Hubungan “tegang” antara mahasiswa dan dosen
pembimbing adalah permasalah klasik mahasiswa di segala strata. Dosen pembimbing menjadi wasilah lancar atau
tidaknya akhir studi seorang mahasiswa.
So salah satu strategi dalam kelancaran studi adalah mendapatkan dosen
pembimbing dengan cocok dengan kita baik dalam hal keilmuan dan yang terpenting
adalah dalam hal komunikasi. Nah yang
paling tau siapa dosen paling cocok buat kita jika menginginkan kelancaran
dalam kuliah ya Allah yang Maha Tahu. So sebelum memulai kuliah rencanakan dengan
matang target2 perkuliahan termasuk siapa dosen yang akan menjadi pembimbing
kita. 0,000∞1% adalah rencana kita
selebihnya Allah yang ngatur. Seperti
pertemuan ku dengan kedua pembimbing ku ini yang setelah hamper dua tahun
dibawah bimbingan keduanya aku ingin mengungkapan rasa syukur tak terhingga lewat
cerita ku.
***Back to The
Past 2012
Aku memutuskan langsung lanjut S2 setelah selesai
sidang S1. Ternyata S2 adalah keputusan
terbaik yang Allah restui karena aku merasakan banyak kemudahan dan keberkahan
ilmu. Aku telah memilih konsentrasi
bidang ilmu di kuliah master ketika teman seangkatan sebagian besar masih
galau. Allah yang menunjukkan aku dalam
proses mencari pembimbing melalui informasi senior ku. Dengan bismillah, di temani seorang kawan
yang akhirnya menjadi rekan akrab di tim penelitian aku menemui sang yang
bergelar professor itu dengan perasaan segan, takut, khawatir tapi pede, hehe.
Topik penelitian yang kuambil adalah bahasan modern bidang ilmu biologi yang
berkembang pesat sedang saat itu aku tidak memiliki basic yang cukup dikampus
S1 dulu terbukti saat sang dosen memancing dengan diskusi kami lebih banyak
roamingnya dari pada nyambungnya. tapi
Entah apa yang membuat professor itu menerima kami sebagai bimbinganya sedang
saat itu banyak mahasiswa ngantri.
Diperjalanan ternyata pembimbing kedua ku adalah istri beliau. Keduanya kolaborasi yang keren dan luar
biasa. support yang diberikan tak hanya
ilmu tapi juga dukungan moral yang sebenarnya itulah yang dibutuhkan
mahasiswa. Ketika hati dan fikiran tidak
tertekan maka yang dijalankan akan jernih dan ringan.
Saat memulai penelitian diawal waktu dulu, apa yang
aku kerjakan sangatlah awal awam bagiku. Ketika aku melaporkan ke pembimbing
keduanya berkata “ namanya juga berproses, nanti akan biasa. seperti memasak,
awalnya kita melihat contekan buku resep, tapi ketika sudah sering dilakukan
kita tidak lagi membutuhkan buku resep itu saat bekerja”. Finally kami pun
semangat. Keduanya selalu berusaha
mengupgread softskill akademik mahasiswanya, menganggap bimbingannya dari
segala strata adalah parthner, ini memotivasi kami dengan mendorong untuk aktif
terlibat dalam agenda2 akademik seperti info2 beassiwa, seminar nasional dan
internasional, tidak terlalu saklek dalam berurusan dan membuat janji diskusi
yang harus kami menunggu berjam2 seperti kebanyakan dosen, dan keduanya selalu
mengkonfirmasi kalau telat dari janji yang sudah disepakati sambil meminta
maaf, selalu memulai menyapa mahasswa dibahasa smsnya dengan kata maaf dan
terimakasih. Ini yang membuat aku sangat terkesan keduanya. Itu dosen
pembimbing bro bertitel doctor dan
professor. Waktu keduanya sangat fleksibel untuk berkonsultasi. Tak ada aturan
yang terlalu saklek. Jika beliau
senggang, saat kita datang pastinya akan selalu diterima untuk konsultasi, jika
beliau tidak bisa beliau akan mencari solusi kapan ada waktunya.
***International Seminar
Disuatu moment seminar internasional yang dilaksanakan
di Palembang, sept 2014 proffesor ku dan istrinya begitu bersemangat mensupport
kami untuk join oral presentasi di agenda tersebut. Nyali menjadi ciut
mendengar seminar international karena bahasa inggrisku masih belepotan. Berbekal semangat ‘nekat’ mencoba akhirnya
aku dan teman2 memutuskan untuk ikut. Speak English menjadi solusi kami
menghadapi seminar yang berkomunikasi full English selama pelaksanaan
acara. Aku adalah salah satu yang
maksimal dalam praktek menurut ku. Dalam
fikiran aku mensugesti diri ini hanya oral presentasi parallel biasa dengan
moderator dan peserta dari orang local yang bahasa inggrisnya lebih kurang aku
lah. aku mempersiapkan mental untuk
kondisi. Dan ternyata di saat presentasi konsep berbeda
dari yang aku bayangkan. Aku di
jadwalkan presentasi di akhir sesi
sesaat sebelum penutupan acara dan tidak ada parallel pula dengan oral
presentasi lainnya. Walhasil aku benar2
berada di kondisi yang tak terduga, presentasi di ballroom utama, moderator
native speaker dengan system diskusi face to face termasuk sang moderator yang
bertanya. I’m roaming, krik krik..sangat gugup dan bahasa inggris ku kacau
balau, tambah panic saat aku mencoba menjawab terlihat raut kecewa dari penanya
termasuk native speaker yang mungkin jawaban ku tidak nyambung dengan yang
ditanyakan. Tak kalah penting ku lihat
dari seberang wajah kecewa professor ku juga melihat performance ku. Aku merasa sangat bersalah. Sesaat setelah persentasi aku datangi
proffesorku sambil minta maaf, ku pikir beliau akan mengutarakan nada tidak
puas tapi justru yang dikomentari konten tulisanku yang salah , Ya Salaam. Tak sedikitpun beliau menyinggung performance
ku. Syukur ya Rabb. Ini semangat yang
membuatku bangkit, dan kelak jika aku jadi pengajar di Universitas aku ingin
sekali seperti beliau. Bismillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar