Ve
takkan pernah melupakan cerita yang
pernah tertulis dilembar hidupnya, dia takkan menghapusnya. Bagaimana tidak
membekas sangat dalam, Mungkin ditulis
dengan kanvas yang kasar. Jika boleh memilih ia ingin tetap mengagumi dalam
diam, melihat tak tergapai, mengharap dalam ketidakpastian, tenang dalam resah.
Ya ve memilih keadaan itu. menyimpan rapat dalam hati yang paling dalam, dalam hitungan berbilang ratusan hari. Sampai satu waktu ve baru sadar akan dirinya
lemah,dia memberikan pilihan lain mengizinkan sang terkagumi masuk perlahan
kerelung hati. Tanpa sadar. Seorang
yang terlihat menyapa menyusup selembut kapas,
“ve, mas boleh bertanya sesuatu? Bukan geer
tapi hanya ingin bertanya, apakah ve punya harapan ke mas?,tidak ada maksud
lain,silahkan ve tafsirkan sendiri” pesan itu direplay ve dengan penuh
tanda Tanya tak mengerti.
“maksud mas bayu apa? Harapan apa?”
“maaf, maksud mas harapan ve ke mas untuk
menjadi teman sejati….” gemetar ve membaca pesan di inbox. Lama ve
tercenung bingung. Harus jawab apa?. Hati ve kacau. Aliran darah ve mengalir
cepat akibat tekanan dari jantung yang memompa. Berdegup.berdesir. ya Rabb, apa
ini. Ve tak punya kekuatan untuk bersembunyi lagi. Dari bayang yang sekilas
pernah terharapkan, tapi selalu ve nafikan. Rasa ve bersambut dari bayang
mustahil sebelumnya. Lagi, karena ve percaya dengan seorang itu yang belum
setahun dikenalnya tapi bersama dalam kerja-kerja social. Bayu seorang phartner
di lembaga social tempat mereka mengabdi.
Ve mengenal bayu sejak bersama dalam organisasi tersebut. Sebelumnya
tidak pernah tahu. tapi Entah apa yang
dilihat ve dari bayu, ve sangat tidak mengerti dengan apa yang dirasanya ke
bayu,,yang ve tahu dan ve sadari entah sejak kapan, apa yang ia harapkan dari
seseorang yang akan teman hidupnya kelak ada di bayu. Dewasa, leader,itu sudah
terikrarkan jauuh waktu sejak ve belum bertemu dengan bayu. bukan tampang,bukan
fisik,bukan kekayaan…ve percaya bayu berbeda dengan lelaki lain yang hanya
mempermainkan perasaan, yang hanya menguji, yang hanya mengumbar janji tak
menjaga diri,,bayu tidak seperti itu yakin ve. ve tidak tau mengapa ia
bisa percaya sepenuh itu. Mungkin itulah fitrah perasaan wanitanya……kepercayaan
itu yang akhirnya membuat berani ve mengakui rasa untuk pertama kalinya, 22
tahun hidup yang pernah ia lalui..ve hanya bisa menangis, menangis dalam resah
yang sangat resah. ya Rabb…bukan seperti ini yang dia inginkan. Jika bayu
serius ve ingin dia datang untuk melamar. Tapi setelah ini ve benar2 menghilang
dalam pandangan bayu. Beberapa lama.
****
seleksi
beasiswa suatu perguruan tinggi di luar negeri benar2 melelahkan. Seleksi yang
panjang dan menguras energy pikiran. Toelf, wawancara, potensi
akademik,kemampuan berbahasa. Februari lalu ve baru saja diwisuda dengan gelar
sarjana pertanian dengan memperoleh kehormatan menyandang gelar cumlaude. Ve
emang gadis energik, cerdas, pantang menyerah dan penuh perecanaan dalam
hidupnya sebelum melakukan sesuatu. Bahasa singkatnya terorganisir. Sejak awal kuliah ve sudah bertekad untuk
terus belajar hingga batas usia. Karena menuntut ilmupun adalah jihad dan bisa
menyingkap tabir rahasia kehidupan untuk lebih mensyukuri lagi nikmat Allah. Tetapi
setelah mengingat bayu, resah hati kembali menghampiri.bayu, sang adam yang
dipilih hatinya tapi ve tak punya pilihan untuk mengakui karena memang bayu
belum yang halal untuknya. Ve tak ingin berlama2 dalam kondisi dia, dan tak
ingin bermain api. Jika mas bayu jodohku
pasti akan ketemu walau aku sudah di negeri seberang. Permasalahnnya aku tidak
tau. Dan tak ada untungny sekarang aku welcome dengannya karena aku tidak tau
niat sebernar hatinya. Ah apa sebaiknya aku mengikhtiarkan menikah dulu?. Oke
aku akan menemui guru ngaji ku lusa. Soal kuliah s2…mana dapat duluan aja deh..dialog
hati ve.
*****
Ve
merebahkan tubuhnya yang semampai dikasur lajang empuk. Cat dinding biru
langit, sprey biru laut, gantungan hiasan bintang dilangit-langit kamar, bunga
mawar merah segar di sudut meja antik yang terletak diam disamping lemari kaca
tingkat empat berkoleksi berbagai macam buku. Sejenak ve mengamati sekeliling
kamarnya. Tirai hijau muda melambai lembut menandakan sang angin baru menyapa
berlanjut menyapa ujung jilbab coklat muda dan gamis salur ve yang belum sempat
ditukarnya. Nanar mata menatap kembali langit. Bulir air mata jatuh disetiap
sujud shalatnya belum juga mampu mengobat total gores dihatinya, asa itu masih
saja ada. Kepercayaan ve belum juga memudar walau…ah,, untuk mengatakan
dibohongi saja ve tidak tega. Dia bukan pembohong. Begitu selalu bisik bathin
ve. Asa yang selalu hadir dari Lelaki pertamanya dan telah terajut mimpi menjdi
lelaki terakhirnya karena asa bersambut terijab dari serangkaian kata..
“apa rencana ve?” tanya bayu suatu kali berkirim pesan dunia
maya ketika ve berada dinegeri kincir angin mengikuti pertukaran pemuda antar Negara.
Ve meneruskan membaca pesan itu. Rasa masih sama seperti pertama kali bayu
bertanya. “mas berencana tahun ini sudah
bisa menjemput ve ke rumah orang tua ve?”
Tahajjud
cinta terus tersujud, istikharah cinta terus dilaku, tasbis cinta terus terkata
memohon petunjuk pemilih dan pencipta mahabbah bismillah dipilihkan yang
terbaik, mempersiapkan lahir dan batin diri dan keluarga jika terkabul selaksa
asa terukir. Kenikmatan dalam penjagaan memohon terus dikuatkan dalam batasan
syariat hingga hari bahagia yang ditunggu hadir. Walau ve resah tak pasti. Ya Rabb kuatkan..tasbih
ve..
****
Masa
berganti berbilang bulan mendekati penghujung tahun, Masa penantian pun terasa
lama, melemahkan, mengkhawatirkan ve berharap kata segera jadi nyata agar
tentram jiwa seperti janji Araahman di Arrum 21. Kata pasti tak kunjung tiba. Menggantung.
ve meraih ponsel gengam yang tersimpan dibalik tas ransel polo. Laptop yang
sedari tadi menyala di shutdown. Berkas s2 belum juga kelar. Ve lulus. Ve akan
melanjutkan masternya di universitas Kyoto sesuai mimpinya. Inbox pesan dibuka.
Sms orang tua tersayang masih menggantung keputusan ve antara meneruskan atau
mundur.
“pokoknya
bunda tidak setuju jika ragil sekolah s2 keluar negeri sendiri. Menikahlah dulu
nak” pujuk bunda. “ragil” si anak bungsu, beda sendiri memang dengan saudaranya
yang lain..terkadang kepala batunya membuatnya ambisius, harus mendapatkan apa
yang ia inginkan. Termasuk keinginan untuk sekolah lagi. Bukan tak ingin
menikah. Ve hanya tak ingin mengecewakan suaminya nanti. Entahlah..dia tidak
tahu apakah ia salah lagi2 percaya kepada seorang itu. Percaya atau pasrah.
Beti alias beda tipis.
“gimana mas bayu? Ve akan masih menunggu mas
bayu, apapun keputusan mas ve terima”. Sms ve 2 bulan setelah kata bayu
terucap untuk menjemputnya.
“
mas akan kasi keputusannya beberapa hari
lagi ya” balas bayu diseberang sana. Ve menunggu. Lewat batas yang
dijanjikan tidak juga bayu bergeming.
“jika ada yang ingin mas sampaikan silahkan.
Ve akan mendengarkan”sms ve tak sabar karena terasa bayu mengulur waktu
sementara ve tak tenang. Wanita butuh kepastian. Kata sahabat ve beberapa waktu
lalu. Rasa hati ve kacau balau, tapi lagi yang ada dihati hanyalah kepercayaan
bahwa bayu takkan menyiakannya. Terlintas sesaat miniatur rumah tangga yang
ingin dibina dan akhirnya dia beristighfar. Semua berjalan terlalu cepat..ve
bahagia saat itu..sesaat itu..
“mas minta maaf mas belum bisa memunaikan
niatan yang mas ungkap ke ve. Mas benar-benar minta maaf semoga ve bisa
mengerti dengan kondisi mas”..sms itu ve baca berulang kali, di ejanya
perkatanya untuk memastikan jika dia tak salah baca. Benar ve tak salah baca. Entah
apa yang memerintah air mata turun. Seperti akar bunga yang sedang tumbuh suburnya
dicabut paksa..tercabut meninggalkan bekas yang sangat dalam. Perih rasanya. Bayu
memujuk. Lagi ve masih memberikan kesempatan bayu untuk berkata-kata, dan lagi
ve masih percaya. Dan masih berharap.
****
6
bulan lagi ve harus sudah terbang ke negeri sakura. Sang bunda masih saja
mendesak ve untuk segera menikah.
“mau
menikah sama siapa bun??” ungkap ve datar..
“
loh? Kok nikah sama sopo to? Emang kamu tidak punya pacar?”
“punya
bu ta….”
“nah
itu, nunggu apa lagi…suruhlah dia datang ke rumah ketemu bapak dan ibu.
Insyallah ibu percaya dengan pilihan mu.”
“
ia bu, aku punya pacar tapi nanti setelah menikah…” ujar ve datang sambil
ngeloyor pergi meninggalkan ibunya yang kebingungan dengan ungkapnya..
Ya Rabb apa yang harus lakukan?
Aku tau ini salah. Aku tau. Aku bertobat ya Rabb, aku sedang berusaha
memperbaikinya.ya Rabb tolonglah…ve
tak mengerti apa sebenarnya yang ia rasakan..apakah ia benar2 mencintai bayu?
Apakah ia benar2 mengharapkan bayu menjadi imamnya? Apakh benar2 bayu yang
dinginkan? Ve tak menemukan jawaban itu.. Jika tidak mengapa masih berat untuk
melepaskannya. Untuk mengeluarkannya dari ruang hati yang sempat terbangun.
Komunikasi itu sudah terputus sejak bayu memutuskan untuk menangguhkan. Ve
tidak tahu dimana bayu sekarang. Wahai kekasih halal ku, kau selalu kunanti,
maafkan ketidaksempurnaanku menjaga diri, rasa dan cinta seutuhnya untukmu, aku
rindu padaMU, segeralah datang menyemputk ku sungguh ini berat untukku..sudut
mata itu menitiskan air bening, sejuk.
****
Istikharah
cinta memanggilku,
Memohon
petunjuk mu,
Satu
nama teman setia naluriku berkata,
Dipenantian
luahan rasa teguh 1 pilihan,
Pemenuh
separuh nafasku dalam mahabbah rindu…
Mp3 istikharah cinta maydani
yang mengatar tidur ve diawal isya tadi malam, baru dimatikan setelah ve
terjaga dari lelapnya. Matanya masih berat. Tapi otaknya secepat kilat
mengumpulkan kekuatan penuh dan member pesan ke neuron untuk diteruskan ke
syaraf motorik dan sensorik hingga memerintah jasad untuk bangun dan gerak berwudhu
kekamar mandi. Segar air wudhu terasa menyejukkan jiwa. 8 rakaat tahajjud dan
istikharah dalam qiyamulail ve. Seberkas cahaya rembulan 1/3 malam menembus
jendela bening kamar yang tertutup lapis tirai tipis, hadirkan syahdu dalam
rayu khalwat dengan sang Rabb, memujuk merestui piliihan hati atau memberi kekuatan
dalam hal terbaik yang IA tetapan..
“ya Rabb ini aku hambaMU yang hina menghadap mengemis cinta kasih
MU.sungguh tak layak ku bertemu dengan MU, menjadi hamba terkasih MU..tak
pernah khusu’ dalam saat pertemuan dengan MU, tak pernah ingat saat jalan
didunia, tak pernah syukur dalam yang ada..ya Rabb ini aku ciptaanMU berbentuk
manusia yang sempurna, sungguh KAU maha perkasa, dan KAU muliakan penciptaan ku
…dalam sebuah janji ketentraman dalam surat cinta MU ku mohon dengan sangat
pertemukanlah aku dengan belahan jiwa yang dirindui hati. Sekuat tenaga dan air
mata menahan rindu agar tak lepas dalam batasan syariat Mu. Ya Rabb jika
rangkai namanya telah tertulis dikitab ku sejak KAU menciptakanku, jika dia KAU
ciptakan untuk menemaniku, kumohon pertemukanlah kami dengan cara MU, dalam
jalan yang KAU Ridhoi, permudahkanlah, sungguh kami tak mengetahui apapun
cerita dibalik itu.harap kami sepenuh hati kepadaMU ya Rabb…”
***
“selamat
datang wahai bidadariku, selamat datang rembulan ku, Allah telah mengirimkan mu
untuk ku, kau adalah yang halal untukku, untuk terungkap semua rasa cinta dan
rindu yang tersimpan disanubari, maka temanilah aku dalam menempuh langkah
panjang ini, menciptakn ritme menuju nada kecintaan yang sempurna padaNYA”…
Ve terbangun saat adzan
subuh berkumandang, matanya sembab, mukena hijau muda yang ia kenakan masih
terbalut mengakhiri tahajjud cinta tanpa sadar…dan kalimat itu masih
teringiang…sosok wajah yang ia rindui..dan semua terucap seperti nyata..
Tahajjud panjang beriring
dzikir cinta penguat hati dan membulatkan tekat. Yang ku lakukan adalah karena
Allah. Bisik hati ve. Ve sudah mempersiapkan jasad dan ruhiyah mengungkapkan
niatan hatinya menyempurnakan dien kepada
guru ngajinya. Pukul 10.00 wib ve akan bertemu dengan sang guru. Bismillah
terucap saat ve melangkahkan kaki berat dari pintu rumah menuju rumah sang
guru. Nuansa busana biru muda kesukaan ve sengaja ia kenakan agar terasa lebih
ceria. Ayun langkah seirama dengan detak jantung dan tasbih mulutnya. Ve sudah
siap menerima siapapun dan insyallah yang dipilhkan untuknya semoga adalah
pilihan dari Allah karena ia yakin Allah mengabulkan pintanya.
Rumah itu asri. 6 batang
pohon palem ditanam menjajari jalan masuk menuju teras rumah. Rumput jarum
laksana karpet melapsi tanah halaman. Sebuah sepeda motor mio terparkir didepan rumah pertanda
sang guru ada dirumah.
“assalamualaikum...?” nuansa
kali ini berbeda dengan kunjungan mingguan ve kerumah ini untuk menghadiri
pengajian.
“walaimusalam..eh, ve
silahkan masuk..” seperti biasa, wajah keibuan itu selalu menyambut dengan
ramah dan kali ini juga lebih menetramkan dari biasa.
“ia mbak terima kasih.” Ucap
ve tiba2 sungkan..
“duduk dulu, ve mau minum
apa? Sebentar mbak ambilkan dulu” belum sempat ve mengiyakan si mbak sudah
ngeloyor pergi. Ve merasa agak berbeda dengan gurunya itu. Ada apa ya? Padahal aku belum menceritakan maksud kedatanganku kesini.
Aku hanya mengatakan ada hal yang sangat penting untuk aku bicarakan. Apa
beliau mangkap wajah gundah ku dan bermaksd menghiburku, ah..
“gimana kabarnya ve?” tanya
si mbak sambil membawa 2 buah gelas sup buah dan toples berisi makanan ringan.
“baik mbak” jawab ve sambil
berusaha tersenyum semanis mungkin. Cerita bermula, panjang lebar, tentang
anak-anak si mb, aktivitas dakwah, amanah ve dan banyak hal sampai si mbak
tiba2 menyodorkan seberkas map biru ke ve. Ve menerima dengan kaget.
“apa ni mbak?” tanya ve
heran.
“proposal nikah…”jawab si
mbak tenang dan tersenyum ringan.
“ lho…kok dikasi ke ve
mbak?” ve hanya terbengong2, bahkan dia belum menceritakan sedikitpun niatan
hatinya ke gurunya itu. Ve tercekat beberapa saat. Ingin menangis. Subhanallah.
Apakah dengan cara seperti ini Allah menginginkan aku bertemu dengan kekasih
ku. Siapapun dia pasti dia adalah yang terbaik untukku menurutNYA. Map itu
masih digenggamannya.
“buka dan bacalah dulu, jika
ve setuju, kita akan tetapkan kapan rencana ta’arufnya” timpal si mbak ringan.
Ve masih saja mematung, berdebar. Ya Rabb… dan ia mendapatkan kekuatan
berkata “ insyallah ….mbak..”jawab ve terbata.
****
Waktu Seminggu sejak jadwal
yang telah ditetapkan ve dengan guru ngajinya untuk berta’aruf dengan orang
yang akan menemaninya jika Allah merestui datang juga. Ve telah mempersiapkan
ruh dan jasad dua kali lebih banyak dari sebelumnya. Teringiang bait nasyid
maydani “bila yang tertulis olehNYA
engkau yang terpilih untuk ku, telah terbuka hati ini menyambut cinta mu….”
Ditempat yang sama dan
diwaktu yang sama seperti seminggu yang lalu... Bedanya disebalik tirai itu ada
seseorang lelaki yang sebentar lagi akan bermusyawarah kata sepakat untuk
berjanji hidup bersama, wallahualam..tubuh ve gemetar, keringat dingin telah membanjiri
sejak tadi,…gurunya mengenggem tangannnya mencoba mengurangi rasa gugup ve
seperti yang pernah ia alami..
“sudah siap ve?” bisiknya
lembut. Ve menganggung sambil tertunduk. Ingin menangis. Ingin berteriak. Ia
tidak tau apa yang ia rasakan. Sebuah bayangan masa lalu sekelebat melintas difikiran
ve. Ia merasa sangat bersalah dengan
cintanya. Ya Rabb ampuni aku dan
terimalah taubatku, izinkan aku menerimanya, dia yang telah kau kirimkan
untukku…
“ abi silahkan mulai. Vella udah
nya udah siap nih bi” bicara sang mbak denga suaminya yang ada disebalik tirai
menemani sang lelaki.
“ antum berdua sudah
siapkan? Silahkan buka tirai nya ummi.” Perintah si abi dengan istrinya.
Srreeet..terdengar tirai
tersibak. Ve masih tertunduk dalam. Tak berani ia mengangkat kepalanya.
“Ve silahkan dimulai…” tegur si mbak sambil
merangkul bahu ve. Ve masih tak bergeming. Rasa da batu berat yang menekan
pundaknya…
“ve…”tegur si mbak sekali
lagi..ve masih tak berani. Dia tidak tahu sama sekali siapa lelaki itu. Ia
sangat takut. Ia bahkan tidak membaca biodata yang dikasi oleh si mbak seminggu
yang lalu..
“ Assalamualaikum…” suara
bas ikhwan itu memmecahkan suasana beberapa detik senyap..dada ve tiba2
berdegup sangat kencang..suara itu sangat mirip dengan suara seseorang yang
membayanginya selama ini..ya Rabb…sebelum air mata it benar2 jatuh..ve sekuat
tenaga menganggakat kepalanya dan sosok diseberang sana menatapkany. Tatapan
yang tak asing baginya..semuanya tak asing, ve sangat gemetar, jantungnya
berdegup sangat cepat. Jika saja tidak duduk ve pasti sudah pingsan duluan. Mas bayu bisik hati ve. Ya
Rabb..subhanallah..
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar