Senin, 01 Juli 2013

Yang Salah Itu Hati

Satu kali diri bertanya kepada Tuhannya “Ya Rabb mengapa diri begitu hampa? Hati begitu hampa? Adakah makna dari ibadah2 yang terlakukan? Tilawah sekian juz perhari, ibadah sunnah sekuat tenaga dilaksanakan, berusaha bermuamalah dengan sebaik2nya, berusaha mentafakuri setiap jalan yang ditelusuri, dzikir disaat teringat? “. Tapi kenapa ada yang kosong. Ada yang hampa. Ada yang tidak tenang. “Allah benarkah KAU sayang dengan ku?, pantaskah aku menjadi yang KAU pilih?” dalam sujud tengah malam menangis tersedu, menguras air mata tak bersisa hingga tubuh melemah lunglai, seakan melebur menjadi butiran debu. Sangat tak berarti dihapadapanNYa dan bagiNYA. HINA.  “Ya Rabb, ada apa denganku? Aku adalah yang paling hina dan paling munafik. Mulut mengaku ta’at tapi hati, fikir dan jasad tak juga benar2 lepas dari maksiat kepada MU. Tak benar2 bisa merasa ihsan dengan MU.  Tak benar2 mengingatMu sepanjang waktu. Seakan semuanya penghambaan klimaks. Ya Rabb, Ya Rabb, Ya Rabb.
Kemudian KAU ‘menampar’ ku.  Cukup keras. Yang buat aku langsung sadar. Memang ada yang salah. hatiku yang salah. ya Hati atau kalbu, atau nafs atau Fu’ad atau Lubb, semuanya salah dan bermasalah. Ta’at tapi bermaksiat. Omong kosong. Pengakuan fiktif.  Sudah jelas ibadah selalu menuntut pemurnian hati.  Maka ada sudah pastilah hati yang salah. jika hati benar maka jiwa akan tenang bersamaNYA.
“....menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah” (Azzumar” 23).
Hati itu tertarik kepada Tuhan dan mencari kenikmatan didalam Tuhan. Jika diri merasa hampa. Benarlah ada yang salah. yaitu hati yang merupakan *raja yang mengatur akal sebagai perdana menterinya, anggota tubuh sebagai pekerja ahli, nafs sebagai pemungut pajak yang senantiasa berupaya menarik segala hal untuk kepentingan sendiri, sedangkan amarah bersifat keras dan kasar, cenderung menghukum dan menghancurkan.  Raja harus mengendalikan bukan hanya nafs dan amarah, melainkan juga akal. Ia harus menjaga keseimbangan diantara semua kekuatan ini . (* Al Ghazali, Meramu Kebagaian, Jakarta: Hikmah, 2002, hal 4 to 5).
Sudah taukan apa yang salah? benar hati yang salah. hingga tak bisa mengendalikan nafsu dari maksiat sedangkan anggota tubuh melakukan ibadah, tapi tanpa makna dan akal pun tak berusaha untuk mencari kebenaran.  Hati itu lokus ma’rifat yang menyimpan kecerdasan dan kearifan yang terdalam. Hati itu titik tengah nafsu dan ruh.  Hati itu penyeimbang. Al Ghazali menyebutnya sebagai Lathifah Rabbaniyyah ruhaniyyah.
Dan tiba2 diri merasa sangat asing. Tak mengenal siapa ia. Untuk apa ia ada didunia. Sesaat. Tapi cukup membuat sesak. Hingga tiba2 bertemu sebait rangkai tulisan:
Manusia yang terasing dari pusatnya sendiri, hati, akan terasing dari segala sesuatu. Ia taj hanya asing bagi diri sendiri, tapi juga menjadi asing bagi alam semesta
Istighfar terucap berulang kali atas diri yang alfa dan lalai. Akankah ada ruang kembali?
Tanggalkan pakaian keangkuhan dari tubuhmu
Dalam mencari ilmu gunakan busana kerendahan hati
Jiwa menerima jiwa pengetahuan
Tentang kerendahan hati, buka dari buku2 atau ceramah
Meskipun misteri kemiskinan spiritual ada dalam hati pencari,
Dia tidak memiliki pengetahun ihwal misteri itu.
Biarlah dia menanti sampai hatinya lapang dan penuh cahaya
Allah berfirman, “Bukankah kami telah melapangkan dadamu...? (Q.S 94:1)
Sebab kami telah pancarkan cahaya di sana, Kami telah melapangkan hati mu”
Ketika engkau menjadi sumber susu,
Kenapa engkau memerah susu lain?
Sebuah sumber susu yang tak habis2nya ada dalam dirimu:
Mengapa engkau mencari susu dengan ember?
Engkau adalah danau yang memiliki saluran ke Laut: malulah mencari air dai kolam;
Karena bukankah telah Kami lapangkan...?
Sekali lagi, tidakkah engkau memiliki kelapanga?
Mengapa engkau mondar mandir seperti seorang pengemis?
Renungkan kelapang hati dalam dirimu
>Rumi,Masnawi,V 1061 71
Renungan Sya'ban 1434

Tidak ada komentar:

Posting Komentar