Senin, 27 November 2017

BUKU HARIAN


Hasil gambar untuk buku catatan amal


Setiap orang mungkin memiliki buku harian untuk mencatat peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dalam hidupnya. Di samping buku harian itu, setiap manusia sesungguhnya memiliki buku harian yang lain lagi, yaitu buku harian (kitab) yang dibuat oleh malaikat untuk mencatat setiap perilaku dan amal perbuatan manusia, besar maupun kecil, baik maupun jahat.
Informasi mengenai pencatatan amal dalam 'buku harian' itu terbaca dengan jelas dalam firman Allah, Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat nadinya sendiri, yaitu ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri (QS Qaf: 16-17).
Ayat tadi, menurut tafsir Zamakhsyari, mengandung makna bahwa Allah SWT Maha Halus (lathif). Ilmu Allah meliputi segala sesuatu, termasuk hal-hal yang tebersit dalam jiwa manusia, bahkan yang lebih samar dari itu sekalipun. Maka, tak ada yang lebih dekat kepada manusia daripada Allah SWT. Jika demikian ilmu dan pengawasan Allah, mengapa masih juga diperlukan kehadiran dua malaikat yang memantau dan mencatat amal perbuatan manusia?
Jawabannya, menurut Zamakhsyari, ialah agar catatan amal yang dibuat malaikat itu dapat dipergunakan sebagai alat bukti pada sidang pengadilan kelak di Hari Kiamat. Hikmah lainnya ialah agar manusia menyadari betapa ketat kontrol dan pengawasan Allah SWT. Dengan menyadari pengawasan yang dilakukan malaikat, selain pengawasan langsung dari Gusti Allah, diharapkan manusia memiliki kesadaran untuk menghentikan dan mengakhiri berbagai keburukan yang dilakukannya di satu pihak, dan memiliki dorongan dan semangat untuk melakukan berbagai kebajikan dan amal saleh di lain pihak. (Tafsir al-Kasysyaf: IV/6).
Hikmah atau pesan moral di balik pengawasan ini juga terbaca dengan jelas dalam suatu riwayat yang menerangkan tentang kehadiran dua malaikat pencatat amal itu. Dalam riwayat ini disebutkan bahwa dua malaikat itu duduk di rongga mulut kita. Mereka menulis amal perbuatan kita dengan lidah kita sebagai penanya dan ludah kita sebagai tintanya. Lalu, Nabi mengingatkan kita semua. Katanya, Apakah kalian akan berbuat sewenang-wenang atau berbuat sesuatu yang tidak ada nilainya tanpa rasa malu kepada Allah dan kepada dua malaikat yang mencatat amal perbuatanmu itu? Ini berarti, kesadaran manusia terhadap adanya pengawasan Allah dan malaikat sungguh amat penting. Untuk meningkatkan kesadaran ini, para sufi biasa membuat buku harian sendiri, bukan untuk mencatat prestasi dan bintang penghargaan yang diperoleh, melainkan justru untuk mencatat keburukan dan kejahatan mereka sendiri. Buku harian semacam ini, menurut Ghazali, penting sekali 'karena manusia memiliki kecenderungan untuk melupakan dosa-dosanya'. Padahal, sekiranya setiap kali berbuat dosa manusia meletakkan batu kerikil di halaman rumahnya atau di halaman kantornya, maka dalam waktu yang tidak terlalu lama halaman itu akan penuh dengan kerikil.
Di sinilah pentingnya buku harian itu. Setiap orang dapat becermin lewat buku hariannya sendiri. Wajahnya utuh, retak-retak, atau bopeng, kelihatan semua di situ.


 [REPOST]
 sumber : Anonim 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar