Sabtu, 02 Desember 2017

TOILET TRAINING (part 2 : Persiapan anak)


Hasil gambar untuk toilet training balita animasi


Persiapan Anak
                Tiap anak memiliki perkembangan dan kemampuan yang berbeda-beda dalam pelaksanaan toilet training. Umumnya balita bisa diajak toilet training setelah otot-ototnya mulai dapat mengontrol kandung kemih pada usia di atas 18 bulan hingga 30 bulan.  Kebanyakan anak sudah bisa memakai toilet dengan sempurna sekitar usia 3 tahun.  Untuk mengetahui tanda awal seorang anak siap untuk diberikan toilet training adalah dengan melihat kesiapan fisik dan emosionalnya.
a.      Kesiapan fisik
ü  Mampu mengontrol keinginan untuk BAK dan BAB
ü  Anak memperlihatkan ekspresi saat menahan BAK atau BAB
ü  Popok kering saat bangun tidur atau setelah dua jam pemakaian
ü  Tidak BAB di popok saat malam hari
ü  BAB terjadi pada waktu yang sama tiap harinya atau pada waktu yang tidak bisa diprediksi.
ü  Anak mampu melepas dan memakai pakaian
ü  mampu berkomunikasi dengan Anda tentang pemakaian toilet

b.      kesiapan secara emosional
ü  Anak akan memberitahu Anda ketika popoknya kotor dan meminta untuk diganti dengan yang baru.
ü  Dia lebih memilih memakai celana dalam ketimbang popok.
ü  Menunjukkan ketertarikannya ketika Anda memakai kamar mandi.
ü  Memberitahu Anda ketika dia ingin buang air.
ü  Bersemangat mengikuti semua proses toilet training.
               
                Meski telah menunjukkan kesiapan fisik dan emosional, bukan berarti anak siap diberi toilet training. Ada sebagian anak yang belum siap melakukannya, terutama jika dia berada pada tahap ketika kata ‘tidak’ menjadi respons utamanya untuk tiap permintaan. Langkah terbaik adalah dengan berkonsultasi kepada dokter atau berbagi pengalaman dengan orang tua atau teman yang pernah mengalaminya.
                Hindari memaksakan kehendak Anda ketika anak belum siap melakukannya. Hal itu bisa memicu stres yang bisa memperlambat kesiapannya melepas popok. Orang tua pun akan merasa frustrasi jika memaksa memberikan toilet training pada anak yang belum siap.


Cara pelaksanaan toilet training
1.        Kenalkan anak kepada toilet
ü  Menjelaskan penggunaan toilet, seperti toilet digunakan untuk BAK dan BAB.
ü  Katakan kepada anak ketika mulai memakai toilet, berarti dia harus melepas popoknya dan menggantinya dengan celana dalam.
ü  Jelaskan bahwa anak sudah tidak bisa BAK dan BAB pada popok atau celana dalam.
ü  Gunakan bahasa sederhana untuk BAK dan BAB dengan sebutan ‘pipis’ dan ‘ee’.
ü  Jangan lupa untuk menjelaskan pula kedua arti kata tersebut agar anak memahami makna yang sebenarnya.
ü  Ajarkan dengan sering membacakan anak do’a masuk WC
« اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبثِ وَالْخَبَائِثِ »
(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan-).”
(Muttafaq `alaihi)
2.      Ajari anak tata cara saat memakai toilet
ü  Mengajari cara duduk yang benar saat memakai pispot atau tempat duduk kloset.
ü  Setelah selesai BAK atau BAB, ajari dia untuk membersihkan alat kelaminnya.
ü   Jika anak Anda perempuan, ajari untuk membasuh alat kelaminnya memakai tangan kiri dimulai dari arah depan vagina, kemudian ke bagian anus. Hal ini bertujuan untuk mencegah berpindahnya bakteri dari anus ke vagina. Namun anak-anak yang belum berusia 4 hingga 5 tahun biasanya tidak bisa membersihkan alat kelaminnya dengan benar, terutama setelah BAB. Pada saat inilah Anda bisa membantu membersihkannya.
ü  Jika Anda memiliki anak laki-laki, ajari untuk mengarahkan penisnya ke bawah pispot atau toilet demi menghindari air seni terciprat pada bagian depan tempat duduk pispot atau kloset. Ajari anak Anda untuk membersihkan penisnya dengan air usai melakukan BAK.
ü  Bantu anak untuk menekan tombol flush pada toilet usai BAK atau BAB. Jika anak Anda tidak berani menekannya, Anda tidak perlu memaksakan.
ü  Jika Anda menggunakan pispot, ajak anak untuk melihat proses pembuangan air seni atau tinja dari pispot ke kloset. Hal itu berguna agar si Kecil tahu tempat pembuangan terakhir air seni atau tinja adalah di kloset.
ü  ajari anak Anda untuk mencuci tangan yang benar usai memakai toilet
ü  sering memberi si Kecil pujian. Puji tiap aktivitas yang berhasil dia lakukan untuk menambah kepercayaan dirinya di masa mendatang.
Selama proses pembelajaran jangan pernah meninggalkan anak tanpa pengawasan di kamar mandi demi menghindari kecelakaan, seperti terpeleset atau memasukkan sesuatu yang berbahaya ke dalam mulut.

3.      Pilih pispot atau toilet langsung
                 Saat akan mengajari anak memakai toilet, kita bisa memilih menggunakan pispot untuk memudahkan anak. Ajak anak untuk memilih sendiri pispot yang akan dia gunakan. Biarkan dia mencoba berbagai pispot hingga menemukan sebuah pispot yang nyaman. Setelah memiliki pispot, ada baiknya Anda meletakkannya di kamar mandi agar dia bisa terbiasa dengan fungsi toilet. Anda bisa mengatakan kepadanya bahwa selagi masih anak-anak, pispot ini akan menjadi tempatnya untuk BAK atau BAB.Sebagai pendukung proses pembelajaran, Anda bisa meletakkan pispot di kamarnya atau area bermainnya agar bisa langsung dia gunakan saat BAK atau BAB. Dia juga bisa mendudukinya ketika sedang bermain agar terbiasa dengan pispotnya. Selain pispot, Anda juga bisa membeli tempat duduk kloset untuk anak-anak agar dia bisa menikmati aktivitas pada toilet sungguhan.
                Proses toilet training pun bisa langsung dilakukan pada toilet orang dewasa. Jika anda menggunakan kloset jongkok, anda bisa meminta anak jongkok di salah satu pijakan kloset sambil membimbing anak untuk ngeden.

                Mengajari anak menggunakan toilet memang butuh kesabaran. Hari ini mungkin dia mau mengikuti semua proses toilet training, namun hal itu bisa saja berbeda pada keesokan harinya. Intinya, jangan memaksa jika memang anak tidak mau melakukannya. Bersabarlah hingga anak benar-benar terbiasa tanpa popoknya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar