Selasa, 07 Mei 2013

keping zamrud


Keping Zamrud di Cagar Biosfer Ranah Melayu Riau
Efa Riana
Biology Department
Faculty of Science and Mathematic
University of Riau
Fha.gusdi@gmail.com

Hutan adalah paru-paru dunia, sumber kehidupan, sumber biodiversitas dan sumber kekayaan alam. Penjarahan yang terus-menerus dan konserversi hutan menjadi lahan perkebunan dan pertanian memuat hutan semakin berkurang dari tahun ke tahun. Dari tahun 1982-2007 tercatat hutan alam seluas 4.166.381 ha atau 65% dari luas daratan Riau hilang dan 1.831.193 haatau 57% merupakan hutan rawa gambut. Penjarahan dan konversi hutan ini menjadi main factor dalam bencana kebakaran hutan yang terjadi di Riau.  Berdasarkan pantauan satelit modis (Terra dan Aqua) periode September 2000 sampai Juli 2008 di wilayah provinsi Riau di jumpai 57971 titik api terditribusi ke dalam 12 kabupaten/ kota. Saat ini luas hutan riau tidak lebih dari 40% dari luas daratan Riau dan jika kita kalkulasikan sudah sangat banyak biodeversitas yang hilang. Masihkah anak-cucu kita akan bias melihat dan tahu seperti apa yang dikatakan hutan?
Keping zamrud itu masih ada. Yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita bahkan kepada dunia. Ia tersimpan di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil- Bukit Batu provinsi Riau. Cagar Biosfer GSK-BB kepunyaan Riau ini baru saja di resmikan oleh UNESCO pada sidangpleno International Co-ordinating Council of the man and the Biophere Programme (MAB-ICC) UNESCO yang diselenggarakan di Jeju City, Korea Selatan pada 25-29 Mei 2009. Cagar Biosfer GSK BB ini adalah cagar biofer ke 8 yang dimiliki Indonesia setelah 18 tahun lalu dan  merupakan satu-satunya cagar biosfer ekosistem lahan gambut di Indonesia bahkan didunia.
Cagar biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu terletak di tiga kabupaten masing-masing Bengkalis, Siak dan Kota Dumai. Total areanya mencapai 701.984 hektare yang terbagi atas 29 persen di Kabupaten Siak, 67 persen masuk ke dalam Kabupaten Bengkalis dan sekitar empat persen lainnya masuk ke dalam Kota Dumai. Berdasarkan zonasinya area inti zona penyangga seluas 222.426 hektare (32 persen) dan area transisi seluas 304.123 hektare (43 persen). cagar biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu meliputi ekosistem hutan rawa gambut serta ekosistem perairan dan tasik (danau). Tasik-tasik yang terdapat di daerah itu adalah Tasik Lukah, Tasik Bungsu, Tasik Niru, Tasik Danauwan, Tasik Terentang, Tasik Anggung, Tasik Sembilan, Tasik Air Hitam, Tasik Betung dan Tasik Kemenyan.
Hutan rawa gambut Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil seluas 84.967 hektare dan Suaka Margasatwa Bukit Batu seluas 21.500 hektare, merupakan bagian dari eco-region hutan Sumatera yang sebelumnya telah diidentifikasi LIPI sebagai sebuah areal yang didiami sedikitnya 159 jenis burung, 10 jenis mamalia, 13 jenis ikan, 8 jenis reptil berikut 52 jenis tumbuhan langka dan dilindungi serta terdapat sekitar 114 jenis spesies tanaman asli lahan gambut. Berdasarkan ekpedisi yang dilakukan team CTPRC (Central for Tropical Peat Swamp Restoration and Conservation) Biologi FMIPA Univesitas Riau pada Oktober-November 2009 masih menemukan pohon-pohon hutan rawa gambut yang bernilai ekonomis dan menjadi incaran para illegal logger seperti ramin (Gonystylus bancanus) dan meranti (Shorea spp) dengan tinggi lebih dari 50 meter dan diameter pohon lebih dari 45 cm, spesies ikan tapa yang bernilai ekonomis dan merupakan sumber mata pencaharian bagi masyarakat nelayan disekita sungai Bukit batu dengan berat mencapai 50 kg dengan panjang mencapai 150 meter dan menemukan anak harimau sumatera. Semua sisa kekayaan biodeversitas yang terdapat di buni melayu ini harus dilestarikan dan dijaga bersama oleh masyarakat Riau, masyarakat Indonesia bahkan masyarakat dunia karena Cagar biosfer GSK BB merupakan keping zamrud yang akan menyelamatkan bumi dari ancaman global warming dan krisis lingkungan yang berkepanjangan.


                                                                                    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar