Rabu, 03 Juli 2013

Hakikat Cinta

Cinta adalah bagian dari fitrah, orang yang kehilangan cinta dia tidak normal tetapi banyak juga orang yang menderita karena cinta. Bersyukurlah orang-orang yang diberi cinta dan bisa menyikapi rasa cinta dengan tepat.
Hikam: "Dijadikan indah pada pandangan manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik." (Al-Qur`an: Al-Imron ayat 14)

"Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli." (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Cinta memang sudah ada didalam diri kita, diantaranya terhadap lawan jenis. Tapi kalau tidak hati-hati cinta bisa menulikan dan membutakan kita. Cinta yang paling tinggi adalah cinta karena Allah cirinya adalah orang yang tidak memaksakan kehendaknya. Tapi ada juga cinta yang menjadi cobaan buat kita yaitu cinta yang lebih cenderung kepada maksiat. Cinta yang semakin bergelora hawa nafsu, makin berkurang rasa malu. Dan, inilah yang paling berbahaya dari cinta yang tidak terkendali.

Islam tidak melarang atau mengekang manusia dari rasa cinta tapi mengarahkan cinta tetap pada rel yang menjaga martabat kehormatan, baik wanita maupun laki-laki. Kalau kita jatuh cinta harus hati-hati karena seperti minum air laut semakin diminum semakin haus. Cinta yang sejati adalah cinta yang setelah akad nikah, selebihnya adalah cobaan dan fitnah saja.

Cara untuk bisa mengendalikan rasa cinta adalah jaga pandangan, jangan berkhalwat berdua-duaan, jangan dekati zina dalam bentuk apapun dan jangan saling bersentuhan. Bagi orang tua yang membolehkan anaknya berpacaran,harus siap-siap menanggung resiko. Marilah kita mengalihkan rasa cinta kita kepada Allah dengan memperbanyak sholawat, dzikir, istighfar dan sholat sehingga kita tidak diperdaya oleh nafsu, karena nafsu yang akan memperdayakan kita. Sepertinya cinta padahal nafsu belaka.
*Manajemen Kalbu

Ilmu Pembersih Hati



Ada sebait do'a yang pernah diajarkan Rasulullah SAW dan disunnahkan untuk dipanjatkan kepada Allah Azza wa Jalla sebelum seseorang hendak belajar. do'a tersebut berbunyi : 
Allaahummanfa'nii bimaa allamtanii wa'allimnii maa yanfa'uni wa zidnii ilman maa yanfa'unii. Dengan do'a ini seorang hamba berharap dikaruniai oleh-Nya ilmu yang bermamfaat.
Apakah hakikat ilmu yang bermanfaat itu? Secara syariat, suatu ilmu disebut bermamfaat apabila mengandung mashlahat - memiliki nilai-nilai kebaikan bagi sesama manusia ataupun alam. Akan tetapi, mamfaat tersebut menjadi kecil artinya bila ternyata tidak membuat pemiliknya semakin merasakan kedekatan kepada Dzat Maha Pemberi Ilmu, Allah Azza wa Jalla. Dengan ilmunya ia mungkin meningkat derajat kemuliaannya di mata manusia, tetapi belum tentu meningkat pula di hadapan-Nya.
Oleh karena itu, dalam kacamata ma'rifat, gambaran ilmu yang bermamfaat itu sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh seorang ahli hikmah. "Ilmu yang berguna," ungkapnya, "ialah yang meluas di dalam dada sinar cahayanya dan membuka penutup hati." seakan memperjelas ungkapan ahli hikmah tersebut, Imam Malik bin Anas r.a. berkata,
 "Yang bernama ilmu itu bukanlah kepandaian atau banyak meriwayatkan (sesuatu), melainkan hanyalah nuur yang diturunkan Allah ke dalam hati manusia. Adapun bergunanya ilmu itu adalah untuk mendekatkan manusia kepada Allah dan menjauhkannya dari kesombongan diri."

Ilmu itu hakikatnya adalah kalimat-kalimat Allah Azza wa Jalla. Terhadap ilmunya sungguh tidak akan pernah ada satu pun makhluk di jagat raya ini yang bisa mengukur Kemahaluasan-Nya. sesuai dengan firman-Nya,
 "Katakanlah : Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menuliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (dituliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." (QS. Al Kahfi [18] : 109).

Adapun ilmu yang dititipkan kepada manusia mungkin tidak lebih dari setitik air di tengah samudera luas. Kendatipun demikian, barangsiapa yang dikaruniai ilmu oleh Allah, yang dengan ilmu tersebut semakin bertambah dekat dan kian takutlah ia kepada-Nya, niscaya 

"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS. Al Mujadilah [58] : 11). 

Sungguh janji Allah itu tidak akan pernah meleset sedikit pun! Akan tetapi, walaupun hanya "setetes" ilmu Allah yang dititipkan kepada mnusia, namun sangat banyak ragamnya. ilmu itu baik kita kaji sepanjang membuat kita semakin takut kepada Allah. Inilah ilmu yang paling berkah yang harus kita cari. sepanjang kita menuntut ilmu itu jelas (benar) niat maupun caranya, niscaya kita akan mendapatkan mamfaat darinya.
Hal lain yang hendaknya kita kaji dengan seksama adalah bagaimana caranya agar kita dapat memperoleh ilmu yang sinar cahayanya dapat meluas di dalam dada serta dapat membuka penutup hati? Imam Syafii ketika masih menuntut ilmu, pernah mengeluh kepada gurunya. "Wahai, Guru. Mengapa ilmu yang sedang kukaji ini susah sekali memahaminya dan bahkan cepat lupa?" Sang guru menjawab, "Ilmu itu ibarat cahaya. Ia hanya dapat menerangi gelas yang bening dan bersih." Artinya, ilmu itu tidak akan menerangi hati yang keruh dan banyak maksiatnya.
Karenanya, jangan heran kalau kita dapati ada orang yang rajin mendatangi majelis-majelis ta'lim dan pengajian, tetapi akhlak dan perilakunya tetap buruk. Mengapa demikian? itu dikarenakan hatinya tidak dapat terterangi oleh ilmu. Laksana air kopi yang kental dalam gelas yang kotor. Kendati diterangi dengan cahaya sekuat apapun, sinarnya tidak akan bisa menembus dan menerangi isi gelas. Begitulah kalau kita sudah tamak dan rakus kepada dunia serta gemar maksiat, maka sang ilmu tidak akan pernah menerangi hati.
Padahal kalau hati kita bersih, ia ibarat gelas yang bersih diisi dengan air yang bening. Setitik cahaya pun akan mampu menerangi seisi gelas. Walhasil, bila kita menginginkan ilmu yang bisa menjadi ladang amal shalih, maka usahakanlah ketika menimbanya, hati kita selalu dalam keadaan bersih. hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari ketamakan terhadap urusan dunia dan tidak pernah digunakan untuk menzhalimi sesama. Semakin hati bersih, kita akan semakin dipekakan oleh Allah untuk bisa mendapatkan ilmu yang bermamfaat. darimana pun ilmu itu datangnya. Disamping itu, kita pun akan diberi kesanggupan untuk menolak segala sesuatu yang akan membawa mudharat.
Sebaik-baik ilmu adalah yang bisa membuat hati kita bercahaya. Karenanya, kita wajib menuntut ilmu sekuat-kuatnya yang membuat hati kita menjadi bersih, sehingga ilmu-ilmu yang lain (yang telah ada dalam diri kita) menjadi bermamfaat. Bila mendapat air yang kita timba dari sumur tampak keruh, kita akan mencari tawas (kaporit) untuk menjernihkannya. Demikian pun dalam mencari ilmu. Kita harus mencari ilmu yang bisa menjadi "tawas"-nya supaya kalau hati sudah bening, ilmu-ilmu lain yang kita kaji bisa diserap seraya membawa manfaat.
Mengapa demikian? Sebab dalam mengkaji ilmu apapun kalau kita sebagai penampungnya dalam keadaan kotor dan keruh, maka tidak bisa tidak ilmu yang didapatkan hanya akan menjadi alat pemuas nafsu belaka. Sibuk mengkaji ilmu fikih, hanya akan membuat kita ingin menang sendiri, gemar menyalahkan pendapat orang lain, sekaligus aniaya dan suka menyakiti hati sesama. Demikian juga bila mendalami ilmu ma'rifat. Sekiranya dalam keadan hati busuk, jangan heran kalau hanya membuat diri kita takabur, merasa diri paling shalih, dan menganggap orang lain sesat.
Oleh karena itu, tampaknya menjadi fardhu ain hukumnya untuk mengkaji ilmu kesucian hati dalam rangka ma'rifat, mengenal Allah. Datangilah majelis pengajian yang di dalamnya kita dibimbing untuk riyadhah, berlatih mengenal dan berdekat-dekat dengan Allah Azza wa Jalla. Kita selalu dibimbing untuk banyak berdzikir, mengingat Allah dan mengenal kebesaran-Nya, sehingga sadar betapa teramat kecilnya kita ini di hadapan-Nya.
Kita lahir ke dunia tidak membawa apa-apa dan bila datang saat ajal pun pastilah tidak membawa apa-apa. Mengapa harus ujub, riya, takabur, dan sum'ah. Merasa diri besar, sedangkan yang lain kecil. Merasa diri lebih pintar sedangkan yang lain bodoh. Itu semua hanya karena sepersekian dari setetes ilmu yang kita miliki? Padahal, bukankah ilmu yang kita miliki pada hakikatnya adalah titipan Allah jua, yang sama sekali tidak sulit bagi-Nya untuk mengambilnya kembali dari kita?
Subhanallaah! Mudah-mudahan kita dimudahkan oleh-Nya untuk mendapatkan ilmu yang bisa menjadi penerang dalam kegelapan dan menjadi jalan untuk dapat lebih bertaqarub kepada-Nya.***

Ramadhan yang Spesial

Yaa, ayyuhal ladziina aamanuu khutiba 'alaikumush shiyaamu kamaa kutiba 'alal ladziina min qablikum la'allakum tattaquun,artinya \"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa\" (QS: Al Baqarah :183)

Ayyaamam ma'duudaatin fa man kaana minkum marii dhan au'alaa safarin fa 'iddatum min ayyaamin ukhara wa 'alal ladziina yuthiiquunahuu fidyatun tha'aamu miskiinin fa man tathawwa'a khairan fa huwa khairul lahuu wa an tashuumuu khairul lahuu wa an tashuumuu khirul lakum in kuntum ta'lamuun, artinya: \"yaitu dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan,lalu ia berbuka maka wajiblah baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain.Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya jika mereka tidak berpuasa, membayar fidyah (yaitu) memberi makan seorang miskin; dan barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya, dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui\". (QS:AlBaqarah 184)

Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala Allah maka diampuni dosanya yang terdahulu (H.R. Bukhari). Allah menciptakan kita bukan untuk kehinaan ataupun kecelakaan, tetapi justru untuk kemuliaan dan kebahagiaan kita di dunia dan akherat. Tidak ada kezaliman dari Allah, manusia sengsara dan celaka pasti karena dia mendzalimi dirinya sendiri, setiap hari Allah sudah menciptakan waktu-waktu yang sangat spesial diantaranya adalah sepertiga malam terakhir. Barangsiapa yang melakukan sesuatu yang spesial pada waktu yang spesial niscaya dia diperlakukan spesial pula oleh Allah.

Orang yang bangun malam, tahajud dengan benar dan istiqomah maka ahli tahajud dijamin akan memiliki kedudukan yang terpuji dalam pandangan Allah dan dibuat terpuji dalam pandangan orang yang beriman , dia juga akan memiliki kata-kata yang mempunyai kekuatan, mungkin kata-katanya sederhana tapi oleh Allah diberikan tenaga sehingga mepunyai daya sentuh, daya hujam, daya gugah dan daya rubah, juga akan diberi jalan keluar dari kesulitan-kesulitannya dan maqbul doanya.

setiap minggu ada hari yang spesial yaitu hari jumat, Rasullulah saw pun spesial penampilannya pada hari jumat, amalannya ditingkatkan dengan amalan-amalan yang utama, Allah pun menjaminnya dengan gugurnya dosa dari jumat-ke jumat, dan dalam satu tahun Allah menciptakan bulan spesial, bulan yang penuh barokah, bulan yang benar-benar beda dengan bulan yang lain, hari demi harinya berbeda, jam demi jamnya berbeda, detik demi detik berbedan,begitu spesial !. dan siapapun yang memperlakukan detik demi detik di bulan Ramadhan dengan perilaku spesial niscaya dia akan spesial dalam pandangan Allah, siapakah yang spesial dalam pandangan Allah ?
Inna akramakum 'indallaahi atqaakum artinya \"Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah yang lebih taqwa di antara kamu\" (QS : Alhujurat/49:13).

Orang yang paling dekat dengan Allah adalah yang berpredikat taqwa dan Ramadhan la'allakum tattaquun adalah salah satu sarana menjadi orang yang spesial dalam pandangan Allah.

Lihatlah kalau kita dispesialkan oleh orang tua, belum meminta sudah cukupi, selalu dijaga, kebutuhan kita dipenuhi, ketika kita meminta diberi, ada yang menganiaya dilindungi ,itu baru manusia, Bagaimana kalau kedudukan seorang hamba yang spesial Dalam pandangan Allah Yang Maha Tahu segala kebutuhan dan harapan kita.

Maaf, makanya sebodoh-bodoh manusia adalah manusia yang melewatkan waktunya di bulan Ramadhan dan dia tidak mendapat apapun. Oleh karena itu program kita di bulan Ramadhan ini : kita tidak melakukan apapun kecuali yang spesial terbaik dalam pandangan Allah.

Karena ini waktu spesial,maka kita bertekad tidak boleh melihat apapun kecuali yang spesial, mata kita hanya melihat sesuatu yang Insya Allah membersihkan hati, mata ini harus menjadi penambah ilmu, mata ini menjadi penambah dzikir kita kepada Allah.

Apakah boleh melihat TV ?,tentu saja boleh tapi lihatlah hanya acara yang spesial yang bisa mengembangkan iman kita dan membuat kita kagum kepada Allah. Mata dan telinga ini adalah karunia Allah maka mata dan telinga ini hanya akan melihat dan mendengar yang spesial di bulan yang spesial pula, Subhanalloh.

Jangan membicarakan aib orang lain,ingat kita hanya mau mendengar sesuatu yang membuat diri kita semakin dekat dengan Allah, daripada membicarakan keburukan orang akan lebih baik jika kita membicarakan kebaikan-kebaikan orang lain supaya bisa kita tiru. Jangan mendengarkan obrolan yang sia-sia, apakah boleh mendengarkan lagu ? tentu saja boleh tapi dengarkanlah lagu yang dapat menjadi amal, bicara boleh kalau bicara kebaikan \"fal yaqul khairan auliyashmut\" saya tidak akan berkata kecuali kata-kata terbaik. Tidak akan berkomentar kecuali komentar terbaik. Jangan ada komentar
negatif, karena sekali bicara didengar oleh Allah dan dicatat oleh malaikat.

Jangan ada lintasan hati, kepada orang yang beriman kecuali lintasan yang baik saja.

"Yaa ayyuhal ladziina aamanuj tanibuu katsiiram minazh zhanni inna ba'dhazh zhanni itsmuw wa laa tajassasuu wa laa yaghtab ba'dhukum ba'dhan a yuhibbu ahadukum ay ya'kula lahma akhiihi maitan fa karihtumuuhu wat taqullaaha innallaaha tawwaabur rahiim\" Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari keburukan orang dan janganlah sebagian kamu menggunjing atas sebagian yang lain. Adakah di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang mati? Maka kamu membenci (memakannya ). Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha penyayang (QS.: Al Hujurat/49:12)

Usahakanlah di bulan Ramadhan ini jangan sampai banyak keinginan duniawi, kita harus shaum dari buruk sangka, kita harus memiliki keinginan untuk memperbanyak amal ; untuk membagikan pakaian, makanan,parcel. Bershadaqahlah juga misalnya dengan senyum, membersihkan masjid, mendoakan yang lain.

Ramadhan adalah bulan tawadhu', siapapun yang menjadikan waktu Ramadhan ini penuh spesial ia akan berusaha untuk akrab dengan Al Quran dan shalatnya diperbaiki, hanya orang yang mau melakukan yang spesial, yang khusus, yang terbaik, di bulan ini, maka dialah yang menjadi orang yang spesial di sisi
Allah Swt.Amiin

Di bulan ramadhan ini yang terpenting sesudah meningkatkan ibadah seperti :
sholat dan membaca Alquran yaitu meningkatkan akhlak,akhlak itu yaitu merespons kejadian apapun dengan sikap terbaik kita. Itulah yang mudah-mudahan menjadikan Ramadhan ini kita menjadi manusia terbaik dalam pandangan Allah Swt.

Wallahu'alam.(and/mikha)[http://.www.manajemenqolbu.com]***

Senin, 01 Juli 2013

Yang Salah Itu Hati

Satu kali diri bertanya kepada Tuhannya “Ya Rabb mengapa diri begitu hampa? Hati begitu hampa? Adakah makna dari ibadah2 yang terlakukan? Tilawah sekian juz perhari, ibadah sunnah sekuat tenaga dilaksanakan, berusaha bermuamalah dengan sebaik2nya, berusaha mentafakuri setiap jalan yang ditelusuri, dzikir disaat teringat? “. Tapi kenapa ada yang kosong. Ada yang hampa. Ada yang tidak tenang. “Allah benarkah KAU sayang dengan ku?, pantaskah aku menjadi yang KAU pilih?” dalam sujud tengah malam menangis tersedu, menguras air mata tak bersisa hingga tubuh melemah lunglai, seakan melebur menjadi butiran debu. Sangat tak berarti dihapadapanNYa dan bagiNYA. HINA.  “Ya Rabb, ada apa denganku? Aku adalah yang paling hina dan paling munafik. Mulut mengaku ta’at tapi hati, fikir dan jasad tak juga benar2 lepas dari maksiat kepada MU. Tak benar2 bisa merasa ihsan dengan MU.  Tak benar2 mengingatMu sepanjang waktu. Seakan semuanya penghambaan klimaks. Ya Rabb, Ya Rabb, Ya Rabb.
Kemudian KAU ‘menampar’ ku.  Cukup keras. Yang buat aku langsung sadar. Memang ada yang salah. hatiku yang salah. ya Hati atau kalbu, atau nafs atau Fu’ad atau Lubb, semuanya salah dan bermasalah. Ta’at tapi bermaksiat. Omong kosong. Pengakuan fiktif.  Sudah jelas ibadah selalu menuntut pemurnian hati.  Maka ada sudah pastilah hati yang salah. jika hati benar maka jiwa akan tenang bersamaNYA.
“....menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah” (Azzumar” 23).
Hati itu tertarik kepada Tuhan dan mencari kenikmatan didalam Tuhan. Jika diri merasa hampa. Benarlah ada yang salah. yaitu hati yang merupakan *raja yang mengatur akal sebagai perdana menterinya, anggota tubuh sebagai pekerja ahli, nafs sebagai pemungut pajak yang senantiasa berupaya menarik segala hal untuk kepentingan sendiri, sedangkan amarah bersifat keras dan kasar, cenderung menghukum dan menghancurkan.  Raja harus mengendalikan bukan hanya nafs dan amarah, melainkan juga akal. Ia harus menjaga keseimbangan diantara semua kekuatan ini . (* Al Ghazali, Meramu Kebagaian, Jakarta: Hikmah, 2002, hal 4 to 5).
Sudah taukan apa yang salah? benar hati yang salah. hingga tak bisa mengendalikan nafsu dari maksiat sedangkan anggota tubuh melakukan ibadah, tapi tanpa makna dan akal pun tak berusaha untuk mencari kebenaran.  Hati itu lokus ma’rifat yang menyimpan kecerdasan dan kearifan yang terdalam. Hati itu titik tengah nafsu dan ruh.  Hati itu penyeimbang. Al Ghazali menyebutnya sebagai Lathifah Rabbaniyyah ruhaniyyah.
Dan tiba2 diri merasa sangat asing. Tak mengenal siapa ia. Untuk apa ia ada didunia. Sesaat. Tapi cukup membuat sesak. Hingga tiba2 bertemu sebait rangkai tulisan:
Manusia yang terasing dari pusatnya sendiri, hati, akan terasing dari segala sesuatu. Ia taj hanya asing bagi diri sendiri, tapi juga menjadi asing bagi alam semesta
Istighfar terucap berulang kali atas diri yang alfa dan lalai. Akankah ada ruang kembali?
Tanggalkan pakaian keangkuhan dari tubuhmu
Dalam mencari ilmu gunakan busana kerendahan hati
Jiwa menerima jiwa pengetahuan
Tentang kerendahan hati, buka dari buku2 atau ceramah
Meskipun misteri kemiskinan spiritual ada dalam hati pencari,
Dia tidak memiliki pengetahun ihwal misteri itu.
Biarlah dia menanti sampai hatinya lapang dan penuh cahaya
Allah berfirman, “Bukankah kami telah melapangkan dadamu...? (Q.S 94:1)
Sebab kami telah pancarkan cahaya di sana, Kami telah melapangkan hati mu”
Ketika engkau menjadi sumber susu,
Kenapa engkau memerah susu lain?
Sebuah sumber susu yang tak habis2nya ada dalam dirimu:
Mengapa engkau mencari susu dengan ember?
Engkau adalah danau yang memiliki saluran ke Laut: malulah mencari air dai kolam;
Karena bukankah telah Kami lapangkan...?
Sekali lagi, tidakkah engkau memiliki kelapanga?
Mengapa engkau mondar mandir seperti seorang pengemis?
Renungkan kelapang hati dalam dirimu
>Rumi,Masnawi,V 1061 71
Renungan Sya'ban 1434