Senin, 09 September 2013

Hijrah.....


Seperti biasa setiap jum’at pagi sekolahku selalu mengadakan ceramah agama dan yasinan.  Tapi jum’at itu tidak ada ceramah dan yasinan seperti biasa. Acara yang berbeda. Kata guru bagian kemahasiswaan akan ada perkenalan dengan kakak-kakak pembina ROHIS.  Kata itu tidak asing ditelinga ku.  Spontan saraf otak ku menampilkan slide gambaran rohis yang pernah aku baca di cerpen-cerpen remaja islami kalau di rohis itu ada remaja-remaja islami, ngaji, sholeh/ha dan tidak pacaran. Eneg. Tapi tetap mengikuti agenda dengan perhatian. 
2.jpgRohis ini organisasi keagamaan yang baru akan dibentuk di Sekolah ku.  Ada 2 pasang kakak-kakak mahasiswa. Yang cowoknya berwajah teduh dan ada jenggotnya, tipis. Yang ceweknya cantik dan anggun saat melihatnya. Aku tidak tau mengapa ada perasaan damai saat aku melihat mereka. Tapi ada satu hal yang membuat kening ku berkerut, penampilan kakak cewek berdua itu, kok jilbabnya panjang bangeet. Apa gak gerah? apa gak rempong? Aneh bangeet..masih juga ku membatin. Ending acara salah seorang kakak mengumumkan saat jam shalat jum’at ada acara keputrian untuk para siswi. Aku memutuskan untuk mengikuti acara tersebut untuk menjawab rasa penasaran ku tentang rohis. 
Siswi yang hadir di aula sekolah cukup banyak.  aku mencoba menerobos rapatnya barisan duduk teman temanku yang datang lebih awal dari ku.  Aku mencari tempat duduk paling depan dan dekat dengan sang kakak.  Aku memperhatikan kedua kakak tersebut. Aku terkesima dengan keanggunan mereka berdua. Seperti bidadari. Selintas fikiran lewat kalau aku ingin seperti mereka. Zeeeg, tiba2 aku tersentak. “Beneran mau pake jilbab selebar itu???”. Aku mendengar suara yang menghasut, aku kalah “ah ogah pake jilbab, palagi segede itu”.
Acara dimulai dengan perkenalan lebih detil identitas kedua kakak tersebut. kak novi dan kak lindar.  Kak novi mengambil alih acara inti yang lebih banyak ke ta’aruf panjang dari sang kakak yang menceritakan kisah hidupnya hingga akhirnya beliau bisa menutup aurat seperti yang aku saksikan sekarang.  Masa-masa SMA beliau ternyata lebih jahil dari ku, pernah menjadi foto model , pacaran, deelel tapi akhirnya beliau memilih  mendengarkan resah hatinya untuk taubat saat Allah membuka baginya dan hijrah menjadi seorang muslimah solehah.  Gleg, entah kenapa aku merasa sangat tersindir dan malu. Bahkan niat untuk menutup auratpun belum ada hingga hari itu.  tapi ada perasaan lain di hati ku ke kak novi, rasa tak suka diawal seketika berubah jadi cinta. Ya Aku jatuh cinta pada kakak itu, kakak yang ternyata dikirimkan Allah menjadi sang perantara hidayah Allah ke seorang remaja bernama efa riana.
2.jpgSelanjutnya aku selalu menghadiri kajian keputrian tiap jum’atnya. Materi-materi yang disampaikan sangat memberi pencerahan buat ku dan ada kalanya menampar-nampar wajahku saat yang ingatkan tentang kewajiban-kewajiban yang terlalaikan selama ini. Tentang aurat, hijab, hati, ibadah terutama shalat, tentang biruwalidain, berbuat baik dengan sesama, tentang Allah dan Rasulnya, tentang perintah berdakwah.  Ruhani ku selalu terasa segar setelah pulang dari pengajian itu. muncul keinginan kuat untuk memperbaiiki diri. Saatnya tobat nasuha, bisik hatiku. Perlahan aku mulai memperbaiki ibadahku, terutama shalatku.
2.jpgAku masih belum pake jilbab. Kak novi tidak pernah menyuruhku secara langsung menggunakan jilbab, tapi ku menangkap keinginan tersirat beliau agar adik-adiknya berhijab, maka seringlah beliau menyampaikan tentang hijab.  Sepertinya penyampaian kak novi tentang hijab mempengaruhi jiwaku.  Aku merasakan keresahan hati karena belum berhijab hingga saat ini.  Aku ingin pake jilbab, batin ku. Tapi, Dilema yang pasti akan dirasakan siapapun remaja putri yang berniat memakai hijab dari hati. Yuup benar, batin ku selalu berbisik “kalau pake jilbab apa bisa menjaga jilbabnya untuk gak dibuka2 lagi? apa udah bisa menjaga ibadah? Gak ninggalin sholat lagi? apa bisa membatas pergaulan dengan lawan jenis? apa bisa jadi seorang yang pantas dengan jilbabnya? emang ada uang buat beli baju-baju panjang dan rok? Entar gak bisa bebas gaya-gayaan lagi, kuper banget loh kalau pake jilbab dan bla bla bla.  Dilema hati untuk berhijab hingga berbulan- bulan kedepan dengan berbagai pertimbangan.  Untuk pertama  Ya Rabb tolonglah, rintihku. Suatu kali kami diajak mengikuti seminar kemuslimahan dikampus kak novi.  Tema acaranya tentang hijab dan aurat wanita. 
“ Wanita yang tidak menggukan jilbab itu amal ibadahnya akan tertangguhkan saat yaumul hisab nanti. Dan hanya orang-orang yang dipilih Allah yang akan mendapatkan hidayahnya. Apakah aantunna semua ingin menjadi yang terpilih Allah? Maka putuskanlah” jelas sang uztadzah. Kata-kata sang usztadzah meresap jauh ke dalam hati ku, seketika sebuah kekutan dan komitmen muncul untuk berhijab.  bismillah.
****
Hari senin aku langsung berganti kostum putih abu abu panjang dengan jilbab lebar. Bukan baju baru. Sumbangan dari kakak sepupu yang dulu saat sekolah menggunakan jilbab. Aku tidak memberi tahu orang tua ku tentang keputusanku memakai jilbab dan tidak meminta uang tambahan untuk membeli busana baru. Pagi itu aku berangkat ke sekolah seperti biasa dengan sahabat dekat ku, yuli. Saat ketemu beliau didepan gang rumah, kuntanggap siratan wajah kaget beliau, dan disusul jerit tertahan memanggil nama ku
2.jpg“ fhaaa,,mashaallah...pangling yuli...”  aku hanya senyum-senyum mengingat kemaren berangkat sekolah aku masih memamerkan rambut lurus seekor kuda.
“ yuk kita berangkat” ajakku santai.  Sepanjang jalan kami hanya diam disibukkan dengan fikiran masing-masing.  Ini hari pertama ku berjilbab dengan tampilan jilbab selebar para akhwat, begitu mereka menyebutnya.   Aku tidak berpikir jauh tentang konsekuensi jilbabku. Yang jelas ku ingin pake jilbab dan itu lebar. Aku ikut upacara senin seperti biasa. Sengaja mengambil barisan paling depan. Aku mendengar beberapa temanku menanyakan kehadiranku, terutama genk belajarku.  Entah kenapa aku malas sekali untuk berpaling kebelakang. Aku mendadak jadi pendiam.
2.jpg “efa mana, kok gak kelihatan ya? Apa sakit?” yang bertanya teman cowok segenk dikelompok belajarku. Kami ada ber 11 orang, 3 cewek salah satunya aku. Diskusi dalam belajar dan posisi tempat duduk dikelas merupakan faktor yang mendekatkan kami. Tapi hari itu sepertinya mereka langsung membungkam, diam dengan tatapan heran  ketika berhasil menemui ku setelah upacara bubar. Ku tangkap tatapan bengong dari wajah mereka, dan spontan ku menyapa mereka dengan salam “Assalamua’alikum” sedikit ganjil ditelingaku, apalagi ditelinga mereka. Hal yang baru pertama kali ku lakukan dan aku terkesan sangat alim -_-.  Beberapa saat aku menunggu respon mereka, tidak ada yang menyambut dengan canda sepeti biasanya. Hanya diam. Dan aku pun berlalu dari pandangan mereka.   Aku tidak menyesal dengan keputusanku sekalipun mereka akan menjauhi aku nantinya, karena rasa nikmat dan nyaman yang kurasakan saat ini lebih berarti dari apapun.  Pertama kalinya merasakan hati sangat dekat dengan Allah, berdialog hati dengan NYA.  Aku menikmati suasana itu.  
Pulang sekolah ku sempatkan mampir ke rumah kak novi.  Pertama melihatku, beliaupun tak kalah kagetnya. Aku tidak mengatakan kapan akan menggunakan jilbab kepada belaiu.  Nasehat beliau yang ku ingat
“ Puji Allah yang menitipkan hidayahnya buat adek. Tapi memang sebaiknya hijrahnya berproses, khawatir futur karena semangat menggebu diawal. Tapi buktikan ke kakak kalau ucapan kakak gak bener sya dek. Semoga Allah mengistiqamahkan hati adek untuk berhijab.” Aku hanya diam. Kemudian senyum sambil berjanji dalam hati dan memohon kepada Allah agar dititpkan istiqomah.
****
Saat hijrah, aku duduk di semester dua  kelas dua SMA. Saat ujian akhir nasional kelas tiga, sekolah di liburkan. Aku memutuskan pulang kampung.  Dari pulau Bengkalis menuju pulau rupat menggukana ferry express, perjalanan laut ditempuh dua jam.  Jilbab lebar, baju blouse, rok panjang dan kaos kaki sudah menjadi seragam ku.  Pemandangan yang sangat baru bagi keluarga ku saat aku sampai dirumah.  Aku menyalami kedua orangtuaku. Aku berharap ada ekspresi senang dari keduanya saat melihat perubah anaknya yang mengggunakan jilbab. Tetapi yang kudapati hanya kalimat “ udah pake jilbab sekarang”.  Lima hari dirumah begitu asing bagi ku karena aku merasa orang tua tak banyak bicara. Barangkali mereka mengkhawatirkan aku mengikuti aliran sesat.
2.jpg            Keluarga ku sangat awam akan pengetahuan agama.  Dengan kondisiku pasca hijrah aku sangat merindukan potret keluarga tarbiyah, minimal keluarga yang menjalankan syari’at dengan baik.  tapi inilah yang harus ku terima, terlahir dari keluarga yang tidak begitu agamis. Akhirnya aku berpikir jika aku tidak mendapatkan tauladan di keluarga maka aku yang akan menjadi keluarga.  Disetiap momen berusaha berlaku sebaik mungkin, memperlihatkan teladan muslim yang bisa dijalani semampunya kepada orang tua dan adik-adik ku. Aku syukur keadaan ini walaupun tidak menjadi bagian dari keluarga dakwah dan tidak totalitas dalam mendukung dakwah, setidaknya tidak menentang atau atau menghalangi ku beridentitas tarbiiyah dan masih menghormati afiliasiku. Dakwah keluarga adalah proyek sepanjang hidup walau hampir lebih 8 tahun aku mengenal dakwah, aku belum mampu menjadi sang perantara hidayah buat adik-adikku khususnya untuk berhijrah mengenal islam lebih dalam L..semoga suatu saat nanti Allah menitipkan hidayah kepada adik-adikku dan juga orang tuaku melalui sang perantara yang dipilih Allah.


****
Hari selasa subuh ini sebelum berangkat kesekolah aku kebagian giliran mengantarkan bulek ke pasar. Subuh selasa itu aku keluar gak pake jilbab pemirsa (T.T paraah beuud).  Awalnya tenang aja, tapi pas mau pake jilbab ke sekolah paginya hati langsung sangaat merasa bersalah, dan terasa sangat munafik. Nangis-nangis bombay mohon ampun ke Allah berjanji tidak mengulanginya lagi dan benar-benar menjaga aurat ku seperti perintahnya di annur:31, dan sejak waktu itu hingga sampai hari ini aku tidak pernah lagi buka jilbab (semua karena Allah). Sejak kenal para ikhwah di Rohis, aku baru merasa hidup sangat berguna dan berarti, ibadah menjadi jauh lebih baik, sakinah dihati dan perasaan sangaat dekat dengan Allah yang tak pernah aku rasa sebelumnya.  Jadilah aku seorang ADS yang cukup aktif.  Semuanya dibimbing oleh kak novi sebagai mentorku. Dan ketika masuk kuliah aku menjadi ‘ADK siap pakai’. Setelah tamat sekolah baru aku memahami kenapa dulu Allah tidak memberikan aku kesempatan untuk ikut ekskul sanggar tari dan marching band. DIA yang maha sempurna telah mengatur jalan hijrah ku dan DIA memberikan aku kesempatan merasakan semakin dekat denganNYA. Terimakasih ya Rabb.

Bengkalis 2006
"Titik Loncatan Hidupku"





Tidak ada komentar:

Posting Komentar