Sabtu, 08 Desember 2012

agar bidadari cemburu padamu


Salim A. Fillah

“bunda …” kata Abdurrahman Faiz, bocah 8 tahun itu, apakah cinta selalu menyediakan air mata?”. Tak hanya mb elvi tiana rosa dan mas tomi satryatomo-ayah dan bunda faiz yang pelu diam sejenak, menerawang, lalu mendesah pelan dan mencoba tetap tersenyaum menghadapi pertanyaan ini, kita juga. Saya dan anda.
****
Semua orang ingin bahagia. Itulah mengapa Allah menurunkan alquran, bukan ingin menambah beban, menyulitkan, menghadirkan duka dan nestapa. Bukan. Dengarlah Allah berbicara padamu dalam kalimat indahNYA.
thaaha. Tiadalah Kami turunkan alquran ini kepada mu supaya kamu nelangsa. Tapi peringatan bagi orang yang takut.”(thaaha 1-2)

Jadi mengapa kita merasa terdakwa muda? Agama serasa menodong, mengekang. Borgol, membelengggu??. Karena kita tidak pernah merasa takut. Sedang ia hanya untuk orang2 yang takut, ketakutan sejati, takut membuatNYA marah, takut kehilangan ridho dan cinta. Agama adalah ikatan. Ikatan pita pada penghargaan di atas mahkota iman. Ikatan sabuk kencana pakaian takwa. Itu saja.

Tak ayal perkara cinta yang tak lepas dari pengaturan dari yang mengarunikannya. Mereka yang ridho dengan Allah sebagai Rabbnya dan Muhammad sebagai nabinya telah berangkat ke ufuk makna cinta yang mempesona. Mereka belajar mencintai cinta, makhluk yang dikaruniakan Allah sebagai warna/I ceria namun tak norak, merasuk tanpa memabukkan, yang hidup tanpa membinasakan.

****
maka datanglah kepada musa salah seorang dari kedua putrid Syu’aib dalam langkah malu2. Dia pun berkata : ‘ayahku memangggilmu untuk membalas kebaikanmu member minum ternak kami…”(AlQashash 25)”

Tentu kenal dengan musa yang gagah. Dengan sekali tinju bisa menewaskan seorang pemuda mesir yang kekar. Putri lelaki  terhormat itu tertarik juga dengan sifat amanah yang dimiliki musa.

salah seorang dari kedua putri itu berkata,” wahai ayahanda, ambillah dia sebagai seorang yang bekerja utuk kita. Karena sesungguhnyaborang yang palin baik ayah ambil untuk bekerja adalah ia yang kuat lagi dapat dipercaya.” (Al qhashash 26).

Ya itulah ketertarikan, selera anda sama dengan putri syu’aib. Tak perlu malu. Karena itu fitrahnya. Akhwat lebih tertarik dengan dimensi kepribadian seorang ikhwan. Bukan mobil pribdi, kekayaan pribadi, rumah pribadi. Tapi ternyata putrid syua’ib memberikan teladan yang baik. Label aktivis dakwah memang membawa konsekuensi tersendri yang jika pintar memaknai maka label itu sebenarnya menyelamatkan. Justru syaitan yang lebih giat mengincar aktivis dakwah untuk dapat digelincirkan. Karena itu sebuah prestasi bagi syaitan. Ketika aktivis dakwah tergelincir, terjadi penyimpangan sesaat aktivis dakwah ini akan menjadi pembenaran bagi orang lain untuk selamanya istiqamah dalam maksiatnya.

“ mintalah fatwa pada hati mu.kebaikan itu adalah apa-apa yang tentram jiwa padanya, dan tenteram dalam hati. Dan dosa itu adalah apa2 yang syak dalam jiwa dan ragu dalam hati, meski mereka member fatwa padamu dan mereka membenarkannya”nasehat rasulullah, HR. Muslim.

Mungkin perlu menjaga rahasia siapa nama yang anda tertarik padanya. Menjaga dalam keikhlasan hati, menjaga dalam kesucian khayalan, menjaga dalam ungkapan lisan, dan menjaga dalam ekspresi diri. Seperti Fatimah dan ali. Saling mencintai dalam kerahasiaan yang paling rapat, kepasrahan yang paling kuat, dan ikhtiar suci yang menemukan jalannya…dengan karunia Allah…jika kita huznudzhan padaNYA.

*****
‘wajar’ ketertarikan itu…Sebuah kisah:
“adalah suatu ketika seorang wanita shalat di belakang Rasulullah SAW. Dia seorang yang sangat cantik. Secantik2 wanita (Ibnu abbas sampai berkata: Tidak! Demi Allah aku belum pernah melihat wanita secantik dia). Sebagian jamaah shalat ada yang memilij maji ke shaff depan dengan datang lebih awal agar jangan sampai melihatnya.
Tetapi ada juga sebagian lainnya melambatkan kehadirannya agar mendapat shaff terakhri hingga saat ruku mereka bisa melihat melalui celah ketaik mereka dengan merenggakkan kedua tangnya. Maka Allah berfirman; “ dan sesungguhnya Kami mengetahui orang2 terdahulu diantara kalian. Dan sungguh kamj mengetahu pada orang2 yang mengakhiri diri. (Al hijjr 24) (HR. Ashhabus sunan dan lainnya, seperti alhakim yang menshahihkannya dan adz dzahabi menyepakati).

Berdecak takjub..seolah tak percaya dengan kisah ini..inilah sahabat rasulullah…inilah generasi terbaik..di antara mereka terdapat ekspresi ketertarikan, keterpesonaan dan rasa meremaja. Bahkan ekspresi berupa aktivitas ‘curi-curi pandang’. Yang rasanya unik, lucu, menggelikan dang err karena justru dilakukan dalam shalat berjamaah..mereka bukan malaikat, mereka manusia dengan segala kecenderungan fitri yang tak bisa ditipu dan dikelabui. Tetapi kecenderungan itu menjurai kemuliaan, kerana mereka memilih ridho pada Allah yang mengaturnya. Subhanallah. Sekali lagi mereka adalah manusia.

Dan maha suci Allah yang maha mengerti kecenderungan ini, lalu ia tidak menghardik mereka dengan kasar, tidak menegur mereka dengan kalimat bernada sopan, dan tidak memutuskan tali Rahmat dari sisiNYA. Cukup ia sindir dengan kalimat yang sangat santun, mengenung dan memasuki relung dimana berbagai ketertarikan fitri itu bersemayam “
“ dan sesungguhnya Kami mengetahui orang2 terdahulu diantara kalian. Dan sungguh kamj mengetahu pada orang2 yang mengakhiri diri.” (Al hijjr 24)
Kalimat itu menghujam masuk, menukik tajam, dan membangkitkan kembali rasa malu, pengendalian diri dan taqwa. Ya agar rasa2 itu senantiasa mendampingi cinta.
*****
 dijadikan indah bagi manusia kecintaan terhadap apa-pa yang diingini (syahwat) dari wanita2, anak2 dan harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, ternak dan sawah lading….(Ali imran 14).
Cinta, ruh yang mengalir lembut, menyenangkan, bersinar lembut, bersinar, jernih dan ceria. Terkadang juga bermanisfestasi menjadi luh yang mengalir lembut, menyesakkan, berderai, jerih dan badai….tak pernah ia dihukumi haram. Karena ia bukan virus yang memberikan penyakit pada jiwa seperti yang sering kita salah tafsirkan. Justru cinta adalah makhluk Allah yang harus dijaga kesehatannya dari setiiap penyakit yang coba menungganginya. Penyakit yang datang dari syaitan, syahwat maupun subhat.

Dua remaja dalam singsingan fajar risalah, Fatimah dan ali mencontohkan bagaimana cinta hidup dengan sehat tanpa penyakit yang mengganggu kekhusukan, ia menjadi rahasia hati, simpati, ketertarikan, control diri, doa dan harapan. Bagitu pun Muhammad bin Abdullah saat ditanya maukah menikah dengan  khadijah, ia berkata segera “bagaimana caranya?”..perhatikanlah intonasi penuh antusiasme ini. Cinta itu sudah tumbuh dan bersemi dalam dirinya, persis dalam siratan makna dalam sabdanya bertahun2 kemudian:
tiada terlihat, bagi dua orang yang saling mencintai..yang seperti pernikahan”(HR Ibnu Majah).

Seperti bunga, cinta sejati tidakkan mampu menyembunyikan semerbak wanginya. Eksisitensi cinta mengejawantah dalam kelembutan, kecerdasan, perbaikan diri, keshalihand dan keihklasan. Tanpa keiikhlasan yang digantungkan pada pemilik Arsyi maha tinggi, ia akan mati. Ia mati, persis seperti setangkai mawar yang dipotong hanya untuk dipersembahkan pada kekasihnya. Sesaat merona dan selanjutnya masuk ketempat sampah. Saat kemampuan menikah belum ditangan, biarlah cinta berekspresi menjadi keshalihan, perbaikan diri hri demi hari. Karena janji allah telah terukir dipelataran wahyu: keshalihan menjumpai keshalihan dan kebusukan menemui kebusukan”.annur 26.
 dan hendaklah menjaga kesucian dirinya, orang-orang yang belum mampu menikah, hingga Allah mengayakan mereka dengan karuniaNYA” (Annur 33).
****
Bagaimana dengan saling cinta dan berkomitmen untuk tidak pacaran? Pada beberpa kasus, tetap saja ia tumbuh tidak sehat. Apalagi jika tetap berada dalam satu lingkungan yang terterjangkauan komunikasinya yang tinggi. Kecuali beberpa yang sangat sedikit jumlahnya. Jebakan syaitan terlalu rumit untuk dipahami terlebih dahulu hingga kita punya solusi dan prevensi. Sejak jaman adam hingga hawa, hanya kata taqwa, termasuk taqwa dalam interaksi yang bisa meredam maker syaitan.
dan hendaklah menjaga kesucian dirinya, orang-orang yang belum mampu menikah, hingga Allah mengayakan mereka dengan karuniaNYA” (Annur 33).

******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar