Nayla celingukan memastikan jalan yang ia temui menuju
mesjid baiturahman benar. Ingatannya kembali setahun yang lalu saat berkunjung
ketempat ini. Semuanya masih sama. Pohon beringin besar yang berdiri kokoh
ditepi jalan masih menjadi tempat favorit pedagang kaki lima bermukim
dibawahnya menjajakan dagangan mereka. Walaupun ada yang tidak beruntung
mendapatkan tempat strategis dibawah naungan pohon beringin itu. Nayla
menyusuri jalan 200 meter menuju mesjid yang kiri dan kanannya diisi pedagang
kaki lima. Aroma udara pun masih sama, sejuk segar memenuhi paru yang selama
ini terkontaminasi polusi kota metropolitan tempat dia harus menyambung hidup
sebagai seorang jurnalis disalah satu media yang cukup populer. Bergegas
nayla mengayunkan menuju mihrab hibernasi diri yang pernah ia lakoni dulu. Ia
pernah begitu sangat merindukan mesjid itu bahkan sebelum dia
menginjakkan kaki disana. Kerinduan yang membuncah yang membuatnya betah berlama2
berkhalwat dengan Sang Kekasih
pemberi nyawa. Mendekatkan diri sedekat dekatnya dengan sang Rabb.
Detil Nayla mengamati tampak depan mesjid. Tidak ada
yang berubah. Masih ada 2 pohon palem yang tegak disana. Bedanya sekarang pohon
itu sudah mencapai tingginya lantai 2 masjid. Masih ada santri yang rajin
menyusun sandal jamaah dengan rapi, Masih ada para masyarakat berwajah teduh
memenuhi lokasi masjid yang berada dalam satu kawasan tanah wakaf mesjid. Nayla
menuju pintu masuk akhwat dan berbelok ketempat wudhu. Lantai masjid
terasa begitu sangat dingin, sedingin air yang menyentuh kulitnya. Sejenak kesegaran
menjalar keseluruh syaraf yang letih dalam perjalanan 4 jam yang telah
ditempuh. Nayla segera naik kelantai 2 melaksanakan
shalat tahiyatul masjid dan shalat ashar. Masjid yang tidak begitu besar tetapi
menghadirkan sensasi nyaman yang beda dengan masjid-mesjid lain yang pernah ia kunjungi. Mesjid itu berkarpet merah cukup
tebal dan lembut diinjak kaki. Tak terasa air matanya menetes dalam
muhasabah dosa masalalu. Airmata menganak sungai tanpa bisa ia bendung.
Disudut mihrah Nayla menangis terisak, baru berhenti setelah lelah dalam doa
berlalu menyapa hati dan mata. Perlahan Nayla menarik nafas dan
beristighfar. Alquran usmani yang telah disiapkan disisi sujudnya diraih
dan dibaca hingga magrib menjelang.
***
“ Nay kamu datangkan acara reunian kita tanggal 10
Desember nanti?” tanya suara sporan disebarang sana.
“emang siapa aja yang akan hadir neng?”tanya Nayla pada
syafira sahabat karibnya yang senang ia sapa dengan sebutan neng walau Syafira
bukanlah keturunan sunda.
“Banyak. Mb rika, mb meli, mas randi juga ikut kok”
jelas pemilik nada ceria disana.
“Mas randi ikut ya?” ulang Nayla seketika cemas.
“kalau jadi ikut nanti aku kabari ya ra” telepon ditutup
setelah syafira meminta konfirmasi kehadiran Nayla dalam 24 jam ini. Nayla
galau.
***
Air mata gadis berparas minang itu masih
saja mengalir dipenghujung sujud shalat magrib. Sekelebat rasa memenuhi rongga
dada rasa takut dosa tak terampuni, rasa hina, rasa bodoh,rasa miskin papa,
rasa lemah tak berdaya dihadapan sang Khalik yang Maha Sempurna dan Perkasa,
memohon kekuatan hati menerima dengan ikhlas tentang takdir yang telah
diputuskanNYA menjalani hidup bukan dengan orang yang diharapkan hati. Dialah
randi. Pemuda yang berjanji menikahinya 2 tahun yang lalu. Nayla tidak mengerti
mengapa randi tiba2 memutuskan menikah dengan perempuan lain setelah
semua yang dia janjikan. Nayla terlanjur mempercayai kalau randi adalah pemuda
yang baik dan takkan menyakitinya. Nayla yakin randi tak mungkin menyakitinya
dalam kata yang selalu diucapkan randi, kata yang sebenarnya adalah bentuk
penolakan halus tapi bagi perempuan selugu Nayla diinterpretasikan kata
pengharapan “kalau kita jodoh pasti akan dipertemukan”. Kekuatan hati nayla bahwa dia punya Allah dan
dia akan meminta kepada Allah melalui doa. Ya doa. Bukankah doa itu bisa
merubah takdir. Bukankah Allah takkan pernah menolak doa2 hamba yang berdoa
kepadaNYA?. Itu janji Allah. Nayla sangat yakin Allah tidak mungkin menolak
permintaannya untuk bisa menakdirkan dia dan randi. Maka Nayla memperbaiki
amalan2nya, memanfaatkan semua waktu2 mustajab dalam doa agar Allah mengabulkan
apa yang dia inginkan yaitu hidup halal bersama randi. Toh itu bukan permintaan
untuk bermaksiat. Dia meminta kebaikan. Itu yang ada dipikiran Nayla saat itu.
Hati resah dan gelisah selama penantian. Tak jarang tangis menemani ujung sujud
yang panjang. Dan disuatu ketika suatu hal yang merubah hidup dan keyakinan
Nayla sementara.
Nayla dan randi terpisah samudra yang sangat jauh. Randi
melanjutkan masternya keluar negeri. Dan beberawa waktu sebelum keberangkatan
randi ke paris randi menelpon Nayla bahwa dia tidak bisa menikahnya.
“ Nay, mas minta maaf mas tidak bisa memenuhi harapan
Nay untuk kita hidup dalam hubungan yang halal.” Terang randi pelan dan hati2
tapi terdengar seperti guntur menggelegar bagi Nayla.
“Mas randi kenapa? Baik2 ajakan? besok mau berangkatkan.
Jangan mikir yang macam2 ya mas”. Nayla mencoba menenangkan diri dan menahan
air mata yang hampir keluar.
“Nayla..!” panggil randi agak keras diseberang sana.
“Mas tidak sedang bercanda. Semoga Nayla mendapatkan pengganti yang lebih baik
dari mas. Maafkan mas” suara randi tertahan demi mendengar isak tangis
diseberang sana.
“tapi kenapa mas? Apa salah saya? Apa salah yang telah
saya lakukan sehingga mas randi memperlakukan saya tidak adil seperti ini?”
sempurna isakan tangis Nayla. Diseberang sana hanya terdiam lama. “tolong
jelaskan supaya saya bisa menerimanya” mohon Nayla.
“Nayla baik. Kita punya banyak kesamaan sifat. Mas
egois, cuek, keras. Begitu juga yang mas rasakan ke Nayla. Mas sudah berusaha
meminta petunjuk memantapkan hati untuk Nayla tetapi mas tidak mendapatkan
jawaban itu. Mas tidak bisa memaksakan hati mas. Nayla maafkan mas. Semoga
Nayla mendapat yang lebih baik lagi dari mas”..telpon di seberang sana mati
tanpa permisi meninggalkan Nayla terpaku diam disudut ruang dengan gelas kaca
bening yang jatuh kelantai marmar dan pecah berderai. Tuhan kenapa Kau perlakukan aku seperti ini. Bukan Kau berjanji akan
mengabulkan segala doa hamba2 yang berdoa kepada Mu tapi mengapa seperti ini
caranya.hati Nayla protes.
***
Tidak mudah memang menyatukan kembali pecahan kaca
itu. Pengkhianatan, begitu Nayla membahasakannya, orang yang telah lama
bersemayam disalah satu ruang hati terlebih itu adalah pertama kalinya
mencintai dan mengharapkan seseorang untuk menjadi suaminya. Tapi naila
tidak punya pilihan. Yang ada adalah kata untuk bangkit dan tidak ingin
terpuruk terus dalam kesedihan dan celaan takdir. Nayla memutuskan untuk
meneruskan aktivitasnya sebagai jurnalis lepas yang pernah ia lakoni saat
kuliah. Meliput berita yang penuh tantangan, meliput sudut2 keindahan alam
untuk diterbitkan ke jurnal wisata dan untuk mendapatkan berita2 ini Nayla
harus keliling indonesia, sebuah aktivitas yang dapat melupakan rasa sedihnya
teradap randi.
Perjalanan panjang yang menemukan banyak makna
mentafakuri alam memupuk sedikit demi sedikit rasa syukur dihati terhadap
Allah. Nayla telah mengobati lukanya. Lukanya sudah sembuh. Tapi sedikit
menganga kembali waktu ia mendapat kabar kalau randi akan menikah. Bukan dari
randi langsung Nayla mendapatkan kabar itu, tapi dari calon pengantin randi
yang dia adalah sahabat karib Nayla dan seketika Nayla syok dan memohon ampun
ke Tuhannya. Istighfar yang menguatkan langkahnya untuk mengucapkan selamat
atas pertunangan randi. Randi menghadiri reunian karena dia ada diindonesia
untuk melangsungkan pernikahannya. setelah acara reunian mereka akan
sepakat menghadiri pesta pernikahan randi seminggu berikutnya. Itu yang
dikatakan syafira ke Nayla. “Biarlah mungkin ini yang terbaik untuk ku
untuk mas randi. Allah lebih tau. Aku pasrahkan segalanya” Nayla membatin
sembari sekuat tenaga gemuruh didada untuk kesekian kalinya. Nayla yang sudah
cukup menerima takdir tapi masih penasaran mengapa doa2 yang dia lantunkan tak
diijabah dengan Allah. Padahal dia telah memenuhi syarat2 doa itu.
***
Avanza silver mengantarkan Nayla ke tempat acara reunian
itu. Hatinya cemas. Bagaimana jika ia ketemu mas randi?. Apakah hatinya sudah
benar2 kuat? Tak terasa air matanya menetes. “Rabb tolong aku. Jika takdir
membawa aku bertemu dengannya tolong kuatkan aku. Aku dan mas randi sekarang
teman. Aku tak pernah menanggap dia musuh atau orang jahat. ” Mp3 tausiyah yang
dia beli di bazar mesjid baiturahman menjadi penenang jiwa Nayla sekaligus
menjawab semua pertanyaannya selama ini.
“bukannya
tujuan utama itu hanya sekedar minta ataupun berdoa,
tetapi tujuan utama itu adalah jika engkau
mengetahui tatakrama kepada Allah tuhan mu”
Nayla tersentak. Spontan ia mematikan sejenak mp3 itu
dan mencoba merenungin kata bijak tadi “tatakrama kepada Allah?. Jadi selama
ini apa aku tidak punya tatakrama saat berdoa meminta menghadapNYA sehingga dia
tak mengabulkan permintaanku?.” Nayla tertegun belum bisa memahami. Tangannya
kembali menekan tombol play di mp3nya.
Kita
diperintahkan berdoa bukan karena Allah tidak tau keinginan dan kebutuhan kita.
Semua yang kita inginkan Allah tau karena Allah lah yang menciptakan kita punya
keinginan. Persoalan yang kita hadapi allah juga sudah tau karena
persoalan itu dengan izin Allah menimpa kita. Kita disuruh berdoa itu bukan
untuk memberitahu Allah. Selama ini kita jarang berdoa tapi dicukupi, selama
ini kita diberi makan,pakaian dan hidup. Yang kita minta dengan yang tidak kita
minta jauh lebih banyak yang datang tanpa di minta.kalau tidaj diminta saja
udah datang apatah lagi yang diminta. Jadi apa inti dari doa? Inti dari doa itu
benar2 menempatkan diri kita jadi hamba Allah sejati dan Allah tuhan kita. Doa
itu ibadah. Ibadah yang membawa kita merasa hina, bodoh, lemah..Allah lah yang
maha kuasa yang bisa mengabulkan doa. Berdoa itu bukan masalah keinginan kita
tapi masalah bagaimana keiningan ini mengantarka kita makin tobat dengan Allah,
mengantarkan kita jadi terpuruk dihadapan Allah, mengantarkan kiita makin
malu..insyaallah itulah saat mustajab dalam doa. Supaya doa mustajab kecilkan
dirimu sekecil2 kau mampu mengecilkan dirimu dan besarkan tuhan mu sebersar2
kau mampu membesarkanNYA. Kalau ada yang bertanya mengapa ya doa saya tidak
dikabulkan? Mungkin karena sombong. Mulut berdoa tetapi hari merasa setara
dengan Allah. Harusnya kita benar2 nyungsep kehadapan Allah. Menangis itu bukan
ingin doanya dikabulkan tapi merasa kehinaan, kerendahan, kebodohan, itu yang
bikin nangis.
Gelap malam mengalangi pandang mata yang melihat
rembesan air mata di pipi Nayla. Tidak ada temannya yang tau hatinya dalam
perjalanannya malam itu, sedang teman2 yang lain telah terlelap pulas. Nayla
menyeka air mata seketika mersa diri begitu hina. dihadapan Allah yang maha
suci.
“ya Rabb apa karena aku sombong? Apa karena hatiku
kotor? Apa karena niat dan tujuanku tak murni hingga sebegitunya terjadi. Ya
Rabb, apa Kau mengirimkan mas randi dalam hidupku hanya sebagai perantara aku
kenal dengan Mu? Memang aku mulai menenukan jalan2 taaruf dengan Mu. Tapi aku
takut ini semua lagi2 salah hanya sebagai teman pelarianku. Ya Rabb bimbing
aku” Nayla mengiba, hatinya remuk redam.sekuat tenaga ia tutup mulutnya dengan
telapak tangannya agar tak meledak dalam suara tangis keinsyafan.
Kalau doa
telah membuat hati kita remuk dan yakin terhadap kemahabesaran Allah itu lebih
hebat dari ijabah doa. Tenanglah masalah perkara doa Allah tak mungkin luput.
Semuanya terdengar jelas dalam perhitungan Allah. Remukany hati, luluhnya hati
ini sebenarnya inti dari doa, bukan hanya melepaskan kata2 dan Allah lebih tau.
“dan kami mengetahui apa yang dibisikkan hatinya”
***
Sujud Subuh kali ini menjadi sujud yang sangat syahdu.
Sujud yang lebih panjang lagi dari biasanya membawa ketenangan hingga relung
yang paling dalam. Lantunan hafalan Arrohman terulang terus dari bibir Nayla.
Air matanya terus mengalir saat mengulang ayat “ maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kau dustakan?” hati Nayla
tertampar berjuta kali. Apa arti randi dengan segala nikmat yang Allah berikan
kepadanya saat ini, nikmat bermakrifat kepadaNYA, nikmat iman, nikmat dekat
dengan alquran, nikmat berkumpul dengan orang2 sholeh. Apa yang lebih penting
dari semua itu. Nayla berazam untuk menjadi hamba yang penuh syukur dan surah
azzariyat ayat 56 pun menjadi visi hidupnya. Pesan yang langsung disampaikan
Allah untuk hamba yang beriman “Dan
Tidaklah Aku Menciptakan Jin dan Manusia Kecuali untuk Beribadah Kepada-Ku”
****