melalui jalur SPMB lulus dengan minatku pilihan pertama Biologi.  Tekad sudah bulat, pilihan sudah dibuat, langkah yang bisa dilakukan saat ini adalah ikhtiar maksimal sampai mentok.  Berpisah lagi dengan orang tua untuk mempejuangn mimpi di Ibukota Provinsi.  Pertama kalinya menginjakkan kaki di kota bertuah ini tanpa diantar orang tua. Mengikhtiarkan sesuatunya sendiri.  Orang tua ku terlalu percaya dengan kemandirianku dan akupun meyakinkan mereka dengan sangat kalau aku bisa melakukannya.
Lulus SMA aku langsung ke Pekanbaru kota bertuah untuk mendaftar di Bimbingan Belajar Ganesha operation.  Jarak yang cukup jauh ku tempuh dari kosant menuju tempat belajar.  Sebelum matahari naik ke peraduannya kami telah berkejaran dengan waktu agar tidak telat di kelas. Pulang hampir sering sore. Ini aku lakoni selama sebulan.  Saatnya jadwal SMPB tiba pada akhir agustus 2006. 
Dengan bismillah ku maksimalkan ikhtiar terakhir dan pasrah mengerjakan soal. Masa menunggu pengumuman cukup lama dan selama itu kegalauan menghampiri ku. Bagaimana jika aku tidak lulus di Universitas Negeri itu? Bagimana? Bagaimana?.  Setiap yang lewat dan yang bertanya tentang hasil test SPMB kebanyakan selalu mengatakan “Inshaallah lulus itu” dan aku selalu mengaminkan dengan penuh harap.  Dan aku lulus ^_^.
Menjadi mahasiswa baru menyenangkan. Alhamdullak aku bukan termasuk mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang), atau kura-kura (kuliah-rapat).  Cukup banyak peran yang kumainkan selain hanya menjadi mahasiswa. Aku aktif sebagai aktivis organisasi dikampus mulai dari tingkat HIMA, BEM fakultas, hingga BEM Universitas, ikut aksi sana sini, ikut lembaga akivis lingkungan. Semangat berkompetisi ilmiah, menulis, mapres.  Mencoba belajar wirausaha mulai dari ternak mencit buat suplay hewan pecobaan, buka pesanan kue, buat cafe jamur bareng teman-teman, jadi distributor jamur, kerja di rumah makan saat liburan semester pendek, kuliah sambil kerja ngajar les dan privat, aktif di lembaga training, kepanduan, ngisi siaran di TV lokal, jadi instruktur senam PKS. Ah banyak deh...ini baru dunia yang penuh warna dan mengesankan menurutku. Suka duka jadi mahasiswa sarjana emang luar biasa pokoknya. Terlebih menjalani penelitian yang berliku.  Semester 7 jalani penelitian, sampai nginap 10 hari dihutan rawa gambut virgin ditemani pada hewan liar dan makhluk dunia lain , yang katanya kami manusia pertama menjejakkan kaki kesana, di Cagar Biosfer GSK-BB Riau yang baru dibentuk saat itu dengan pembimbung kandidat doktor di Kyoto University, eh ternyata ditengah jalan Kajur meminta aku dan temanku mengganti penelitian tersebut dengan alasan bahwa dosen dengan status sedang sekolah tidak boleh membimbing. Saat itu sudah masuk semester 8.  Karena khawatir ada apa2 dengan studi aku pun meninggalkan penelitian tersebut dan memulai semuanya dari nol. 
Penelitian baru ternyata tak semulus yang dibayangkan dan tidak lebih mudah dari sebelumnya.  Dosen yang super sibuk, dana untuk analisis molekuler yang ditanggung sendiri, teman-teman angkatan yang sebagian besar sudah pada lulus.  Akhirnya masa studi S1 dilewati selama lima tahun. Hiks. Ternyata emang ini yang terbaik karena setelah itu perjalanan menempuh S2 dimudahkan.  
Masa Kuliah Strata Dua
Cita-cita melanjutkan S2 telah terlintah bahkan sebelum aku masuk S1. Allah yang menuntun jalan ini begitu indah.  Bersitan fikiran masa depan yang terlintas dikepala kita bisa jadi itu adlah takdir yang harus kita jalani. Bisa dengan diberikanNYa jalan setelah kita ikhtiar atau sebelum kita mengikhtiarkannya sama sekali.   Dari kecil aku sangat suka dengan alam dan mengamatinya.  Mata pelajaran favoritku adalah Biologi, mau gurunya killer atau baik tak mengurangi cinta ku pada Biology. Cita-cita si efa kecil ingin menjadi dosen. Cita-cita itu terus hadir hingga jalannya sudah sangat jelas saat ini. 
Tipikal anak yang aktif, aku selalu mencari informasi-informasi studi s2 baik dalam dan luar negeri. Tekad yang sama dengan awal kuliah s1, kuliah s2 ini aku tidak akan menyusahkan orang tua.  Seacrhing beasiswa S2 mengantarkan pada informasi BU dikti, yang ketika aku mencoba mengadu nasib menjadi salah satu yang menerimanya.  Dilema mahasiswa pasca sarjana menghampiriku. Antara dua pilihan menikah atau lanjut kuliah.  Akhirnya kedua prosposal yang ku ikhtiarkan.  Ke Murobbi dan ke Dikti dengan keyakinan apapun hasilnya Allah takkan pernah salah memilih, sekalipun pada saat itu aku sangat ingin menikah.  Ternyata Allah memilihkan dan memudahkan segala urusanku untuk lanjut S2 sedang proposal satunya lagi entah kemana kini ^^. 
Kuliah S2 bagi ku lebih dari sekedar menjalani aktivitas perkuliahan di kelas, mengerjakan tugas, ujian, dapat nilai, penelitian.  Kuliah S2 yang kurasakan ini lebih kepada tempaan universitas kehidupan, tempaan kematangan pribadi dan ruhiyah menjadi muslim kaffah. Dan aku merasakan ada nuansa ruh yang berbeda. Lebih baik dan lebih dekat denganNYa, dipertemukan dengan teman dan sahabat yang menyempurnakan pembelajaran kehidupanku.
Ketika keluar pengumuman lulus dan keterima S2 di IPB, aku sujud syukur. Terlintas keinginan saat SMA yang terjadi baru Allah kabulkan saat S2. Ini menambah keyakinan hati kepada sang Rabb bahwa Dialah sebaik-baik pembuat rencana.  Sebelum berangkat, aku membulatkan tekad dan hati bahwa benar-benar ingin kuliah, study oriented dan melupakan sementara keinginan untuk menikah. Target diawal ku tulis di note harian ku :
1.      Semester 1 nyari pembimbing, profesor
2.      Semester 2 penelitian, semester 3 publish jurnal
3.      Hafal qu’an minimal 3 juz, starteri nyari guru
4.      Kompetisi menulis
Dari target yang ada semuanya Allah yang menunjukkan jalan yang tinggal ku jalani tanpa repot-repot ku berfikir bagaimana cara mencapainya. Semakin yakin ini jalan terbaik.  Yang sangat berkesan bagiku adalah proses ku bersama alqur’an.  Aku termasuk salah satu yang tidak begitu dekat dengan alqur’an untuk tilawah 1 juz perminggu pun sangat susah, ditambah bacaan yang berantakan.  Ketika ku niatkan untuk memperbaiki interaksiku dengan alqur’an dengan mencoba mencari guru ngaji, tak sengaja aku ketemu senior yang di tinggal di Rumah Qur’an IPB dan menawari ku untuk tinggal disana, dan pada saat itu aku pun sedang mencari kost-kostan. Allahuakbar rencanNYa emang luar biasa.  Aku merasa jauh lebih baik dari sebelumnya, terlebih saat Allahpun memudahkan jalanku untuk berguru ke Aa Gym (walau tak secara langsung) sehingga aku mengenalNYA dan selalu ingin berma’rifat padaNYA. 
            Jika boleh jujur, aku sangat menyesal kenapa dulu tidak dimasukkan orang tua ke pesantren sehingga bisa lebih banyak tahu tentang syari’at agama, minimal hafal 1 juz alqur’an dan tau bahasa arab.  Sangat iri melihat teman-teman yang ditemui cerdas, sholeh/ah, hafizd/ah qur’an.  Semoga allah menerima proses ku menuju perbaikan diri yang lebih baik dan mengabulkan doa ku mempertemukan aku dengan seorang yang sholeh muslih dan menjadi guru permanen yang banyak mengajariku tentangNYA sehingga orientasi totalitas hanya pada dan untuk Allah. Tidak ada yang lain. 
            Perjalanan spiritual yang luar biasa dengan tempaan kondisi ruhiyah yang cukup dahsyat membawa ku memahami makna kehidupan ini.  Tidak ada yang lebih penting dari Allah.  Ikhtiar kita dalam mencapai sesuatu hakikatnya bukan pada ikhtiar itu sendiri atau keinginan kita yang harus dipenuhi tapi lebih kepada memahami kerja Allah, memahami kehendak Allah, mendamaikan hati bersama Allah, dan segalaNYa Allah.  Hingga apapun yang dihadapkan didepan sana akan anteng saja menjalani, karena yang di takutkan hanyalah tidak bisa bertemu Allah diyaumul akhir nanti. segalaNYA Allah dan semuany sangat sulit dideskripsikan dengan tulisan.  Karena Allah menuntun langkah ini hingga ke sini. di jalan dakwah ini. Satu hal yang sangat dinanti adalah datangnya kematian dan waktu perjumpaan dengan Allah.  Semoga Allah berkenan memberi rahmatNYa kepada kita.