Salim A. Fillah
“bunda …” kata Abdurrahman Faiz, bocah 8 tahun itu,
apakah cinta selalu menyediakan air mata?”. Tak hanya mb elvi tiana rosa dan
mas tomi satryatomo-ayah dan bunda faiz yang pelu diam sejenak, menerawang,
lalu mendesah pelan dan mencoba tetap tersenyaum menghadapi pertanyaan ini,
kita juga. Saya dan anda.
****
Semua orang ingin bahagia. Itulah mengapa Allah
menurunkan alquran, bukan ingin menambah beban, menyulitkan, menghadirkan duka
dan nestapa. Bukan. Dengarlah Allah berbicara padamu dalam kalimat indahNYA.
“thaaha.
Tiadalah Kami turunkan alquran ini kepada mu supaya kamu nelangsa. Tapi
peringatan bagi orang yang takut.”(thaaha 1-2)
Jadi mengapa kita merasa terdakwa muda? Agama serasa
menodong, mengekang. Borgol, membelengggu??. Karena kita tidak pernah merasa
takut. Sedang ia hanya untuk orang2 yang takut, ketakutan sejati, takut
membuatNYA marah, takut kehilangan ridho dan cinta. Agama adalah ikatan. Ikatan
pita pada penghargaan di atas mahkota iman. Ikatan sabuk kencana pakaian takwa.
Itu saja.
Tak ayal perkara cinta yang tak lepas dari
pengaturan dari yang mengarunikannya. Mereka yang ridho dengan Allah sebagai
Rabbnya dan Muhammad sebagai nabinya telah berangkat ke ufuk makna cinta yang
mempesona. Mereka belajar mencintai cinta, makhluk yang dikaruniakan Allah
sebagai warna/I ceria namun tak norak, merasuk tanpa memabukkan, yang hidup
tanpa membinasakan.
****
“ maka
datanglah kepada musa salah seorang dari kedua putrid Syu’aib dalam langkah
malu2. Dia pun berkata : ‘ayahku memangggilmu untuk membalas kebaikanmu member
minum ternak kami…”(AlQashash 25)”
Tentu kenal dengan musa yang gagah. Dengan sekali
tinju bisa menewaskan seorang pemuda mesir yang kekar. Putri lelaki terhormat itu tertarik juga dengan sifat
amanah yang dimiliki musa.
“salah seorang
dari kedua putri itu berkata,” wahai ayahanda, ambillah dia sebagai seorang
yang bekerja utuk kita. Karena sesungguhnyaborang yang palin baik ayah ambil
untuk bekerja adalah ia yang kuat lagi dapat dipercaya.” (Al qhashash 26).
Ya itulah ketertarikan, selera anda sama dengan putri
syu’aib. Tak perlu malu. Karena itu fitrahnya. Akhwat lebih tertarik dengan
dimensi kepribadian seorang ikhwan. Bukan mobil pribdi, kekayaan pribadi, rumah
pribadi. Tapi ternyata putrid syua’ib memberikan teladan yang baik. Label
aktivis dakwah memang membawa konsekuensi tersendri yang jika pintar memaknai
maka label itu sebenarnya menyelamatkan. Justru syaitan yang lebih giat
mengincar aktivis dakwah untuk dapat digelincirkan. Karena itu sebuah prestasi
bagi syaitan. Ketika aktivis dakwah tergelincir, terjadi penyimpangan sesaat
aktivis dakwah ini akan menjadi pembenaran bagi orang lain untuk selamanya
istiqamah dalam maksiatnya.
“ mintalah
fatwa pada hati mu.kebaikan itu adalah apa-apa yang tentram jiwa padanya, dan
tenteram dalam hati. Dan dosa itu adalah apa2 yang syak dalam jiwa dan ragu
dalam hati, meski mereka member fatwa padamu dan mereka membenarkannya”nasehat
rasulullah, HR. Muslim.
Mungkin perlu menjaga rahasia siapa nama yang anda
tertarik padanya. Menjaga dalam keikhlasan hati, menjaga dalam kesucian
khayalan, menjaga dalam ungkapan lisan, dan menjaga dalam ekspresi diri.
Seperti Fatimah dan ali. Saling mencintai dalam kerahasiaan yang paling rapat,
kepasrahan yang paling kuat, dan ikhtiar suci yang menemukan jalannya…dengan
karunia Allah…jika kita huznudzhan padaNYA.
*****
‘wajar’ ketertarikan itu…Sebuah kisah:
“adalah suatu ketika seorang wanita
shalat di belakang Rasulullah SAW. Dia seorang yang sangat cantik. Secantik2
wanita (Ibnu abbas sampai berkata: Tidak! Demi Allah aku belum pernah melihat
wanita secantik dia). Sebagian jamaah shalat ada yang memilij maji ke shaff
depan dengan datang lebih awal agar jangan sampai melihatnya.
Tetapi ada juga sebagian lainnya
melambatkan kehadirannya agar mendapat shaff terakhri hingga saat ruku mereka
bisa melihat melalui celah ketaik mereka dengan merenggakkan kedua tangnya.
Maka Allah berfirman; “ dan sesungguhnya Kami mengetahui orang2 terdahulu diantara
kalian. Dan sungguh kamj mengetahu pada orang2 yang mengakhiri diri. (Al hijjr
24) (HR. Ashhabus sunan dan lainnya,
seperti alhakim yang menshahihkannya dan adz dzahabi menyepakati).
Berdecak takjub..seolah tak percaya dengan kisah ini..inilah
sahabat rasulullah…inilah generasi terbaik..di antara mereka terdapat ekspresi
ketertarikan, keterpesonaan dan rasa meremaja. Bahkan ekspresi berupa aktivitas
‘curi-curi pandang’. Yang rasanya unik, lucu, menggelikan dang err karena
justru dilakukan dalam shalat berjamaah..mereka bukan malaikat, mereka manusia
dengan segala kecenderungan fitri yang tak bisa ditipu dan dikelabui. Tetapi
kecenderungan itu menjurai kemuliaan, kerana mereka memilih ridho pada Allah
yang mengaturnya. Subhanallah. Sekali lagi mereka adalah manusia.
Dan maha suci Allah yang maha mengerti kecenderungan ini, lalu ia
tidak menghardik mereka dengan kasar, tidak menegur mereka dengan kalimat
bernada sopan, dan tidak memutuskan tali Rahmat dari sisiNYA. Cukup ia sindir
dengan kalimat yang sangat santun, mengenung dan memasuki relung dimana
berbagai ketertarikan fitri itu bersemayam “
“ dan sesungguhnya Kami mengetahui
orang2 terdahulu diantara kalian. Dan sungguh kamj mengetahu pada orang2 yang
mengakhiri diri.” (Al hijjr 24)
Kalimat itu menghujam masuk, menukik tajam, dan membangkitkan
kembali rasa malu, pengendalian diri dan taqwa. Ya agar rasa2 itu senantiasa
mendampingi cinta.
*****
“dijadikan indah bagi manusia kecintaan terhadap apa-pa yang diingini
(syahwat) dari wanita2, anak2 dan harta yang banyak dari jenis emas, perak,
kuda pilihan, ternak dan sawah lading….(Ali imran 14).
Cinta, ruh yang mengalir lembut, menyenangkan, bersinar lembut,
bersinar, jernih dan ceria. Terkadang juga bermanisfestasi menjadi luh yang
mengalir lembut, menyesakkan, berderai, jerih dan badai….tak pernah ia dihukumi
haram. Karena ia bukan virus yang memberikan penyakit pada jiwa seperti yang
sering kita salah tafsirkan. Justru cinta adalah makhluk Allah yang harus
dijaga kesehatannya dari setiiap penyakit yang coba menungganginya. Penyakit
yang datang dari syaitan, syahwat maupun subhat.
Dua remaja dalam singsingan fajar risalah, Fatimah dan ali
mencontohkan bagaimana cinta hidup dengan sehat tanpa penyakit yang mengganggu
kekhusukan, ia menjadi rahasia hati, simpati, ketertarikan, control diri, doa
dan harapan. Bagitu pun Muhammad bin Abdullah saat ditanya maukah menikah
dengan khadijah, ia berkata segera
“bagaimana caranya?”..perhatikanlah intonasi penuh antusiasme ini. Cinta itu
sudah tumbuh dan bersemi dalam dirinya, persis dalam siratan makna dalam
sabdanya bertahun2 kemudian:
“tiada terlihat, bagi dua
orang yang saling mencintai..yang seperti pernikahan”(HR Ibnu Majah).
Seperti bunga, cinta sejati tidakkan mampu menyembunyikan semerbak
wanginya. Eksisitensi cinta mengejawantah dalam kelembutan, kecerdasan,
perbaikan diri, keshalihand dan keihklasan. Tanpa keiikhlasan yang digantungkan
pada pemilik Arsyi maha tinggi, ia akan mati. Ia mati, persis seperti setangkai
mawar yang dipotong hanya untuk dipersembahkan pada kekasihnya. Sesaat merona
dan selanjutnya masuk ketempat sampah. Saat kemampuan menikah belum ditangan,
biarlah cinta berekspresi menjadi keshalihan, perbaikan diri hri demi hari.
Karena janji allah telah terukir dipelataran wahyu: keshalihan menjumpai
keshalihan dan kebusukan menemui kebusukan”.annur 26.
“dan hendaklah menjaga kesucian dirinya, orang-orang yang belum mampu
menikah, hingga Allah mengayakan mereka dengan karuniaNYA” (Annur 33).
****
Bagaimana dengan saling cinta dan berkomitmen untuk tidak pacaran?
Pada beberpa kasus, tetap saja ia tumbuh tidak sehat. Apalagi jika tetap berada
dalam satu lingkungan yang terterjangkauan komunikasinya yang tinggi. Kecuali
beberpa yang sangat sedikit jumlahnya. Jebakan syaitan terlalu rumit untuk dipahami
terlebih dahulu hingga kita punya solusi dan prevensi. Sejak jaman adam hingga
hawa, hanya kata taqwa, termasuk taqwa dalam interaksi yang bisa meredam maker
syaitan.
“dan hendaklah menjaga
kesucian dirinya, orang-orang yang belum mampu menikah, hingga Allah mengayakan
mereka dengan karuniaNYA” (Annur 33).
******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar