Keping Zamrud
di Cagar Biosfer Ranah Melayu Riau
Efa Riana
Biology
Department
Faculty of
Science and Mathematic
University
of Riau
Fha.gusdi@gmail.com
Hutan adalah paru-paru
dunia, sumber kehidupan, sumber biodiversitas dan sumber kekayaan alam. Penjarahan
yang terus-menerus dan konserversi hutan menjadi lahan perkebunan dan pertanian
memuat hutan semakin berkurang dari tahun ke tahun. Dari tahun 1982-2007
tercatat hutan alam seluas 4.166.381 ha atau 65% dari luas daratan Riau hilang
dan 1.831.193 haatau 57% merupakan hutan rawa gambut. Penjarahan dan konversi
hutan ini menjadi main factor dalam bencana kebakaran hutan yang terjadi di
Riau. Berdasarkan pantauan satelit modis
(Terra dan Aqua) periode September 2000 sampai Juli 2008 di wilayah provinsi
Riau di jumpai 57971 titik api terditribusi ke dalam 12 kabupaten/ kota. Saat
ini luas hutan riau tidak lebih dari 40% dari luas daratan Riau dan jika kita
kalkulasikan sudah sangat banyak biodeversitas yang hilang. Masihkah anak-cucu
kita akan bias melihat dan tahu seperti apa yang dikatakan hutan?
Keping zamrud itu
masih ada. Yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita bahkan kepada dunia.
Ia tersimpan di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil- Bukit Batu provinsi Riau. Cagar
Biosfer GSK-BB kepunyaan Riau ini baru saja di resmikan oleh UNESCO pada
sidangpleno International Co-ordinating Council of the man and the Biophere
Programme (MAB-ICC) UNESCO yang diselenggarakan di Jeju City, Korea Selatan
pada 25-29 Mei 2009. Cagar Biosfer GSK BB ini adalah cagar biofer ke 8 yang
dimiliki Indonesia setelah 18 tahun lalu dan
merupakan satu-satunya cagar biosfer ekosistem lahan gambut di Indonesia
bahkan didunia.
Cagar biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu
terletak di tiga kabupaten masing-masing Bengkalis, Siak dan Kota Dumai. Total
areanya mencapai 701.984 hektare yang terbagi atas 29 persen di Kabupaten Siak,
67 persen masuk ke dalam Kabupaten Bengkalis dan sekitar empat persen lainnya
masuk ke dalam Kota Dumai. Berdasarkan zonasinya area inti zona penyangga seluas
222.426 hektare (32 persen) dan area transisi seluas 304.123 hektare (43
persen). cagar biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu meliputi ekosistem hutan rawa
gambut serta ekosistem perairan dan tasik (danau). Tasik-tasik yang terdapat di
daerah itu adalah Tasik Lukah, Tasik Bungsu, Tasik Niru, Tasik Danauwan, Tasik
Terentang, Tasik Anggung, Tasik Sembilan, Tasik Air Hitam, Tasik Betung dan
Tasik Kemenyan.
Hutan rawa gambut Suaka Margasatwa Giam
Siak Kecil seluas 84.967 hektare dan Suaka Margasatwa Bukit Batu seluas 21.500
hektare, merupakan bagian dari eco-region hutan Sumatera yang sebelumnya telah
diidentifikasi LIPI sebagai sebuah areal yang didiami sedikitnya 159 jenis
burung, 10 jenis mamalia, 13 jenis ikan, 8 jenis reptil berikut 52 jenis
tumbuhan langka dan dilindungi serta terdapat sekitar 114 jenis spesies tanaman asli lahan gambut. Berdasarkan
ekpedisi yang dilakukan team CTPRC (Central for Tropical Peat Swamp Restoration
and Conservation) Biologi FMIPA Univesitas Riau pada Oktober-November 2009 masih
menemukan pohon-pohon hutan rawa gambut yang bernilai ekonomis dan menjadi
incaran para illegal logger seperti ramin (Gonystylus bancanus) dan meranti (Shorea spp) dengan tinggi lebih dari 50 meter dan diameter pohon lebih dari 45 cm, spesies
ikan tapa yang bernilai ekonomis dan merupakan sumber mata pencaharian bagi
masyarakat nelayan disekita sungai Bukit batu dengan berat mencapai 50 kg dengan
panjang mencapai 150 meter dan menemukan anak harimau sumatera. Semua sisa
kekayaan biodeversitas yang terdapat di buni melayu ini harus dilestarikan dan
dijaga bersama oleh masyarakat Riau, masyarakat Indonesia bahkan masyarakat
dunia karena Cagar biosfer GSK BB merupakan keping zamrud yang akan
menyelamatkan bumi dari ancaman global warming dan krisis lingkungan yang
berkepanjangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar