Persiapan
Anak
Tiap
anak memiliki perkembangan dan kemampuan yang berbeda-beda dalam pelaksanaan
toilet training. Umumnya
balita bisa diajak toilet
training setelah otot-ototnya mulai dapat mengontrol kandung
kemih pada usia di atas 18 bulan hingga 30 bulan. Kebanyakan anak sudah bisa memakai toilet dengan
sempurna sekitar usia 3 tahun. Untuk
mengetahui tanda awal seorang anak siap untuk diberikan toilet
training adalah dengan melihat kesiapan fisik dan emosionalnya.
a. Kesiapan
fisik
ü
Mampu mengontrol keinginan untuk BAK dan BAB
ü
Anak memperlihatkan ekspresi saat menahan BAK atau
BAB
ü
Popok kering saat bangun tidur atau setelah dua jam
pemakaian
ü
Tidak BAB di popok saat malam hari
ü
BAB terjadi pada waktu yang sama tiap harinya atau
pada waktu yang tidak bisa diprediksi.
ü
Anak mampu melepas dan memakai pakaian
ü
mampu berkomunikasi dengan Anda tentang pemakaian
toilet
b. kesiapan
secara emosional
ü
Anak akan memberitahu Anda ketika popoknya kotor
dan meminta untuk diganti dengan yang baru.
ü
Dia lebih memilih memakai celana dalam ketimbang
popok.
ü
Menunjukkan ketertarikannya ketika Anda memakai
kamar mandi.
ü
Memberitahu Anda ketika dia ingin buang air.
ü
Bersemangat mengikuti semua proses toilet
training.
Meski
telah menunjukkan kesiapan fisik dan emosional, bukan berarti anak siap
diberi toilet training. Ada sebagian anak yang belum siap
melakukannya, terutama jika dia berada pada tahap ketika kata ‘tidak’ menjadi
respons utamanya untuk tiap permintaan. Langkah terbaik adalah dengan
berkonsultasi kepada dokter atau berbagi pengalaman dengan orang tua atau teman
yang pernah mengalaminya.
Hindari
memaksakan kehendak Anda ketika anak belum siap melakukannya. Hal itu bisa
memicu stres yang bisa memperlambat kesiapannya melepas popok. Orang tua pun
akan merasa frustrasi jika memaksa memberikan toilet training pada
anak yang belum siap.
Cara
pelaksanaan toilet training
1.
Kenalkan
anak kepada toilet
ü
Menjelaskan
penggunaan toilet, seperti toilet digunakan untuk BAK dan BAB.
ü
Katakan kepada
anak ketika mulai memakai toilet, berarti dia harus melepas popoknya dan
menggantinya dengan celana dalam.
ü
Jelaskan bahwa
anak sudah tidak bisa BAK dan BAB pada popok atau celana dalam.
ü
Gunakan bahasa
sederhana untuk BAK dan BAB dengan sebutan ‘pipis’ dan ‘ee’.
ü
Jangan lupa
untuk menjelaskan pula kedua arti kata tersebut agar anak memahami makna yang
sebenarnya.
ü
Ajarkan dengan
sering membacakan anak do’a masuk WC
« اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبثِ وَالْخَبَائِثِ »
(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan
perempuan-).”
(Muttafaq `alaihi)
(Muttafaq `alaihi)
2.
Ajari
anak tata cara saat memakai toilet
ü
Mengajari cara duduk yang benar saat memakai pispot
atau tempat duduk kloset.
ü
Setelah selesai BAK atau BAB, ajari dia untuk
membersihkan alat kelaminnya.
ü
Jika anak
Anda perempuan, ajari untuk membasuh alat kelaminnya memakai tangan kiri
dimulai dari arah depan vagina, kemudian ke bagian anus. Hal ini bertujuan
untuk mencegah berpindahnya bakteri dari anus ke vagina. Namun anak-anak yang
belum berusia 4 hingga 5 tahun biasanya tidak bisa membersihkan alat kelaminnya
dengan benar, terutama setelah BAB. Pada saat inilah Anda bisa membantu membersihkannya.
ü
Jika Anda memiliki anak laki-laki, ajari untuk
mengarahkan penisnya ke bawah pispot atau toilet demi menghindari air seni
terciprat pada bagian depan tempat duduk pispot atau kloset. Ajari anak Anda
untuk membersihkan penisnya dengan air usai melakukan BAK.
ü
Bantu anak untuk menekan tombol flush pada
toilet usai BAK atau BAB. Jika anak Anda tidak berani menekannya, Anda tidak
perlu memaksakan.
ü
Jika Anda menggunakan pispot, ajak anak untuk
melihat proses pembuangan air seni atau tinja dari pispot ke kloset. Hal itu
berguna agar si Kecil tahu tempat pembuangan terakhir air seni atau tinja
adalah di kloset.
ü
sering memberi si Kecil pujian. Puji tiap aktivitas
yang berhasil dia lakukan untuk menambah kepercayaan dirinya di masa mendatang.
Selama proses
pembelajaran jangan pernah meninggalkan anak tanpa pengawasan di kamar mandi demi menghindari
kecelakaan, seperti terpeleset atau memasukkan sesuatu yang berbahaya ke dalam
mulut.
3.
Pilih
pispot atau toilet langsung
Saat akan mengajari anak
memakai toilet, kita bisa memilih menggunakan pispot untuk memudahkan anak.
Ajak anak untuk memilih sendiri pispot yang akan dia gunakan. Biarkan dia
mencoba berbagai pispot hingga menemukan sebuah pispot yang nyaman. Setelah
memiliki pispot, ada baiknya Anda meletakkannya di kamar mandi agar dia bisa
terbiasa dengan fungsi toilet. Anda bisa mengatakan kepadanya bahwa selagi
masih anak-anak, pispot ini akan menjadi tempatnya untuk BAK atau BAB.Sebagai
pendukung proses pembelajaran, Anda bisa meletakkan pispot di kamarnya atau
area bermainnya agar bisa langsung dia gunakan saat BAK atau BAB. Dia juga bisa
mendudukinya ketika sedang bermain agar terbiasa dengan pispotnya. Selain
pispot, Anda juga bisa membeli tempat duduk kloset untuk anak-anak agar dia
bisa menikmati aktivitas pada toilet sungguhan.
Proses toilet training pun bisa
langsung dilakukan pada toilet orang dewasa. Jika anda menggunakan kloset
jongkok, anda bisa meminta anak jongkok di salah satu pijakan kloset sambil
membimbing anak untuk ngeden.
Mengajari
anak menggunakan toilet memang butuh kesabaran. Hari ini mungkin dia mau
mengikuti semua proses toilet training, namun hal itu bisa saja berbeda pada
keesokan harinya. Intinya, jangan memaksa jika memang anak tidak mau
melakukannya. Bersabarlah hingga anak benar-benar terbiasa tanpa popoknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar