Jumat, 01 Desember 2017

TOILET TRAINING (part 1: Persiapan Orang Tua)


Toilet Training adalah proses ketika anak belajar untuk buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) di toilet selayaknya orang dewasa. Pada tahap ini, anak diajari untuk tidak lagi mengeluarkan air seni dan tinja pada popok

Hasil gambar untuk toilet training orang tua
https://www.google.co.id/imgres?imgurl

Persiapan orang tua

  1. Persiapan fisik
Proses Toilet training cukup menguras energi, apalagi di hari-hari pertama.   Pada saat ini kita akan sering dibuat kaget karena kita belum menemukan waktu anak BAK/BAB sehingga belum bisa di antisipasi.  Buatlah program TT secara tertulis yang meliputi :
ü  Hasil pengamatan waktu anak BAK/BAB
ü  Waktu rutin anak di tatur ke kamar mandi untuk BAK/BAB
ü  Sediakan training pans dan pispot untuk memudahkan ibu dan anak
ü  Tulis perkembangan anak

  1. Persiapan Mental
dalam hal ini adalah kesabaran .  Sejak akan memulai TT sugestikan diri untuk selalu sabar dan jauh dari emosi membimbing proses sang anak.  Jauhkan perasaan kesal, marah, dan putus asa karena proses belajar ini tidaklah instan. Karena kita akan sering menemukan situasi diluar harapan dan kesalahan yang diulang oleh sang anak padalah kita sudah berkali kali mengajarinya.

  1. Konsisten, komitmen dan telaten
ü  Konsisten lah saat melakukan suatu pembelajaran kepada buah hati. Jangan mudah menyerah, apalagi di saat-saat pertama. Setelah melalui sebuah tahapan dan waktu tertentu, silakan nilai apakah cara yang kita lakukan sudah benar atau mesti beralih ke metode yang lainnya
ü  Komitmen untuk selalu mengingatkan anak untuk memberitahu ibunya jika ingin ke kamar mandi, beritahu tentang kebiasaan dan jadwal BAK/BAB anak, Beri pujian jika anak berhasil.
ü  Telaten untuk membimbing si kecil saat ke WC.  Berusaha untuk kreatif dengan menggunakan metode yang seru agar proses TT menyenangkan bagi si kecil. Contohnya menyediakan mainan yang disukai si kecil dikamar mandi atau menempel stiker lucu.

  1. Siapkan peralatan pel, sikat, dan sabun yang mudah digunakan. Pel untuk mengepel saat anak pipis di lantai. Sikat dan sabun biasanya digunakan untuk menyikat kasur atau karpet yang terkena pipis agar najisnya hilang.
  2.  Komunikasi produktif dengan batita
Dalam proses belajar, berusahalah untuk berkmunikasi produktif dengan balita.  Komunikasi produktif adalah komunikasi dua arah yang kita sampaikan mudah dan dipahami balita.  seperti :
ü  Mengapa ia harus mulai melepaskan popoknya dan belajar pipis di kamar mandi.
ü  beritahu mereka alasan kenapa harus pipis di kamar mandi,
ü  bagaimana adab memasuki kamar mandi berserta doa masuk dan keluar kamar mandi,
ü  kenapa harus membersihkan bekas BAK/BAB
hindari komunikasi sumbu pendek yaitu komunikasi satu arah yang terjadi karena tekanan emosi disebabkan kesal ke anak yang masih tidak mengerti apa yang telah kita ajarkan berulang kali.  Ingat bahwa proses TT bukanlah proses yang instan. Setiap anak memiliki respon yang berbeda.  Ada yang beberapa hari sudah bisa mandiri, ada juga yang membutuhkan waktu hitungan bulan untk bisa mandiri.
Hasil gambar untuk toilet training orang tua
https://www.google.co.id/imgres?imgurl

Beberapa hal yang perlu diperhatian orang tua
1.     Terlalu dini
                Perhatikan kesiapan balita saat akan memulai toilet training.  Umumnya balita memiliki kemampuan untuk siap toilet training pada usia 18 hingga 24 bulan. Proses toilet training yang dijalankan terlalu dini kemungkinan akan membutuhkan waktu tuntas mandiri akan lebih lama.  Ketika proses belajar toilet training ini sudah dimulai biasanya butuh waktu tiga bulan atau lebih lama. Oleh karena itu orang tua dituntut untuk harus banyak bersabar dan konsisten hingga proses selesai.
2.    Memulai diwaktu yang salah
                Balita memerlukan rutinitas untuk memahami apa yang sedang ia diajarkan kepadanya. Diantara waktu yang kurang tepat melakukan proses toilet training yaitu  saat ia akan punya adik dalam waktu dekat atau dia akan berganti pengasuh atau melakukannya saat masa-masa peralihan lain dalam hidupnya. Perubahan yang tidak sejalan dengan rutinitasnya akan menjadi penyebab kemunduran dari proses yang sedang ia jalankan.   
3. Membuatnya menjadi bebas
                Ketika anak sudah menunjukkan ketertarikannya untuk buang air kecil atau besar di kamar mandi, itu tentu sangat baik. Namun sebaiknya jangan terlalu mendorong atau menekannya untuk terus melakukan langkah tersebut. Hindari memaksa anak untuk belajar dengan cepat. Jika anak merasa dipaksa dan tertekan,ia akan sulit untuk BAK/BAB. Berikan anak waktu dan biarkan dia menjalani proses belajar tersebut sesuai kemampuannya. Anak akan belajar setahap demi setahap, misalnya awalnya dia sudah mau menunjukkan ekspresi berbeda ketika ingin BAB atau BAK, tahap berikutnya, anak mengungkapkan keinginannya, tahap lanjutan si kecil mengajak Anda ke kamar mandi, dan seterusnya.

4. Mengikuti aturan orang lain
                Yang perlu diingat terus oleh orang tua bahwa setiap anak memiliki kemampuan dan kesiapan yang berbeda beda. Melatih anak untuk BAB atau BAK di toilet butuh kesabaran dan waktu. Setiap minggunya juga bisa semakin sulit apalagi jika kita mendengarkan omongan orang lain seperti ibu, mertua, atau orang lain yang lebih senior dan merasa lebih tahu. Ketika mereka menasihati agar mempercepat proses belajar toilet training atau memberitahukan agar anak segera diajari BAB atau BAK di kamar mandi, atau membandinglan dengan anak lain seumuran yang sudah mandiri BAK/BAB sebaiknya jangan terpengaruh.
5. Menghukum anak
                Menghukum atau marah pada anak ketika dia tidak benar-benar mau toilet training justru tak akan menyelesaikan masalah dan bisa membuatnya belajar. Pahamilah kalau penolakan anak ini wajar dan jika Anda memberi hukuman hanya akan membuatnya semakin malas belajar BAB atau BAK di toilet. Anak malah akan takut jika dia berbuat kesalahan itu akan membuat Anda marah. Berikan respon dengan bijak dan tenang ketika anak misalnya lupa ke kamar mandi untuk BAK.

sumber :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar