Sabtu, 09 Februari 2013

Doa di Sudut Mihrab

Doa di Sudut Mihrab

Nayla celingukan memastikan jalan yang ia temui menuju mesjid baiturahman benar. Ingatannya kembali setahun yang lalu saat berkunjung ketempat ini. Semuanya masih sama. Pohon beringin besar yang berdiri kokoh ditepi jalan masih menjadi tempat favorit pedagang kaki lima bermukim dibawahnya menjajakan dagangan mereka. Walaupun ada yang tidak beruntung mendapatkan tempat strategis dibawah naungan pohon beringin itu. Nayla menyusuri jalan 200 meter menuju mesjid yang kiri dan kanannya diisi pedagang kaki lima. Aroma udara pun masih sama, sejuk segar memenuhi paru yang selama ini terkontaminasi polusi kota metropolitan tempat dia harus menyambung hidup sebagai seorang jurnalis disalah satu media yang cukup populer.  Bergegas nayla mengayunkan menuju mihrab hibernasi diri yang pernah ia lakoni dulu. Ia pernah begitu sangat merindukan mesjid itu  bahkan sebelum dia menginjakkan kaki disana. Kerinduan yang membuncah yang membuatnya betah berlama2 berkhalwat dengan sang kekasih pemberi nyawa. Mendekatkan diri sedekat dekatnya dengan sang Rabb.
Detil Nayla mengamati tampak depan mesjid. Tidak ada yang berubah. Masih ada 2 pohon palem yang tegak disana. Bedanya sekarang pohon itu sudah mencapai tingginya lantai 2 masjid. Masih ada santri yang rajin menyusun sandal jamaah dengan rapi, Masih ada para masyarakat berwajah teduh memenuhi lokasi masjid yang berada dalam satu kawasan tanah wakaf mesjid. Nayla menuju pintu  masuk akhwat dan berbelok ketempat wudhu. Lantai masjid terasa begitu sangat dingin, sedingin air yang menyentuh kulit rihana, sejenak kesegaran menjalar keseluruh syaraf yang letih dalam perjalanan 4 jam yang telah ditempuh. Nayla segera naik kelantai 2 dan melaksanakan shalat tahiyatul masjid dan shalat ashar. Masjid yang tidak begitu besar tetapi menghadirkan sensasi nyaman yang beda dengan masjid yang pernah ia kunjungi. Mesjid itu berkarpet merah dengan bulu2 cukup tebal dan lembut diinjak kaki.  Tak terasa air matanya menetes dalam muhasabah dosa masalalu.  Airmata menganak sungai tanpa bisa ia bendung. Disudut mihrah Nayla menangis terisak, baru berhenti setelah lelah berlalu menyapa hati dan mata. Perlahan Nayla menarik nafas dan beristighfar.  Alquran usmani yang telah disiapkan disisi sujudnya diraih dan dibaca hingga magrib menjelang.
***
“ Nay kamu datangkan acara reunian kita tanggal 10 Desember nanti?” tanya suara sporan disebarang sana.
“emang siapa aja yang akan hadir neng?”tanya Nayla pada syafira sahabat karibnya yang senang ia sapa dengan sebutan neng walau Syafira bukanlah keturunan sunda.
“Banyak. Mb rika, mb meli, mas randi juga ikut kok” jelas pemilik nada ceria disana.
“Mas randi ikut ya?” ulang Nayla seketika cemas.
“kalau jadi ikut nanti aku kabari ya ra” telepon ditutup setelah syafira meminta konfirmasi kehadiran Nayla dalam 24 jam ini. Nayla galau.

***
Air mata gadis berparas melayu itu masih saja mengalir dipenghujung sujud shalat magrib. Sekelebat rasa memenuhi rongga dada rasa takut dosa tak terampuni, rasa hina, rasa bodoh,rasa miskin papa, rasa lemah tak berdaya dihadapan sang Khalik yang Maha Sempurna dan Perkasa, memohon kekuatan hati menerima dengan ikhlas tentang takdir yang telah diputuskanNYA menjalani hidup bukan dengan orang yang diharapakan hati. Dialah randi. Pemuda yang berjanji menikahinya 2 tahun yang lalu. Nayla tidak mengerti mengapa randi tiba2 menolak setelah semua yang dia janjikan. Nayla terlanjur mempercayai kalau randi adalah pemuda yang baik dan takkan menyakitinya. Nayla yakin randi tak mungkin menyakitinya dalam kata yang selalu diucapkan randi, kata yang sebenarnya adalah bentuk penolakan halus tapi bagi perempuan selugu Nayla diinterpretasikan kata pengharapan “kalau kita jodoh pasti akan dipertemukan”. Nayla bertekad akan mengikhtiarkan randi semaksimal yang dia bisa. Dia punya Allah dan dia akan meminta kepada Allah melalui doa. Ya doa. Bukankah doa itu bisa merubah takdir. Bukankah Allah takkan pernah menolak doa2 hamba yang berdoa kepadaNYA?. Itu janji Allah. Nayla sangat yakin Allah tidak mungkin menolak permintaannya untuk bisa menakdirkan dia dan randi. Maka Nayla memperbaiki amalan2nya, memanfaatkan semua waktu2 mustajab dalam doa agar Allah mengabulkan apa yang dia inginkan yaitu hidup halal bersama randi. Toh itu bukan permintaan untuk bermaksiat. Dia meminta kebaikan. Itu yang ada dipikiran Nayla saat itu. Hati resah dan gelisah selama penantian. Tak jarang tangis menemani ujung sujud yang panjang. Dan disuatu ketika suatu hal yang merubah hidup dan keyakinan Nayla sementara.
Nayla dan randi terpisah samudra yang sangat jauh. Randi melanjutkan masternya keluar negeri. Dan beberawa waktu sebelum keberangkatan randi ke paris randi menelpon Nayla bahwa dia tidak bisa menikahnya.
“ Nay, mas minta maaf mas tidak bisa memenuhi harapan Nay untuk kita hidup dalam hubungan yang halal.” Terang randi pelan dan hati2 tapi terdengar seperti guntur menggelegar bagi Nayla.
“Mas randi kenapa? Baik2 ajakan? besok mau berangkatkan. Jangan mikir yang macam2 ya mas”. Nayla mencoba menenangkan diri dan menahan air mata yang hampir keluar.
“Nayla..!” panggil randi agak keras diseberang sana. “Mas tidak sedang bercanda. Semoga Nayla mendapatkan pengganti yang lebih baik dari mas. Maafkan mas” suara randi tertahan demi mendengar isak tangis diseberang sana.
“tapi kenapa mas? Apa salah saya? Apa salah yang telah saya lakukan sehingga mas randi memperlakukan saya tidak adil seperti ini?” sempurna isakan tangis Nayla. Diseberang sana hanya terdiam lama. “tolong jelaskan supaya saya bisa menerimanya” mohon Nayla.
“Nayla baik. Kita punya banyak kesamaan sifat. Mas egois, cuek, keras. Begitu juga yang mas rasakan ke Nayla. Mas sudah berusaha meminta petunjuk memantapkan hati untuk Nayla tetapi mas tidak mendapatkan jawaban itu. Mas tidak bisa memaksakan hati mas. Nayla maafkan mas. Semoga Nayla mendapat yang lebih baik lagi dari mas”..telpon di seberang sana mati tanpa permisi meninggalkan Nayla terpaku diam disudut ruang dengan gelas kaca bening yang jatuh kelantai marmar dan pecah berderai. Tuhan kenapa Kau perlakukan aku seperti ini. Bukan Kau berjanji akan mengabulkan segala doa hamba2 yang berdoa kepada Mu tapi mengapa seperti ini caranya.hati Nayla protes.
***
Tidak mudah memang menyatukan kembali pecahan kaca itu.  Pengkhianatan, begitu Nayla membahasakannya, orang yang telah lama bersemayam disalah satu ruang hati terlebih itu adalah pertama kalinya mencintai dan mengharapkan seseorang untuk menjadi suaminya. Tapi rihana tidak punya pilihan. Yang ada adalah kata untuk bangkit dan tidak terpuruk terus dalam kesedihan dan celaan takdir. Nayla memutuskan untuk meneruskan aktivitasnya sebagai jurnalis lepas yang pernah ia lakoni saat kuliah. Meliput berita yang penuh tantangan, meliput sudut2 keindahan alam untuk diterbitkan ke jurnal wisata dan untuk mendapatkan berita2 ini Nayla harus keliling indonesia, sebuah aktivitas yang dapat melupakan rasa sedihnya teradap randi.  Perjalanan panjang yang menemukan banyak makna mentafakuri alam memupuk sedikit demi sedikit rasa syukur dihati terhadap Allah. Nayla telah mengobati lukanya. Lukanya sudah sembuh. Tapi sedikit menganga kembali waktu ia mendapat kabar kalau randi akan menikah. Bukan dari randi langsung Nayla mendapatkan kabar itu, tapi dari calon pengantin randi yang dia adalah sahabat karib Nayla dan seketika Nayla syok dan memohon ampun ke Tuhannya. Istighfar yang menguatkan langkahnya untuk mengucapkan selamat atas pertunangan randi. Randi menghadiri reunian karena dia ada diindonesia untuk melangsungkan pernikahannya.  setelah acara reunian mereka akan sepakat menghadiri pesta pernikahan randi seminggu berikutnya. Itu yang dikatakan syafira ke Nayla.  “Biarlah mungkin ini yang terbaik untuk ku untuk mas randi. Allah lebih tau. Aku pasrahkan segalanya” Nayla membatin sembari sekuat tenaga gemuruh didada untuk kesekian kalinya. Nayla yang sudah cukup menerima takdir tapi masih penasaran mengapa doa2 yang dia lantunkan tak diijabah dengan Allah. Padahal dia telah memenuhi syarat2 doa itu.
***
Avanza silver mengantarkan Nayla ke tempat acara reunian itu. Hatinya cemas. Bagaimana jika ia ketemu mas randi?. Apakah hatinya sudah benar2 kuat? Tak terasa air matanya menetes. “Rabb tolong aku. Jika takdir membawa aku bertemu dengannya tolong kuatkan aku. Aku dan mas randi sekarang teman. Aku tak pernah menanggap dia musuh atau orang jahat. ” Mp3 tausiyah yang dia beli di bazar mesjid baiturahman menjadi penenang jiwa Nayla sekaligus menjawab semua pertanyaannya selama ini.
“bukannya tujuan utama itu hanya sekedar mita ataupun berdoa, tetapo tujuan utama itu adalah jika engkau mengetahui tatakrama kepada Allah tuhan mu”
Nayla tersentak. Spontan ia mematikan sejenak mp3 itu dan mencoba merenungin kata bijak tadi “tatakrama kepada Allah?. Jadi selama ini apa aku tidak punya tatakrama saat berdoa meminta menghadapNYA sehingga dia tak mengabulkan permintaanku?.” Nayla tertegun belum bisa memahami. Tangannya kembali menekan tombol play di mp3nya.
Kita diperintahkan berdoa bukan karena Allah tidak tau keinginan dan kebutuhan kita. Semua yang kita inginkan Allah tau karena Allah lah yang menciptakan kita punya keinginan. Persoalan yang kita hadapi allah juga sudah tau karea persoalan itu dengan izin Allah menimpa kita. Kita disuruh berdoa itu bukan untuk memberitahu Allah. Selama ini kita jarang berdoa tapi dicukupi, selama ini kita diberi makan,pakaian dan hidup. Yang kita minta dengan yang tidak kita minta jauh lebih banyak yang datang tanpa di minta.kalau tidaj diminta saja udah datang apatah lagi yang diminta. Jadi apa inti dari doa? Inti dari doa itu benar2 menempatkan diri kita jadi hamba Allah sejati dan Allah tuhan kita. Doa itu ibadah. Ibadah yang membawa kita merasa hina, bodoh, lemah..Allah lah yang maha kuasa yang bisa mengabulkan doa. Berdoa itu bukan masalah keinginan kita tapi masalah bagaimana keiningan ini mengantarka kita makin tobat dengan Allah, mengantarkan kita jadi terpuruk dihadapan Allah, mengantarkan kiita makin malu..insyaallah itulah saat mustajab dalam doa. Supaya doa mustajab kecilkan dirimu sekecil2 kau mampu mengecilkan dirimu dan besarkan tuhan mu sebersar2 kau mampu membersarkanNYA. Kalau ada yang bertanya mengapa ya doa saya tidak dikabulkan? Mungkin karena sombong. Mulut berdoa tetapi hari merasa setara dengan Allah. Harusnya kita benar2 nyungsep kehadapan Allah. Menangis itu bukan ingin doanya dikabulkan tapi merasa kehinaan, kerendahan, kebodohan, itu yang bikin nangis.
Gelap malam mengalangi pandang mata yang melihat rembesan air mata di pipi Nayla. Tidak ada temannya yang tau hatinya dalam perjalanannya malam itu, sedang teman2 yang lain telah terlelap pulas. Nayla menyeka air mata seketika mersa diri begitu hina. dihadapan Allah yang maha suci.
“ya Rabb apa karena aku sombong? Apa karena hatiku kotor? Apa karena niat dan tujuanku tak murni hingga sebegitunya terjadi. Ya Rabb, apa Kau mengirimkan mas randi dalam hidupku hanya sebagai perantara aku kenal dengan Mu? Memang aku mulai menenukan jalan2 taaruf dengan Mu. Tapi aku takut ini semua lagi2 salah hanya sebagai teman pelarianku. Ya Rabb bimbing aku” Nayla mengiba, hatinya remuk redam.sekuat tenaga ia tutup mulutnya dengan telapak tangannya agar tak meledak dalam suara tangis keinsyafan.
Kalau doa telah membuat hati kita remuk dan yakin terhadap kemahabesaran Allah itu lebih hebat dari ijabah doa. Tenanglah masalah perkara doa Allah tak mungkin luput. Semuanya terdengar jelas dalam perhitungan Allah. Remukany hati, luluhnya hati ini sebenarnya inti dari doa, bukan hanya melepaskan kata2 dan Allah lebih tau. “dan kami mengetahui apa yang dibisikkan hatinya”
***
Sujud Subuh kali ini menjadi sujud yang sangat syahdu. Sujud yang lebih panjang lagi dari biasanya membawa ketenangan hingga relung yang paling dalam. Lantunan hafalan Arrohman terulang terus dari bibir Nayla. Air matanya terus mengalir saat mengulang ayat “ maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kau dustakan?” hati Nayla tertampar berjuta kali. Apa arti randi dengan segala nikmat yang Allah berikan kepadanya saat ini, nikmat bermakrifat kepadaNYA, nikmat iman, nikmat dekat dengan alquran, nikmat berkumpul dengan orang2 sholeh. Apa yang lebih penting dari semua itu. Nayla berazam untuk menjadi hamba yang penuh syukur dan surah azzariyat ayat 56 pun menjadi visi hidupnya. Pesan yang langsung disampaikan Allah untuk hamba yang beriman “Dan Tidaklah Aku Menciptakan Jin dan Manusia Kecuali untuk Beribadah Kepada-Ku”
****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar