Toilet Training adalah proses ketika anak belajar untuk buang air kecil
(BAK) dan buang air besar (BAB) di toilet selayaknya orang dewasa. Pada tahap
ini, anak diajari untuk tidak lagi mengeluarkan air seni dan tinja pada popok
https://www.google.co.id/imgres?imgurl |
Persiapan orang tua
- Persiapan
fisik
Proses Toilet training cukup menguras energi,
apalagi di hari-hari pertama. Pada saat
ini kita akan sering dibuat kaget karena kita belum menemukan waktu anak
BAK/BAB sehingga belum bisa di antisipasi.
Buatlah program TT secara tertulis yang meliputi :
ü
Hasil pengamatan
waktu anak BAK/BAB
ü
Waktu rutin anak
di tatur ke kamar mandi untuk BAK/BAB
ü Sediakan
training pans dan pispot untuk memudahkan ibu dan anak
ü Tulis
perkembangan anak
- Persiapan Mental
dalam hal ini
adalah kesabaran .
Sejak akan memulai TT sugestikan diri untuk selalu sabar dan jauh dari
emosi membimbing proses sang anak. Jauhkan perasaan kesal, marah,
dan putus asa karena proses belajar ini tidaklah instan. Karena
kita akan sering menemukan situasi diluar harapan dan kesalahan yang diulang
oleh sang anak padalah kita sudah berkali kali mengajarinya.
- Konsisten, komitmen dan telaten
ü Konsisten lah saat melakukan suatu pembelajaran
kepada buah hati. Jangan mudah menyerah, apalagi di saat-saat pertama. Setelah
melalui sebuah tahapan dan waktu tertentu, silakan nilai apakah cara yang kita
lakukan sudah benar atau mesti beralih ke metode yang lainnya
ü Komitmen
untuk selalu mengingatkan anak untuk memberitahu ibunya jika ingin ke kamar
mandi, beritahu tentang kebiasaan dan jadwal BAK/BAB anak, Beri pujian jika
anak berhasil.
ü Telaten
untuk membimbing si kecil saat ke WC.
Berusaha untuk kreatif dengan menggunakan metode yang seru agar proses
TT menyenangkan bagi si kecil. Contohnya menyediakan mainan yang disukai si kecil
dikamar mandi atau menempel stiker lucu.
- Siapkan
peralatan pel, sikat, dan sabun yang mudah digunakan. Pel untuk mengepel
saat anak pipis di lantai. Sikat dan sabun biasanya digunakan untuk
menyikat kasur atau karpet yang terkena pipis agar najisnya hilang.
- Komunikasi produktif dengan batita
Dalam proses belajar, berusahalah
untuk berkmunikasi produktif dengan balita.
Komunikasi produktif adalah komunikasi dua arah yang kita sampaikan
mudah dan dipahami balita. seperti :
ü Mengapa ia harus mulai melepaskan
popoknya dan belajar pipis di kamar mandi.
ü beritahu mereka alasan kenapa
harus pipis di kamar mandi,
ü bagaimana adab memasuki kamar
mandi berserta doa masuk dan keluar kamar mandi,
ü kenapa harus membersihkan
bekas BAK/BAB
hindari komunikasi sumbu pendek yaitu komunikasi satu arah
yang terjadi karena tekanan emosi disebabkan kesal ke anak yang masih tidak
mengerti apa yang telah kita ajarkan berulang kali. Ingat bahwa proses TT bukanlah proses yang
instan. Setiap anak memiliki respon yang berbeda. Ada yang beberapa hari sudah bisa mandiri,
ada juga yang membutuhkan waktu hitungan bulan untk bisa mandiri.
https://www.google.co.id/imgres?imgurl |
Beberapa hal yang perlu
diperhatian orang tua
1. Terlalu dini
Perhatikan
kesiapan balita saat akan memulai toilet training. Umumnya balita memiliki kemampuan untuk siap
toilet training pada usia 18 hingga 24 bulan. Proses toilet training yang
dijalankan terlalu dini kemungkinan akan membutuhkan waktu tuntas mandiri akan
lebih lama. Ketika proses belajar toilet
training ini sudah dimulai biasanya butuh waktu tiga bulan atau lebih lama.
Oleh karena itu orang tua dituntut untuk harus banyak bersabar dan konsisten
hingga proses selesai.
2. Memulai diwaktu yang salah
Balita
memerlukan rutinitas untuk memahami apa yang sedang ia diajarkan kepadanya.
Diantara waktu yang kurang tepat melakukan proses toilet training yaitu saat ia akan punya adik dalam waktu dekat atau
dia akan berganti pengasuh atau melakukannya saat masa-masa peralihan lain
dalam hidupnya. Perubahan yang tidak sejalan dengan rutinitasnya akan menjadi
penyebab kemunduran dari proses yang sedang ia jalankan.
3. Membuatnya menjadi bebas
Ketika
anak sudah menunjukkan ketertarikannya untuk buang air kecil atau besar di
kamar mandi, itu tentu sangat baik. Namun sebaiknya jangan terlalu mendorong
atau menekannya untuk terus melakukan langkah tersebut. Hindari memaksa anak
untuk belajar dengan cepat. Jika anak merasa dipaksa dan tertekan,ia akan sulit
untuk BAK/BAB. Berikan anak waktu dan biarkan dia menjalani proses belajar
tersebut sesuai kemampuannya. Anak akan belajar setahap demi setahap, misalnya
awalnya dia sudah mau menunjukkan ekspresi berbeda ketika ingin BAB atau BAK,
tahap berikutnya, anak mengungkapkan keinginannya, tahap lanjutan si kecil
mengajak Anda ke kamar mandi, dan seterusnya.
4. Mengikuti aturan orang lain
Yang perlu diingat terus oleh
orang tua bahwa setiap anak memiliki kemampuan dan kesiapan yang berbeda beda. Melatih anak untuk BAB atau BAK di toilet butuh
kesabaran dan waktu. Setiap minggunya juga bisa semakin sulit apalagi jika kita
mendengarkan omongan orang lain seperti ibu, mertua, atau orang lain yang lebih
senior dan merasa lebih tahu. Ketika mereka menasihati agar mempercepat proses
belajar toilet training atau memberitahukan agar anak segera diajari BAB atau
BAK di kamar mandi, atau membandinglan dengan anak lain seumuran yang sudah
mandiri BAK/BAB sebaiknya jangan terpengaruh.
5. Menghukum anak
Menghukum
atau marah pada anak ketika dia tidak benar-benar mau toilet training justru
tak akan menyelesaikan masalah dan bisa membuatnya belajar. Pahamilah kalau
penolakan anak ini wajar dan jika Anda memberi hukuman hanya akan membuatnya
semakin malas belajar BAB atau BAK di toilet. Anak malah akan takut jika dia
berbuat kesalahan itu akan membuat Anda marah. Berikan respon dengan bijak dan
tenang ketika anak misalnya lupa ke kamar mandi untuk BAK.
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar