Hitungan tahun yang dilewati
terasa cepat menua apatah lagi rotasi bulan, gantian hari, detak jam yang
melesat cepat tapi jelas menambah ukir sendu gundah di hati para penanti kasih.
Ah, tak perlu kau tepis fitrah rasa merindu walau ia mengiris pilu bahkan
sampai memeras ruah air mata. Sungguh
tak perlu. Bukan bermaksud juga untuk meratap rasa yang belum sampai, tapi
menikmati rasa sebagai tafakur bukti kebesaranNya.
“Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir”.
(QS. Ar Rum, 30 : 21).
Allah Maha tahu persis hancurnya
hati mu, Allah tahu persis pilu merindu hati mu saat menyeret mengadu dalam do’a
dengan gelombang rasa. Jika ikhtiar halal manusiamu sudah sempurna untuk
menjemput sang kasih maka syariat selanjutnya adalah ta’at pasrah dan tawakkal.
Bukankah kata pasrah dan tawakkal hanya pantas diucapkan seorang pejuang?. Kabar gembira untuk mu Allah sampaikan di
surah cintaNya
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Membukakan jalan
keluar baginya, Dan Dia Memberinya rezeki dari arah yang tidak
disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan
Mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah Melaksanakan urusan-Nya.
Sungguh, Allah telah Mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu” (ath talaq :
2 to 3).
Seperti hikmah doa 4000 tahun di
lapis lapis berkah rasa. Aku ingin menceritakannya kembali. Ketika itu para sahabat bertanya kepada sang
junjungan baginda Rasul “ Ya Rasulullah, ceritakan tentang dirimu.” Di rekam
dalam riwayat ibn Ishaq ibn Hisyam di kitab Sirahnya saat itu Rasulullah
mengawali dengan senyum disusul senarai kata kerendahan hati “ aku hanysanya do’a
yang dimunajadkan Ibrahim ‘alaihis Salam”.
Ya Tuhan kami ! Bangkitkanlah
di antara mereka itu seorang Rasul dari mereka sendiri, yang akan membacakan
kepada mereka ayat-ayat Engkau dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmat,
dan akan membersihkan mereka; sesungguhnya Engkau adalah Maha Gagah lagi Maha
Bijaksana. (albaqarah :129)
Doa itu berumur 4000, berasal
dari jernihnya tetes nurani dalam ungkap niat tulus nan haru diiring getar
lisan dan jasad saat melafazd, diiring berendah rendah mengakui keagungan
Allah, diiring cekat pengakuan dosa dan lemah diri. Dan Do’a dari sang Moyang
diijabah dengan sempurnanya pemberian Allah, sang Rasul dengan seutama2
kemuliaan.
Maka dari doa itu kita belajar,
bahwa yang terpenting bukan seberapa cepat buah munajad dijawab, melainkan
berapa lama masa do’a memberi manfaat dan membuat semakin dekat denganNya. Seperti
do’a2 ibrahim, nabi dan rasul, tapi ijabah do’anya lama dalam sabar, tapi
lihatlah pengabulannya.
Maka dari doa itu kita belajar
bahwa Allah Maha pemurah, tak diminta pun pasti memberi. Maka dalam permohonan kita, bersiaplah
menerima berlipat dari asa. Allah Maha tahu; Maka berdoa bukanlah untuk
memberitahu Dia akan apa yang kita butuhkan. Doa adalah bincang mesra nurani,
agari Dia ridho untuk kita segala yang dianugerahkanNya.