Suatu
pilar kebangkitan terbesar sejarah manusia di muka bumi adalah dakwah Islam
yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.Dakwah ini merupakan babak terakhir dalam
serangkaian perjuangan panjang dakwah yang dipimpin oleh beberapa orang Rasul
sebelum Muhammad SAW.Islam sesungguhnya sebuah proklamasi
pembebasan manusia bagi seluruh manusia di penjuru bumi.Selama sejarah panjang
Islam berada dalam kepemimpinan para pejuang Islam hingga pada kepemimpinan
Turki Utsmani, Islam mengalami masa kejayaan dan kegemilangan dalam
penyebarluasan dakwah.Seluruh sistem dunia mengikuti manhaj Islam dalam
mekanisme kehidupan dunia.
Namun
tidak perlu dinafikan bahwa eksistensi umat Islam telah bercerai berai sejak
beberapa abad lalu.Sejak pemerintahan Turki Utsmani pada tahun 1924 M. Sejak
kepemimpinan kedigdayaan Barat menunjukkan kembali kekuatannya sebagai strategi
pemanfaatan situasi Islam yang sedang turun.Dari sinilah awal perjuangan penuh
umat Islam.Sejarah pun mengukir peran para penyeru Islam yang mempersembahkan
nyawanya di Jalan Allah, atas dasar Ikhlas kepadaNya, “Al-Ikhwanul
Muslimin”.Dalam pergerakannya, secara tidak langsung membangkitkan kembali
Islam untuk lebih melegenda di kehidupan.Peran mereka inilah sebagai pilar awal
kebangkitan umat Islam setelah rampungnya pemerintahan Turki Utsmani.
Umat
Islam adalah sekelompok manusia yang kehidupan, konsepsi, sikap, tatanan,
nilai-nilai dan pertimbangannya, terpancar dari manhaj Islam.Manhaj yang
berideologi Islam.Suatu manhaj hakiki yang bersumber langsung dari
Pencipta.Manhaj atas dasar Al-Quran dan Al-Hadits. Dan oleh sebab itulah, Umat
Islam akan tetap mampu bertahan melawan musuh -musuhnya dalam menegakkan panji
– panji Agama Allah SWT.
Buku
yang berjudul Pilar – Pilar Kebangkitan Umat yang ditulis oleh Abdul Hamid
al-Ghazali menekankan pada Al-Masyru’ al-Islami (proyek keislaman atau
islamisasi), Al-Nahdlah al-Ummah (kebangkitan umat dari keterpurukan) dan
Assasiyat (prinsip-prinsip dasar atas fondasi pemikiran, bukan pilar, secara
harfiyah) atas perjuangan membangun kembali umat yang mungkin masih tertidur
hingga kesadaran diri untuk segera bangkit menghadapi tantangan zaman pun masih
relatif kecil.
Secara
konsep dasar, kita temukan kaidah – kaidah dalam eksekusi pelaksanaan suatu
gerakan.Gerakan yang memberikan pengaruh besar.Hingga gerakan tersebut
melingkupi institusional negara.Suatu gerakan pada hakikatnya memiliki
konsepsi, aturan main dan sistem, yang tentu saja semuanya berpatokan pada
kaidah atau manhaj Islam. Konsep-konsep dasar yang dimaksud adalah mengenai
Pembaharuan (ishlah), suatu perubahan menuju kemajuan secara komprehensif dan
terintegral atas aspek kehidupan; Metodologi riset (manhaj qira’ah) yang
meliputi konten analisis, hermeunetika (tafsir atas teks), semiotika (pemaknaan
sesuai konteks zaman dan lokasi); Dakwah sebagai proyek kebangkitan, bukan
merupakan pekerjaan individual yang berjangka pendek dan amatiran, namun dakwah
adalah pekerjaan kolektif, suatu pekerjaan yang tersusun rapi atas perencanaan
hingga pelaksanaan dan evaluasi, berjangka panjang (dengan tujuan membangun
suatu peradaban baru) dan dilakukan secara profesional oleh setiap kader
pengemban dakwah dan rekonstruksi negara ideal (ishlah ad-daulah/al-hukumah),
suatu pemikiran, perjuangan, kebijakan, dan dimensi peradaban.
Suatu
konsep dasar yang memiliki nilai yang besar, harusnya berstrategi
(bermetodologi) yang baik dalam pelaksanaannya.Untuk itu harus ada referensi
nyata bagaimana dakwah itu bermain sesuai hakikatnya. Imam Syahid Hasan
Al-Banna telah merekonstruksi 4 analisis yang dapat dijadikan metodologi dalam
memainkan peran dakwah, yang meliputi Analisis sejarah, Analisis realitas,
Kaidah umum dan Prediksi masa depan. Metodologi atas Analisis Sejarah mencakup
ruang lingkup Sejarah Islam (tujuh periode: deklarasi, daulah, dekadensi,
pergulatan politik, pergulatan sosial, hegemoni Barat, kebangkitan), Sejarah
manusia (Barat dan Timur), Sejarah gerakan pembaruan (Khulafa al-Rasyidah,
Abbasiyah, Ayyubiyah, Saudiyah, Revolusi Jerman). Sedangkan Metodologi atas
Analisis Realitas mencakup ruang Keharusan analisis realitas (fiqhul waqi’),
Analisis kualitatif (serangan asing, penyakit umat, agenda permasalahan), dan Analisis
kuantitatif (data demografis, geografis, pendidikan, kesehatan, kriminalitas).
Kemudian untuk Metodologi Kaidah Umum, Imam Hasan Al-Banna mengaitkannya dengan
Fikrah dasar, Kekuatan motivasi, Perubahan diri, Titik awal pergerakan,
Keberhasilan pemikiran, Penyiapan kader, Tuntutan kebangkitan mendasar, Standar
aktivitas dakwah, Pergulatan manusia, Prediksi dan peluang, Pergiliran
peradaban, dan Tujuh pilar kebangkitan. Lalu, untuk metodologi Prediksi Masa
Depan, ia mencakup Perspektif sosial (kenyataan hari ini adalah mimpi kemarin,
mimpi hari ini adalah kenyataan masa depan), Perspektif sejarah (kebangkitan
setelah masa kemunduran), Perspektif logika (jalan panjang menuju kebangkitan,
menunaikan kewajiban untuk mendapat pahala akhirat dan manfaat duniawi), dan
Perspektif agama (janji kemenangan dari Allah).
Yang
menarik dari metodologi Kaidah Umum adalah mengenai Fikrah Dasar dan Kekuatan
Motivasi. Imam Hasan Al-Banna pernah berkata: “Ikhwanul Muslimin yakin
sepenuhnya bahwa ketika Allah SWT menurunkan Al-Quran, menyuruh hamba-hambaNya
mengikuti Muhammad SAW dan meridhai Islam sebagai agama bagi mereka,
sesungguhnya ia telah meletakkan dalam agama ini seluruh dasar yang mutlak
dibutuhkan bagi kehidupan, kebangkitan dan kesejahteraan umat manusia”. Perkataan
ini dapat menjadi fikrah dasar mengapa kita harus tetap mengambil peran dalam
menciptakan pilar – pilar kebangkitan.Yang kedua terkait dengan kekuatan
motivasi.Dalam hal ini Imam Syahid Hasan Al-Banna juga mengatakan.“Kebanyakan
manusia melihat gerakan dakwah dari segi lahiriah dan bentuk formalnya
saja.Mereka tidak melihat motivasi dasar dan inspirasi spiritual yang
sebenarnya merupakan modal dasar bagi terciptanya tujuan dan teraihnya
kemenangan.Ini adalah sebuah hakikat yang tidak bisa dibantah kecuali oleh
mereka yang jauh dari studi dakwah sehingga tidak memahami rahasia-rahasianya.
Sesungguhnya di balik fenomena-fenomena yang tampak pada setiap aktivitas
dakwah, terdapat semangat yang menjadi motor penggerak serta kekuatan batin
yang menggerakkan, mengontrol dan memberikan motivasi.
Mustahil
suatu umat dapat bangkit tanpa memiliki kesadaran yang hakiki dalam jiwa, ruh
dan perasaan mereka. ‘Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu
kaum, sehingga mereka mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri’
(Ar- Ra’d:11).”Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hal terpenting dalam
sebuah kerja dakwah yang harus pertama kali kita perhatikan dan kita jadikan
sebagai pemacu pertumbuhan, keberadaan, dan penyebaran dakwah adalah kebangkitan
spiritual ini.Karenanya, yang pertama kali kita inginkan adalah kebangkitan
ruhani, hidupnya hati, serta kesadaran penuh yang ada dalam jiwa dan
perasaan.Oleh karena itu, dalam membicarakan dakwah ini, kami lebih menekankan
pada pemberian motivasi dan pembinaan jiwa daripada perhatian terhadap
aspek-aspek operasional yang beragam.
Tentu
saja dakwah menginginkan jiwa-jiwa yang hidup, kuat serta tangguh, hati-hati
yang segar serta memiliki semangat yang berkobar, perasaan-perasaan yang
memiliki ghirah serta selalu menggelora dan ruh-ruh yang bersemangat, elegan,
selalu optimis serta merindukan nilai-nilai luhur, tujuan -tujuan mulia serta
mau bekerja keras untuk menggapainya. Umat Islam harus menentukan tujuan-tujuan
dan nilai-nilai luhur tersebut, mengendalikan perasaan dan emosi, serta
memfokuskan perhatian pada hal-hal tersebut hingga ia menjadi sebuah keyakinan
mantap, yang tidak tercampuri oleh keraguan sedikit pun. Tanpa pembatasan,
pengendalian, dan pemfokusan tersebut, sebuah kesadaran dan kebangkitan hanya
akan menjadi seperti lilin kecil di tengah gulita sahara, nyalanya sangat redup
dan panasnya tidak terasa.
Sejalan
dengan keberadaan dakwah yang komprehensif, maka manhaj dakwah pun harus
menegara.Sistemnya pun harus mampu merekonstruksi Negara yang merupakan suatu
proyek kebangkitan umat. Ada 5 peran dakwah dalam merekonstruksi aksi
institusional, yang meliputi pemikiran, perjuangan, program, kebijakan, dan
dimensi peradaban. Rekonstruksi Negara terhadap Pemikiran meliputi titik tolak
(integralitas Islam, negara cermin ideologi, hak umat, perjuangan
konstitusional dan pemerintahan bagi dari rukun sistem Islam) dan konsep
(arabisme, patriotisme, nasionalisme dan internasionalisme). Sedangkan
rekonstruksi terhadap peran Perjuangan mencakup target politik (pembebasan
negeri, persatuan negeri, Islam/Kawasan), strategi (informasi, dialog elite,
komite UU, rekomendasi pemerintah, pernyataan politik, legislatif/kepartaian,
tuntutan politik, dan aliansi politik), tahapan (takrif, takwin, tanfidz), dan
sikap (pemerintahan, UU, Hukum, kepartaian, minoritas, perempuan, demokrasi,
persatuan, HAM). Selanjutnya, rekonstruksi yang ketiga fokus pada Pemrograman
Pilar Dakwah, yakni pemrograman atas reformasi sosial, reformasi ekonomi, dan
reformasi politik.Dan mengenai rekonstruksi negara atas Kebijakan terkait pada
kebijakan dalam dan luar negeri.Maka, rekonstruksi negara yang terakhir adalah
mengenai Dimensi Peradaban yang meliputi konsep peradaban (syahadah dan
hadlarah), eksistensi umat (syarat kebangkitan, konsep khilafah, tata dunia
baru) dan kepemimpinan dunia (realisasi, benturan peradaban).
Suatu pilar
kebangkitan membutuhkan suatu magnet yang dapat menimbulkan aksi tarik-menarik
bagi aktornya. Aksi tarik menarik ini menunjukkan ketepatan medan magnet dengan
kapasitas pemainnya. Untuk mencapai kebangkitan dan kejayaan umat, kita harus
memiliki medan tempat untuk berjuang, tempat perlindungan, dan tempat
pentarbiyahan. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan kita untuk mengelola
sumber alam secara benar dan baik dan berlandaskan kepada kemaslahatan. Maka,
Selamat datang Pilar Kebangkitan Umat!
Pengarang/Penulis :PROF. DR. ABDUL HAMID AL-GHAZALI
Penerbit : AL-ITISHOM CAHAYA UMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar